Dilema Museum Balanga, Kaya Koleksi di Tengah Minimnya Okupansi

0

TIKET untuk berkunjung ke Museum Balanga di Kota Palangka Raya, Provinsi Kalimantan Tengah terbilang murah. Sayang, wahana yang berisi informasi kaya soal etnografi, kultur dan artefak warisan leluhur, khususnya masyarakat Dayak di Kalimantan Tengah, justru sepi pengunjung.

SUKARTI, staf koleksi Museum Balanga milik Pemprov Kalimantan Tengah ini mengeluhkan minimnya pengunjung yang datang ke gedung terletak di Jalan Tjilik Riwut, hanya berjarak 2,5 kilometer dari Bundaran Besar Palangka Raya ini.

“Tiket sudah sangat murah, tapi masyarakat masih enggan berkunjung ke sini,” ujar Sukarti di sela memandu jejakrekam.com ketika berkunjung ke Museum Balanga, Palangka Raya, belum lama tadi.

BACA : Menghidupkan Museum Borneo Demi Keabadian Sejarah

Ia menyebut harga tiket yang dikenakan dari Rp 1.000 untuk anak-anak, Rp 2.500 kategori pelajar dan mahasiswa hingga Rp. 15.000 untuk turis asing. “Kadang  masih saja diprotes sama turis asing, kenapa harganya mahal sekali,” cerita Sukarti.

Sukarti yang sehari-hari juga merangkap sebagai pemandu wisata di Museum Balanga ini mengaku oleh dinas terkait ditargetkan untung dan menyumbang pendapatan asli daerah (PAD) dari angka kunjungan mencapai Rp 45 juta per tahun.

“Tahun kemarin saja tidak memenuhi target. Masalahnya, dengan kondisi pengunjung yang tidak selalu ada, seperti ini ya tentu target pendapat sebanyak itu jadi berat,” ujar alumni FISIP Universitas Palangka Raya ini.

BACA JUGA : Ada 700 Pusaka, Walikota Ibnu pun Tertarik Jadikan Museum

Sukarti juga mengakui pihaknya  telah berupaya semaksimal mungkin agar museum Balanga, tidak sepi pengunjung. Caranya, agar mampu memenuhi target dengan tetap membuka jam kunjungan pada hari libur. Diharapkan, okupansi pun bisa meninggi.

“Ya kita berusaha, hari Minggu seperti ini tetap buka, siapa tahu pengunjung justru datang saat hari libur,” ujar Sukarti, optimistis.

Dia berharap masyarakat di sekitar mulai terbuka untuk berkunjung ke museum. Terutama, mulai tertarik memperhatikan dan menggali informasi soal warisan budaya Dayak.

Sebagai informasi, Balanga diambil dari nama koleksi guci unggulan di museum ini, yang menyimbolkan benda berharga bagi masyarakat Dayak. Isinya berupa informasi daur hidup masyarakat Dayak dengan ritual yang menyertainya, serta koleksi-koleksi budaya lainnya.

Kini, museum yang dibangun oleh pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah pada 1972 ini berada di bawah koordinasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dengan status Unit Pelaksana Teknis, seperti berada di jalan sunyi.

Padahal, di Museum Balanga ini banyak koleksi yang bisa disaksikan seperti keunikan senjata tradisional seperti Sumpit, Duhung, Mandau, miniatur rumah adat Dayak yang disebut Betang. Lalu, ada pula alat pengundang ikan disebut Mihing. Termasuk, diodrama soal prosesi ritual Tiwah, atau upacara kematian untuk mengantarkan arwah ke tempat tertinggi dalam kepercayaan masyarakat Dayak yang mempertahankan agama Kaharingan.

BACA LAGI : Nansarunai Ditaklukkan dengan Tiga Misi Militer Majapahit

Ada juga patung Sapundu dan Hampatung Karuhei, jimat Penyang, aneka barang kuningan, tempayan keramik asal Tiongkok yang dibuat di era Dinasti Ming disebut Balanga atau piring Malawen. Bahkan, banyak koleksi langka dan bernilai sejarah dan budaya tinggi disuguhkan di Museum Balanga.(jejakrekam)

 

Pencarian populer:https://jejakrekam com/2019/04/14/dilema-museum-balanga-kaya-koleksi-di-tengah-minimnya-okupansi/
Penulis Siti Nurdianti
Editor Didi GS

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.