Sasirangan Tak Sekadar Kain, Hawa Desain Jadi Busana Trendy Kekinian

0

KISAH wirausahawan muda asli Kandangan, Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) ini patut diacungi jempol. Upayanya mengangkat motif kain Sasirangan menjadi desain fashion yang trendi cukup berhasil, bahkan bisa dinikmati hingga luar pulau Kalimantan.

KINI, pakaian tak sekadar menjadi alat pelindung tubuh. Lebih dari itu, busana menjadi sebuah simbol identitas si pemakainya. Begitupula, kain Sasirangan menjadi ikon pakaian khas Kalimantan Selatan.

Hawa Ahda Huda Noor adalah seorang entrepreneur muda yang menekuni desain fashion dari kain Sasirangan. Kini, kain warisan leluhur orang Banjar itu, ia kombinasikan dengan kain polos agar lebih cantik.

“Dulu tahun 2013-an masih belum musim atau sangat jarang sekali orang jualan baju Sasirangan yang ready atau siap pakai. kalau pun ada baju Sasirangan yang sifatnya resmi dan kaku Sasirangan sebijian. Tidak ada kombinasi dengan yang lain,” tutur Hawa kepada jejakrekam.com di Banjarmasin, Sabtu (6/4/2019).

BACA : Perancang Busana Nabil Salim Pesan Pengrajin Sasirangan Berani Berkreasi

Melihat peluang tersebut, Hawa mencoba membuat desain fashion secara khusus demi mengangkat kain Sasirangan agar lebih berdaya jual. Sasarannya, bisa dinikmati banyak orang. Desainnya pun tergolong variatif, berupa pakaian santai, ootd, gaun, hingga menerima pesanan seragam.

Untuk melihat desainnya dapat dilihat secara langsung di akun instragram @nrbfashion_id. Biasanya desain diupdate setiap awal bulan. “Karena proses pengerjaan biasanya perlu waktu tiga mingguan, mulai dari membuat rancangan desain, menjahit, photoshoot, hingga update di medsos” tutur alumni FKIP Universitas Lambung Mangkurat ini.

“Prosesnya memang dibantu teman-teman ya, ada yang bantu foto, bantu jadi model, dan bantu make up-in artisnya, tapi yang mengkoordinir saya sendirian,” lanjut Hawa.

BACA JUGA : Kusdini Nurdiati Nilai Visual dan Kreasi Sasirangan Sudah Bagus

Hawa mengaku, dalam mendesain seringkali dirinya terinspirasi dari desainer terkenal seperti Dian Pelangi, Ivan Gunawan, kadang-kadang juga karya Ane Avantie.

“Untuk busana muslimah biasanya lihat-lihat karya Dian Pelangi. Kalau gaun biasanya dari Ane Avantie, intinya coba-coba aja, harus berani coba hal-hal baru. Contohnya, biasanya kan kebaya dipasangkan dengan batik, terus saya coba pasangkan dengan Sasirangan, eh ternyata juga bagus,” ujar Hawa.

Ide Hawa ini tidak serta merta turun dari langit. Ia mengakui harus melalui serangkaian proses dan pengalaman. Mulai dari jualan baju ke teman-teman mahasiswa hingga mengikuti Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) di kampus.

“Orang ke kampus biasanya menjinjing laptop, saya sama kembaran saya, ke kampus bawa keresek isi baju buat dijual ke teman-teman mahasiswi.  Di sela-sela itu, juga sering ikut buka stand saat ada bazaar, jualan bros, kain perca, sudah nggak jalan lagi,” kenang Hawa, sembari terkekeh.

BACA LAGI : Angkat Nilai Jual, Sasirangan Perlu Dikemas Secara Profesional

Ide usaha Hawa saat itu pun terbilang unik.  Ia mengambil baju-baju yang sedang trend di Pasar Sudimampir, lalu menjualnya dengan kredit tanpa menaikkan harganya. Alhasil, dagang dengan cara kredit kepada mahasiswa saat itu laris manis.

