V’Day…Budaya Cintamu?

0

KLAIM sebagai hari kasih sayang oleh remaja dan kawula muda di seluruh dunia dengan nama Valentine’s Day. Valentine’s Day awalnya popular di negara-negara Eropa dan Amerika, pada hari itu, terutama remaja yang sedang jatuh cinta merayakannya dengan penuh meriah dan hura-hura. Mereka datng ke pesta-pesta, berdansa semalam suntuk, saling memberi hadiah coklat. 

JADILAH Valentine’s Day atau V’Day dimaknai sebagai hari kasih sayang sudah menjadi sebuah tradisi budaya di kalangan remaja dan kaum muda. Tradisi pesta cinta nuansa yang diidentikkan  dengan warna pink, aksesoris berbentuk hati, dan coklat. Tradisi budaya dengan berbaga ‘ritual’ perayaan dan pesta.

Kilas Balik Valentine’s day

Pada zaman dahulu, awal abad ke-4 SM bangsa Romawi biasa mengadakan pesta bagi salah satu dewa mereka yaitu Lupercalia (Lupercus). Perayaan ini dilaksanakan pada pertengahan bulan Februari, pas musim kawin burung. Pada pesta Lupercia ini dilaksanakan acara mencari jodoh yang cukup unik. Para gadis menuliskan namanya di secarik kertas lalu dimasukkan dalam kotak.

Para pemuda yang hadir akan mengambil kertas di dalam kotak secara acak. Layaknya piala bergilir, gadis yang terpilih akan menjadi pasangan pemuda tersebut sampai pesta Lupercia berikutnya, yang kemungkinan akan digantikan kepada pemuda yang lain.

Acara jodoh-jodohan yang sudah lebih dari 800 tahun ini ditentang oleh pihak gereja yang ada di Roma. Alasannya, hal ini merupakan perayaan kafir yang bertentangan dengan ajaran Kristen. Pada tahun 270 SM, uskup Valentine memulai kambali kebiasaan ini dengan cara berbeda.

BACA :  Bagi yang Jomblo Jangan Merasa Terhina, Terpenting Jauhi Zina

Saat itu, Claudius II –Kaisar Roma- melarang orang-orang untuk menikah karena menganggap tentara muda bujangan lebih tabah dan kuat dalam medan peperangan. Namun secara diam-diam Uskup Valentine mengumpulkan muda mudi yang jatuh cinta untuk dinikahkan.

Kebijakan Uskup Valentine diketahui oleh kaisar, dan dia marah besar. Uskup Valentine pun dipenjara. Ia bisa bebas asal mau menyembah dewa orang Romawi tapi ditolak oleh Uskup Valentine. Akhirnya, pada tanggal 14 Februari 270 SM ia dipukuli, dilempari batu dan akhirnya dipenggal. Sebelum menghadapi saat terakhirnya, Valentine menulis sebuah kalimat “From Your Valentine” kepada gadis yang pernah disembuhkannya dipenjara dan membuatnya jatuh cinta. Kalimat inilah yang sering diungkapkan pada Valentine’s Day.

Bagaimana dengan tradisi mengirim kartu Valentine? Kebiasaan ini tidak ada hubungannya dengan Uskup Valentine atau pesta Lupercalia. Saat pesta Lupercalia ditinggalkan, para pemuda Romawi memberikan kartu tulisan tangan untuk mengajak kencan gadis idamannya, kartu itu diberikan pada tanggal 14 Februari. Tapi, kartu Valentine yang sebenarnya pertama kali dikirim oleh Charles  di tahun 1415 untuk istri tercintanya. Saat itu, Charles dipenjara di Tower of London yang sekarang sudah jadi museum. Dari sinilah kebiasaan mengirim kartu itu berlanjut sampai sekarang.

BACA JUGA :  NU Menilai Banyak Mudharatnya, Muhammadiyah Tegas Hukumkan Haram

Jika pemuka agama Nashrani pun berpendapat Valentine’s day tidak ada hubungannya dengan keimanan kaum Nasrani. Bahkan, mereka juga keberatan umatnya hanyut dengan acara ini, apalah lagi mereka yang mengaku muslim.

Dalam dalil QS. Al-Isra:36 “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang tidak kamu ketahui tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya akan dimintai pertanggungjawabannya”.

