Sosialisasi Pemilu, Lima Daerah Terpencil di Kalsel Disasar KPU

0

DAERAH terpencil yang ada di lima kabupaten di Provinsi Kalimantan Selatan jadi sasaran sosialisasi kepemiluan. Rencananya, KPU Kalimantan Selatan akan menyambangi daerah yang terisolir karena tak bisa terkoneksi dengan jalur darat disebabkan tantangan bentang alam.

KOMISIONER Divisi Sosialisasi, Pendidikan Pemilih, Parmas dan SDM KPU Kalsel Edy Ariansyah mengatakan dalam waktu dekat, sosialisasi tatap muka akan menyapa warga desa yang sangat rawan bencana dan konflik. Termasuk, jalur transportasi yang sulit dijangkau lewat jalur darat, karena kondisi geografis berada di lintasan sungai, gunung, rawa dan laut.

Lima kabupaten yang memiliki riwayat rendah partisipasi pemilih, rawan bencana dan konflik itu adalah Desa Kapul, Kecamatan Halong, Kabupaten Balangan yang akan disambangi KPU pada 11-13 April 2019.

BACA : Angka Partisipasi Pemilih Tinggi, Pemilu Sukses

Kemudian, Candi Laras Utara Kabupaten Tapin pada 11-12 April nanti. Berikutnya, Sungai Durian di Kabupaten Kotabaru di hari yang sama. Dilanjutkan ke Desa Juhu, Kecamatan Batang Alai Timur, Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) pada 11-14 April 2019, dan terdekat di Desa Tiwingan Lama, Kecamatan Aranio, Kabupaten Banjar pada 11 April mendatang.

“Khusus untuk Kabupaten Balangan dan HST, kami akan bertatap muka dengan masyarakat adat setempat. Sebab, akses informasi baik melalui media sosial, media massa maupun sarana informasi teknologi tidak tersentuh di tempat itu,” beber Edy Ariansyah kepada awak media di Banjarmasin, Selasa (9/4/2019).

BACA JUGA : Kotabaru Rendah Partisipasi, Kabupaten Tapin dan HST Rawan Konflik

Dengan cara jemput bola dari pintu ke pintu, mantan Ketua Panwaslu Kabupaten Banjar hakkul yakin sosialisasi pemilu akan lebih mengena, karena untuk mengumpulkan warga di satu tempat relatif sulit.

“Ya, daerah-daerah ini disambangi karena segmen pemilih yang berada di wilayah rawan bencana alam dan partisipasi pemilih rendah. Ini berdasar data dan fakta pemilu dan pilkada sebelumnya,” papar Edy.

Dia mencontohkan seperti di Desa Tiwingan Lama atau Belangian di Kabupaten Banjar, secara geografis harus melewati perairan Riam Kanan dan tingkat partisipasi pemilih di tempat ini cukup rendah.

“Ya, kami sosialisasi soal kerawanan bencana, partisipasi dan potensi pelanggaran serta rawan konflik. Tentunya, semua itu harus dicegah dengan memberi pemahaman yang memadai kepada warga,” kata mantan staf ahli Bawaslu RI ini.

BACA LAGI : Petakan Daerah Rawan, Bawaslu Kotabaru Tugaskan 1.115 Pengawas TPS

Berbeda dengan Desa Juhu yang berada di kaki bukit Pegunungan Meratus, diakui Edy Ariansyah justru medan berat yang harus ditempuh karena untuk mendatangi desa ini harus jalan kaki, karena keterbatasan sarana transportasi serta minimnya sarana komunikasi informasi.

“Jangankan media massa, jaringan listrik saja tak ada. Tidak ada akses warga untuk mendengar siaran radio di puncak gunung sana, apalagi nonton televisi. Kami ingin hak konstitusional semua warga yang memenuhi syarat sebagai pemilih di Kalsel terakomodir, caranya ya kami harus mendatangi mereka”, pungkasnya.(jejakrekam)

Penulis Arpawi
Editor Didi GS

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.