Terkepung Ruko, Warung Cucu Nini Langganan Kebanjiran

0

CUKUP hujan satu jam, kawasan pemukiman warga di Jalan Haryono MT, Kelurahan Kertak Baru Ilir, Banjarmasin Tengah, diserbu luapan air dari badan jalan. Diduga akibat sistem drainase tak maksimal dan tertutup, ditambah terkepung bangunan rumah toko (ruko) menjadi penyebabnya.

KEJADIAN ini terus berulang, ketika hujan datang. Seperti terlihat pada Selasa (5/3/2019) sekitar pukul 13.00 Wita, saat hujan lebat turun, kawasan perumahan yang berada di belakang deretan ruko pun merasakan dampaknya.

Apalagi, badan jalan serta halaman ruko rata-rata lebih tinggi dari pemukiman warga. Hasilnya, air mengendap dan meluap hingga menyerbu dataran lebih rendah.

“Baru setahun ini, banjirnya lebih parah. Biasanya, air hujan cepat kering tersalur ke gorong-gorong. Karena gorong tertutup, akhirnya di tempat kami yang lebih rendah kebanjiran,” ucap Murniati, pemilik warung Cucu Nini di Jalan Haryono MT kepada jejakrekam.com, Selasa (5/3/2019).

BACA :  Ternyata, Anggaran Perbaikan Drainase di Banjarmasin Masih Gelondongan

Ia mengaku sudah mengadukan masalah itu kepada Ketua  RT 04 Kelurahan Kertak Baru Ilir, termasuk ada beberapa pejabat Pemkot Banjarmasin yang kebetulan makan di tempatnya. Namun, hingga kini, tak ada respon balik.

“Kalau hujannya datang pagi hari, kami siap-siap tidak berjualan, karena tempat kami pasti kebanjiran. Sekarang, saat hujan siang, terpaksa para pelanggan harus bersabar,” kata Murniati.

Saat hujan dan kebanjiran, Murniati pun terpaksa memakai sepatu boots untuk melayani para pembeli. Menurut dia, dibanding tahun-tahun sebelumnya, saat ruko belum menjamur di kawasan itu, banjir atau calap hanya sebentar. Begitu tumbuh ruko seperti café dan lainnya berdiri, kini warga Kertak Baru Ilir harus menderita.

BACA JUGA :  Ahli Pengairan Australia Sarankan Sistem Drainase Banjarmasin Dikaji Lagi

“Sekarang, bukan hitungan jam lagi air bisa surut, bisa berhari-hari. Apalagi, kalau saluran drainase mampet, pasti kawasan di tempat kami jadi sasaran,” ucap Murniati.

Dia kini hanya bisa pasrah, karena tak dapat berbuat banyak di tengah mudahnya perizinan bangunan yang tak ramah lingkungan. Menurut Murniati, banyak ruko diuruk, bukan sistem rumah panggung seperti kebanyakan rumah warga. “Hasilnya, ya seperti sekarang,” ujarnya.

Sejumlah langganan pun sembari bercanda, makan di tengah banjir seperti di tempat pengungsian. Sebagian yang awalnya ingin makan di tempat, terpaksa harus beli membawa bungkusan ke rumah atau kantor.(jejakrekam)

 

Penulis Didi GS
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.