Menanam di Bulan Rajab

0

DALAM Alquran surah At Taubah ayat 36 berfirman “Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ada 12 bulan. Dalam ketetapannya, dia menciptakan  langit langit dan bumui di antaranya empat bulan haram.”

RASULULLAH SAW menjelaskan yang dimaksud dengan bulan – bulan haram itu ialah bulan Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab.  Pada bulan–bulan haram ini tidak dibenarkan berperang. Sebagaimana diingatkan Allah dalam surah Al Baqarah ayat 217.

“Jika Engkau Muhammad ditanya dengan bulan haram yang didalamnya berperang, maka katakana bahwa berperang di bulan tersebut adalah dosa besar.”.

Kenapa pada bulan Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram dilarang berperang, karena pada bulan  tersebut  masa persiapan, pelaksanaan dan pulang dari Tanah Haram dalam ritual haji.  Setelah 4 bulan istirahat, muncul kerinduan kembali ke Tanah haram, maka pada bulan Rajab kembali melaksanakan ibadah umrah.

Rajab bulan salah satu bulan yang sangat istimewa. bulan Rajab bagian dari prepare diri untuk memantapkan rohani.  Abu Bakar Al Balkhy, menyebutkan bahwa bulan Rajab itu bulan untuk menanam, Sya’ban bulan mengairi dan Ramadhan bulan menanam.

BACA : Permintaan Meningkat di Bulan Rajab, Harga Bawang Merah-Putih Masih Stabil

Perumpamaan bulan Rajab seperti angin, Sya’ban seperti awan, dan Ramadhan seperti hujan.  Siapa saja yang tidak menanam di bulan Rajab, mengairi di bulan Sya’ban, bagaimana mungkin dapat memetik hasil.

Benih kebaikan apa yang ditanam pada bulan Rajab ini? Ada 6 S yang bisa dikerjakan. Yakni huruf  S yang pertama adalah Shaum atau shiyam yakni puasa. Rasulullah SWT kerap kali berpuasa banyak di bulan Rajab, bahkan di bulan Sya’ban seluruh bulan, namun ada kalanya beliau kurang berpuasa. Ini mengandung perintah sunnah berpuasa di bulan Rajab dan Sya’ban.

Huruf S yang kedua, Shalat. Shalat ialah kado terindah dari peristiwa Isra Mi’raj nabi Muhammad SAW. Shalat adalah perintah tertinggi karena intruksinya langsung saat Nabi menghadap dzat Maha Tinggi. Bahkan orang yang mampu shalat dengan baik, ia sama mi’raj karena telah berkomunikasi langsung dengan Rabbul Izzati.

Agar shalat kita seperti mi’raj maka harus dibarengi dengan isra, yakni melakukan perjalanan dari masjid ke masjid. Inilah symbol bahwa kita harus menciptai rumah Allah, masjid. Masjid wadah beribah, tempat berdzikir, silaturrahim, menambah ilmu agama dan media bersatunya umat. Orang yang gemar  dan kepincut dengan masjid (ma’allaqun bil masajid), maka ia akan mendapat perlindungan dari Allah pada yaumil akhir.

BACA JUGA : Sambut Bulan Rajab, Habib Muhammad Segaf Ingatkan Umat Islam Jaga Ketaatan

Sedangkan, S yang ketiga, Sedekah. Sedekah adalah salah modal dan bekal manusia menuju alam barzakh. Orang telah meninggal, dalam Surah Al Munafiqun ayat 10, meronta-ronta dan mengemis kepada Allah agar meminta waktu sesaat saja, agar diberikan hidup kembali untuk bersedaqah, agar dicitrakan sebagai orang yang saleh.

Namun sayang kesempatan tidak datang kedua kalinya. Jatah hidup sebagai masa transisi menuju akhirat, tidak digunakan semaksimal mungkin untuk mengumpulkan kebajikan.

Yang diraih hanyalah harta, jabatan, status sosial, reputasi baik di hadapan manusia. Hubbun dunya telah menutup hati manusia dari tujuan hidupnya semula yakni fokus  jalan pengabdian kepada sang Maha Rahman.

BACA LAGI : Ingin Hidup Tenang dan Bahagia, Maka Jagalah Selalu Shalat

Selanjutnya, S yang keempat ialah shalawat. Shalawat adalah doa dan salam penghormatan kepada Nabi Muhammad SWT.  Allah dan Malaikat telah bersholawat kepada beliau, termaktub dalam surah al ahzab ayat 56. Sifat  Allah dan malaikat yang terus menerus bershalawat memberikan contoh kepada kita agar hambanya menjadikan shalawat sebagai amaliah rutin.

Berikutnya, S yang kelima ialah selalu qiratul quran atau membaca al Quran. Al Quran ialah firman Allah, yang dibaca mandapat pahala, mengandung petunjuk hidup bagi manusia, menjadi obat,  dan memberikan syafaat di akhirat nanti.  Mutiara al Quran  sangat indah. Ia menjadi senandung disaat jiwa gundah,  pelipur lara saat sengsara, menjadi teman setia saat  bahagia .

BACA LAGI : Toko Buku Usaha Jaya Lebih Bidik Segmen Pembaca Muslim

Lalu, S yang keenam ialah selalu  menjauhi maksiat. Maksiat adalah noda bagi hati. Ia ibarat debu, dapat mengotori hati, menjadi menghalang cahaya hidayah, dan bisikan kebenaran. Untuk menjaga hati tetap bersahaja dan menjadi nahkoda, memproteksilah hati dari maksiat kepada Allah.

Jadi, mari kita menanam kebaikan dengan di bulan Rajab, agar saat Ramadhan tiba,  kita sudah ready jiwa raga, menyambut promo keberkahan, promo bonus saldo kebaikan, dan hidup seakan seribu tahun. Harapannya, kita akan lahir menjadi jiwa yang fitrah, yang menatap masa depan dengan penuh penghambaan, kemajuan dan berperadaban, sukses dunia, dan akhirat.(jejakrekam)

Penulis adalah Pemerhati Keagamaan dan Kemasyarakatan

Tinggal di Banjarmasin

 

 

Pencarian populer:https://jejakrekam com/2019/03/19/menanam-di-bulan-rajab/,Hari yang baik untuk tanam bawang di bulan Rajab

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.