Antara Sya’ban dan Pemilu

0

JIKA masuk bulan Sya’ban, kita seakan sudah tak jauh dari pintu Ramadhan. Seolah-olah kita barada di halaman untuk masuk dalam rumah, yang kaya dengan berbagai atribut dan fasilitas yang membahagiakan, yang untuk memakai fasilitas itu memerlukan perjuangan dan komitmen.

DALAM kalender Hijriyah Sya’ban adalah bulan ke delapan. Ia merupakan bulan yang diapit oleh bulan yang mulia, yakni Rajab dan Ramadhan. Menurut Nabi SAW, banyak manusia yang terlena dengan Rajab dan Ramadhan, dan melupakan bulan Sya’ban.  Untuk itu, Rasul memberikan atensi yang luar biasa dengan bulan ini. Bahkan bulan ini disikapi Rasul dengan berpuasa.

Hal ini diakui oleh istrinya, Siti Aisyah, bahwa Rasulullah full berpuasa sebulan penuh, namun adakalanya beliau sedikit  puasa. Artinya, berpuasa dibulan Sya’ban ini adalah sunnah. Dan Nabi ingin setiap amal yang yang dilaporkan kepada Allah pada bulan Sya’ban ini, beliau dalam keadaan berpuasa.

BACA : Ritual Malam Nisfu Sya’ban yang Penuh Kekhusyukan

Dalam dimensi lain, beberapa ulama berpendapat, Sya’ban ialah bulan untuk mengairi atau memupuk, dimana setelah benih ditanam pada bulan Rajab, harus diairi sehingga pada bulan Ramadhan bisa memetik hasil.

Bulan Sya’ban juga disebut bulannya Nabi, untuk itu dianjurkan untuk memperbanyak shalawat kepada bagianda Nabi. Kecintaan kepada Nabi harus dimulai dengan sering menyebut namanya.  Sering memberi salam dan penghormatan padanya. Dan sikap ini telah dilakukan oleh Allah dan Malaikat-Nya.  Sepanjang waktu shalawat mengalir kepada beliau, sebagai bukti cinta kepadanya.

Ada 40 fadhilah bagi yang suka membaca shalawat. Diantaranya, dengan shalawat penyebab dikabulkannya doa, dihapuskannya doa, diangkat derajat, terjauh dari api neraka, dikabarkan surga sebelum mati, dikabulkan hajat dunia dan akhirat, dan mendapat syafa’at Nabi.

BACA JUGA : Masjid Sultan Suriansyah Dipadati Jamaah, Guru Yasin Ingatkan Pesan Ramadhan

Dalam bulan Sya’ban juga terdapat ritual umat yang sudah menjadi tradisi sejak zaman Tabi’in, yakni menghidupkan ibadah pada malam pertengahan Sya’ban.   Dalam sebuah hadits diriwayatkan Bukhari Muslim, Nabi menyatakan bahwa Allah turun kepada makhluknya pada malam pertengah Sya’ban. Ia akan mengampuni semua makhluk-Nya, kecuali orang yang musyrik dan orang bermusuhan (musyahin).

Hadits ini menginspirasi  umat Islam dengan  memanfaatkan momentum emas ini, untuk beribadah sejak Maghrib dan Isya, yang diisi dengan shalat taubat, tasbih, hajat dan membaca al Quran atau hatinya Al Quran yakni surah Yasin.

Pada hakikatnya, amaliyah Sya’ban tak ubahnya dengan shalat sunnat rawatib yang mengiringi shalat wajib. Fungsinya sebagai penambah saldo kebajikan dan penyempurna shalat wajib. Begitu pun dengan amaliah Sya’ban berupa puasa, bershalawat dan peribadatan malam pertengahan adalah amalian sunnah yang support puasa wajib di bulan Ramadhan.  Orang yang sudah masuk dalam zona amaliah Sya’ban dan mempersiapkan diri menghadapi Ramadhan, maka akan membuat puasa Ramadhan lebih berkualitas dan bermakna.

BACA JUGA : Menjaga Tradisi Ramadhan Demi Meraih Kebahagian

Syarat agar puasa berkualitas ialah  kerjakan amalan sunnah Sya’ban, dan mempelajari  tentang seluk beluk puasa Ramadhan, dan memplanning program Ramadhan untuk diri sendiri. Seperti siap mengikuti rangkaiannya silabus Ramadhan;  puasa, tarawih, baca quran, mengakaji agama, dzikir, i’tikaf, sedekah, buka puasa dan sahur sebagai ajang silaturrahim, puasa bathin, dan mengeluarkan zakat fitrah.

Sya’ban dan Pemilu

Bulan Sya’ban kali ini sangat istimewa, karena berbarengan dengan hajatan besar Indonesia yakni pemilu serentak, tanggal 17 April bertepatan dengan 11 Sya’ban. Substansi bulan Sya’ban ialah bulan untuk kita dekat dengan Allah dan makin cinta dengan nabinya.

Nabi Muhammad ialah pemimpin teladan, moralitasnya sungguh menawan.  Ia pribadi yang berbalut dengan kejujuran, ketegasan, kelemahlembutan,  amanah, dan selalu berkata benar.

Karakter ini yang mestinya ada dalam setiap pemimpin dan wakil kita di legislatif. Tapi sayang, banyak pemimpin yang menanggalkan bukti cintanya kepada Nabi. Mereka hanya cinta materi, harta, kuasa, dan wanita, yang semua binasa dan membuat sengsara.

BACA LAGI : Sosialisasi Pemilu, Lima Daerah Terpencil di Kalsel Disasar KPU

Pemilu kali ini harus memiliki ruh Sya’ban, yang  mempuasakan hati dari memilih pemimpin yang tidak  berpihak pada agama Allah dan kepentingan masyarakat, puasa dari menerima uang politik, puasa dari suap – menyuap, dan puasa dari malas mencoblos.

Dengan hati yang sudah terbasuh dengan shalawat dan puasa, maka akan muncul pilihan yang bijak, muncul hasil pemilu yang membawa rahmat, terpilih pemimpin dan anggota legislatif yang amanah dan berada dalam jalan yang benar.(jejakrekam)

Penulis adalah Pemerhati Komunikasi, Keagamaan dan Kemasyarakatan

Tinggal di Banjarmasin

 

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.