Bank Kalsel Bisa Tiru Bank Kalteng, Modal Sedikit Deviden Besar
ANGGOTA Komisi II DPRD Kalsel, Danu Ismadi Saderi, berharap, Bank Kalsel dapat meniru beberapa pola dan stategi yang diterapkan Bank Kalteng dalam meraih peluang bisnisnya. Pasalnya, dengan modal relatif lebih sedikit dibanding Bank Kalsel, namun hasil deviden yang diterima pemda setempat, justru lebih besar yaitu empat kali lipat dari deviden Bank Kalsel.
SALAH satu kiat yang dilakulan Bank Kalteng, yaitu melalui pola sindikasi bank lain dalam penyaluran kredit pembiayaan bernilai besar. Sehingga, hasil keuantungan yang diperoleh juga bernilai besar.
BACA: Petani Karet Kurang Modal, Bank Kalsel Siap Kucurkan KUR Rp 300 Miliar
“Saya rasa Bank Kalsel bisa meniru pola dari Bank Kalteng ini,” ujarnya kepada wartawan, usai mendengarkan LKPj Gubernur Kalsel Tahun 2018, di Banjarmasin, (21/3/2019).
Terlebih, kata dia, Bank Kalsel memiliki kantor cabang di Jakarta, sedang Bank Kalteng tidak punya cabang. Untuk itu, kantor cabang harus diberdayakan seoptimalnya untuk terutama untuk memperoleh pembiayaan tender besar.
Hal lain yang juga patut dicontoh, lanjut politisi PKS ini, Bank Kalteng juga sudah masuk ke pembiayaan kredit ke plasma-plasma perkebunan, sedang Bank Kalsel belum merambah.
BACA JUGA: Atasi Kredit Macet, Bank Kalsel Cadangkan Dana CKPN Rp 234 Miliar
Sebaliknya ada pula yang belum dilaksanakan oleh Bank Kalteng, yaitu bantuan kredit untuk resi gudang stok gabah. Sedang Bank Kalsel sudah melakukan hal tersebut di Kabupaten Tapin dengan kerjasama dinas pertanian dan perikanan. Namun omzet tidak terlalu besar, karena kerjasama dengan pemerintah pusat.
“Tidak salah jika Bank Kalsel meniru kiat-kiat yang sudah diterapkan Bank Kalteng ini, guna mendongkrak pendapatan,” kata Danu Ismadi Saderi.
Diminta tanggapan tentang klaim peningkatan secara umum yang dipaparkan gubernur dalam LKPj kepada dewan, anggota komisi membidangi ekonomi dan keuangan ini, menyatakan cukup positif, tapi kenaikan tidaklah signifikan, yaitu hanya dikisaran 2 persen.
Apalagi data yang disampaikan, bahwa ekspor tahun 2018 naik menjadi sebesar 18,8 persen atau senilai 1,68 miliar U$, dibanding tahun 2017 sebesar 1,42 miliar U$. “Ini saya belum pelajari, dan kita belum tau pasti kenaikan itu apakah karena biaya yang tinggi atau volume barangnya yang meningkat,” tandas Danu (jejakrekam)