Dari sana, ia memiliki pelanggan teman-temannya mulai tahu ia berjualan baju. “Lama-lama berpikir, daripada jualin punya orang, kenapa nggak bikin brand sendiri?” tutur gadis kelahiran Kandangan ini.

Di tahun 2013, Hawa kemudian membuat ide untuk berjualan kerudung kasa Sasirangan. Konsepnya kain kerudung lalu ditambah motif-motif dari Sasirangan untuk mempercantik tampilannya. “Kalau sekarang kain kerudungnya yang langsung dicelup jadi bermotif Sasirangan. Saat itu masih belum musim,“ tuturnya.

Menurut Hawa, pasar desain fashion sasirangan di Kalimantan Selatan masih sangat potensial. Sebabnya, masih belum banyak penekunnya. Sayang, geliat industri tekstil di Kalimantan Selatan masih bisa dibilang minim. “Kalau mau cari kain, masih tergantung dengan Pulau Jawa” keluhnya.

BACA LAGI : Jadi Duta Sasirangan Digital, Taqy Malik Siap Promosikan Kain Banua

Gadis berkerudung ini pun mengaku sudah senang dunia desain sejak duduk di bangku SMA, namun dirinya baru mulai mengaplikasikan menjadi pakaian yang siap jual setelah menjalani usaha jualan baju di kampus.

Hawa sendiri mengawali usaha ini dengan modal dari hasil tabungan jajan. “Saya nabung uang jajan, sedikit demi sedikit sampai dapat Rp 2 juta, Pertama kali bikin dua atau tiga baju, saya coba kreditkan lagi ke teman-teman, modal lalu berputar sekitar 4-5 bulan,” ucapnya.

“Pas belum punya brand seperti sekarang, sempat juga nggak laku menumpuk berbulan-bulan tidak ada yang beli. Kalau cari untung sih nggak ada untungnya masih belum kelihatan.  Abis buat trasport aja,” kisahnya.

Hawa percaya, dengan keyakinan dan ketekunan, apa yang ia lakukan tidak akan pernah sia-sia. “Menjalani usaha seperti ini perlu sabar dan optimis, jangan sampai berhenti bergerak karena melihat nilai yang sedikit di awal,” katanya, penuh optimistis.

BACA LAGI : Kain Sasirangan Harus Jadi Tren Busana Kawula Muda

Gadis ini juga suka akan tantangan, ketika Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) dibuka, ia merasa tertantang untuk membuat produk kreatif yang mengangkat khazanah lokal Banjar dan berdaya jual. Tema usaha sasirangan kembali ia angkat. Saat itu masih jarang, kain Sasirangan dikombinasikan dengan kain polos di pasaran. Yang ada adalah model kaos atau celana dari kain Sasirangan yang utuh.

“Begitu lolos, saya dan tim berhasil mendapatkan tambahan modal sekitar Rp 10 juta. Saya gunakan untuk membesarkan usaha, mulai bikin brand dan semangat buat desain baru,” kenangnya.

BACA JUGA : Promosikan Potensi Banjarmasin, Mahasiswa Asing Diajarkan Bikin Kain Sasirangan

Tidak semua modal yang ia dapat dari PMW langsung dijadikan modal untuk baju yang ready untuk dijual. Sebagian, ia simpan dalam bentuk deposit untuk persiapan apabila ada pesanan sewaktu-waktu.  Sebab, keuntungan justru datang dari pesanan kain atau seragam.

Kini, Hawa pun terus mengupdate fashion rancangannya dengan branding NR Borneo Fashion. Ia pun membidik pasar produk jadi sebagai pundi penghasilannya, demi mengangkat derajat kain khas warisan Kerajaan Negara Dipa itu.(jejakrekam)

Penulis Siti Nurdianti
Editor Didi GS

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.