Harsiarnas dan Anfa’uhumlinnas

0

KALIMANTAN Selatan terus kebanjiran tuan rumah perhelatan nasional. Pusat mulai melihat Kalimantan Selatan sebagai daerah yang menarik untuk dikunjungi. Potensi alam, keramahan masyarakatnya, kekayaan budaya dan adat istiadatnya, membuat masyarakat nasional kepincut dengan banua kita.

ADANYA kelapangan hati Gubernur Sahbirin Noor, yang menghormati tamu-tamu yang datang memantulkan aura positif, mengalirkan energi  dan menjadi magnet.  Buktinya, peringatan Hari Penyiaran Nasional (Harsiarnas) ke-86 pada tanggal 30 Maret hingga 2 April 2019 digelar di Banjarmasin, dengan dihadiri peserta 3.000 dari komisioner KPI, Kominfo dan pemilik media nasional. Kegiatan difokuskan di dua tempat, yakni sebuah hotel di Banjarmasin dan Manara Pandang.

Harsiarnas ini dimaksudkan untuk merajut kebhinekaan, bergerak membangun bangsa, melalui dunia penyiaran yang sehat, cerdas dan berkualitas. Konten acara bernuansa siaran, dari sekolah P3SPS, seminar, workshop, literasi media, penyerahan Ijzn Penyelenggara Siaran,  pembukaan Rakornas KPID, jalan sehat, welcome dinner, deklarasi pemilu damai hingga destinasi wisata di Siring Menara Pandang Kota Banjarmasin.

BACA : KPID Kalsel Nilai Lembaga Penyiaran Belum Berimbang Informasikan Pemilu

Dalam catatan penulis, Harsiarnas pernah dilaksanakan di Solo Jawa Tengah, Denpasar  Bali, Jambi, Makasar Sulawesi Selatan, Lombok Barat NTB,  Bengkulu, Palu Sulawesi Tengah dan Banjarmasin  Kalimantan Selatan. Spirit dari Harsiarnas ialah mengenang kembali kelahiran dunia penyiaran di tanah air dengan menghormati para jasa perintis penyiaran yang dipelopori oleh Mangkunegoro VII (1916 – 1944).

Harapan lain ialah mendekatkan para stakeholders dunia penyiaran dan masyarakat di Kalimantan Selatan secara khusus dan Indonesia pada umumnya; sarana apresiasi dan ekspresi kebudayaan, menggali isu strategis penyiaran;  menguatkan sinergi KPI dengan masyarakat, dan meningkatkan peran dan fungsi media sebagai ujung tombak ketahanan bangsa.

BACA JUGA : Terlalu Berlebihan, KPID Minta Tiga Tayangan Iklan Pengobatan Tradisional Dihentikan

Jauh dari itu, Harsiarnas di Kalimantan Selatan harus menumbuhkan daya kritis dan selektif masyarakat pada media penyiaran di era digital. Kita menyadari  saat ini interaksi masyarakat dengan dunia penyiaran mengalami perubahan singnifikan karena perkembangan teknologi.  Migrasi penyiaran terrestrial dari analog ke digital telah menjadi keniscayaan dan menjadi needs masyarakat . Kendati terjadi konvergensi teknologi penyiaran, telekomunikasi dan internet, performa penyiaran tetap eksis, populis dan strategis dalam masyarakat yang dinamis-demokratis.

Inilah tugas Komisi Penyiaran di seluruh Indonesia agar menata sistem penyiaran nasional  secara sinergis, agar industri penyiaran dan lembaga periklanan memperioritaskan untuk kemajuan bangsa, sesuai dengan nilail Pancasila. Semua elemen termasuk pemilik media harus mengedepenkan semangat nasionalisme dan NKRI, dengan menekan ego sektoral  dan lebih mengutamakan kepentingan publik  dan peradaban bangsa.

BACA LAGI : Pilih Tambah Alat Monitor, Tenaga Honorer KPID Kalsel Dipangkas

Semangat Undang-Undang 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran,  harus menjaga marwah independensi lembaga penyiaran, dari segala bentuk ‘penjajahan’ modal dan kekuasaan. Ideologi dan hegemoni media, tidak boleh menafikan hak asasi manusia dalam ranah publik.  Kepentingan kapital dan kuasa, harus sejajar dengan interest bangsa.

Untuk itu, KPI dan lembaga penyiaran harus melakukan konsesi bersama agar kepentingan bangsa lebih hebat dan mulia dari pada kepentingan kelompok.

Penyebab kepentingan bangsa terabaikan,  bahkan mulai tergerus, adalah adanya sikap prejudice yaitu sikap tidak adil terhadap orang lain yang didasarkan pada asosiasi dirinya terhadap kelompok tertentu ;  Etnosentrisme  yakni sikap tendensi yang menganggap bahwa kelompok, budaya, etnis, atau golongan yang kita miliki lebih tinggi atau lebih baik dari yang lain;

Kemudian stereotype yakni anggapan terhadap sebagian kelompok tertentu yang diberlakukan untuk semua anggota kelompok mereka. Contoh; “Semua orang kota materialis” ; dan diskriminasi  yakni menghalangi seseorang atau sekelompok orang untuk masuk ke organisasi tertentu karena keterlibatan mereka dalam kelompok atau organisasi lain.

Peringatan Hari Penyiaran Nasional di Kalimantan Selatan menjadi momentum bersama menjadikan publik sebagai pengendali utama ranah penyiaran. Diversity of content and diversity of ownershif (prinsip kebergaman isi dan kepemilikan, benar-benar memperkokoh ketahanan bangsa. Apalagi Indonesia sedang melakukan hajatan pemilu serentak, diperlukan dorongan dari semua pihak termasuk dunia penyiaran agar menggiring pesta domokrasi ini berlangsung gembira,  namun tetap dalam nuansa aman dan damai.

BACA LAGI : Sepakat Damai, Seleksi Calon Komisioner KPID Kalsel Kembali Dikocok Ulang

Harsiranas harus menjadi gerakan linnas (untuk masyarakat)“ Dari Kalimantan Selatan, Indonesia Menyiarkan Baik”. Dari Kalimantan Selatan menebar kebaikan. Dari Kalimantan Selatan memancar keberkahan “. Khairunnas anfa’uhum linnas, sebaik baik kita adalah menebarkan kebaikan kepada masyarakat. Sebaik-baik penyiaran ialah yang menyiarkan kebaikan untuk kecerdasan dan keadilan.

Akhirnya, Kalimantan Selatan sebagai daerah kaya budaya, unik lagi indah pesona alamnya, akan menjadi ruh untuk Indonesia keren, Indonesia beken alias terkenal dan masyhur. (jejakrekam)

Penulis adalah Pemerharti Komunikasi, Keagamaan dan Kemasyarakatan

Tinggal di Banjarmasin

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.