Mereka yang merayakan Valentine’s Day menjadi terkategori orang-orang kuper yang tidak tahu sejarah dan budaya, dan jangan alfa bahwa budaya juga berhungan dengan keimanan. Ken Sweiger yang menulis artikel ‘Should Bibilical Christian Observe It’? (www.kornet.org) kata Valentine berasal dari bahasa latin yang berarti ‘Yang Maha, Yang Maha Perkasa, dan Yang Maha Kuasa’. Kata ini ditunjukkan kepada imrod dan Lupernicalia (Lupercus) – Tuhan orang Romawi.

Selain ditandai dengan kartu, warna pink, coklat, gambar hati, juga ada Cupid. Apa itu cupid? Cupid adalah gambaran malaikat kecil bersayap yang menenteng panah. Dia sering dipakai sebagai lambang cinta pada acara Valentine’s Day. Dalam mitologi Romawi, Cupid adalah anak laki-laki dewa Venus, dewa cinta dan kecantikan. Saking rupawannya, dia banyak diburu para wanita,bahkan ia berzina dengan ibunya sendiri. Sesuai dengan lambang Cupid yang disematkan pada Valentine’s Day, tidak jarang budaya Valentne’s Day dirayakan dengan berhubungan seksual.

Arus Budaya Global

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Dengan tradisi Valentine’s day, Barat mencoba melakukan sebuah eksapansi dalam bentuk yang lebih soft terhadap kaum muda di seluruh dunia sebagai pangsa pasar kapitalisme.

Valentine’s Day adalah sebuah ekspansi budaya global, sebagai bagian dari upaya globalisasi gaya hidup. Budaya Valentine’s Day sengaja dipasarkan sebagai budaya global untuk menguasai pasar generasi muda dan orang-orang yang labil untuk mengubah arah pemikiran mereka sehingga mengekor budaya tertentu. Adanya ekspansi budaya ini remaja kita bangga bila makanan, hiburan maupun dandananya dipakai meniru budaya luar. Tidak terkecuali Valentine’s day, remaja di seluruh dunia termasuk remaja dan kaum muda kita di Indonesia merasa perlu untuk merayakannya agar termasuk dalam bagian budaya global..

Selain menjajakan coklat, bunga, balon, kembang api, Barat juga menjajakan ideologi mereka sehingga bisa diterima dunia, seperti halnya ide kebebasan dan hak asasi manusia yang tak terbatas. Hingga menjadi sebuah kewajaran gaul bebas dan free sex menjadi sebuah keshahihan di hari Valentine atas nama kasih sayang. LGBT pun menjadikan Valentine’s Day sebagai momen kemesraan kasih sayang untuk bebas mengekspresikan nafsu seksual mereka yang menyimpang.

BACA JUGA :  Disdikbud Melarang Valetine Day, Kemenag Ajak Saling Menghormati

Berdasarkan penulusuran Koranbanjar.net, menjelang V’Daya penjualan kondom yang berasal dari kalangan anak muda pria berusia 19-20 tahunan mengalami peningkatan di wilayah Banjarmasin dan Banjarbaru Kalsel. Kondom pun sangat mudah di dapat, bahkan  etalase kondom di Alfamart ditempatkan dibagian depan dekat kasir. Apakah budaya V’Day ini akan menjadi budaya remajamu? Berbudayalah sebagai remaja yang cerdas.

Bukankah kita punya budaya kasih sayang yang luas. Tidakkah kita bisa menunjukkannya dengan cara menunjukkan cinta kita yang seratus persen terhadap kekasih dengan cara melamarnya dihadapan orang tuanya, tidak hanya dengan memberi sebatang coklat saja.

Kita juga mempunyai budaya tolong menolong yang sudah luntur dan perlu disuburkan kembali. Selain upaya mengubah arah pemikiran generasi muda, ekspansi budaya ini akan bisa menjauhkan keimanan mereka. Budaya adalah sekelompok ide yang dianut dan dan mempunyai fakta tentang kehidupan yang mendasari asas berjalannya.

Sebagai muslim, Rasulullah SAW telah bersabda : “Siapa saja yang menyerupai suatu kaum maka mereka termasuk golongan (kaum) tersebut”. (HR. Abu Dawud dan Imam Ahmad dari Ibnu Umar). Bukankah kita juga bisa membangun budaya kita dengan warna keimanan yang jauh lebih indah? Wallahu’alambishawab.(jejakrekam)

Penulis adalah Pendidik dan Founder Rufidz Ahmad Amuntai

 

 

 

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.