Catatan Dialog Palindangan Noorhalis : Menggelorakan Save Meratus

0

PEGUNUNGAN Meratus membentang dari Kalsel hingga Kaltim. Hulu dari semua sungai di Banua ini. Dia jantung kehidupan. Bila jatungnya rusak, bencana mengancam, tidak ada masa depan. 

BAGAIMANA kondisi pegunungan Meratus kini? Apa saja yang mengancamnya? Ekploitasinya untuk siapa? Bagaimana melawannya? Adakah yang peduli menggelorakan save Meratus?

“Luas Kalsel hanya 3,7 juta hektare, paling kecil dibandingkan luas provinsi lainnya di Kalimantan. Dari luas itu, 50 persen sudah dibebani pertambangan dan perkebunan kelapa sawit. Tambang sendiri menguasai 33 persen, sedangkan perkebunan kelapa sawit, menguasai 17 persen areal Kalsel,” beber Kisworo, Direktur Walhi Kalsel mengawali paparannya pada dialog Palidangan Noorhalis.

Puluhan perusahaan bekerja mengekploitasi Meratus. Membentang dari Tanah Bumbu, Kotabaru, hingga ke Balangan dan Tabalong. Padahal Meratus adalah penyangga kehidupan. Dia atap dan dinding rumah kita. Kalau atapnya bocor, dindingnya jebol, maka kehidupan kita pasti terganggu.

Tambang dan sawit, selama ini sudah menggerogoti Meratus. Tidak ada yang mempedulikannya. Walhi, terus menyuarakannya. Semestinya ini tugas dari negara. Karena terjadi bencana, maka yang repot adalah pemerintah itu sendiri, karena yang terkena bencana adalah masyarakat, rakyat dari pemerintah itu sendiri, ujar Kisworo menambahkan penjelasannya.

Kisworo melanjutkan, Walhi berharap dibentuk pengadilan lingkungan atau dibentuk satuan tugas (satgas) kejahatan lingkungan. Apalagi dalam waktu dekat ini, sejumlah perusahaan besar pertambangan di Kalsel, izinnya berakhir, maka sebaiknya dilakukan audit lingkungan sebelum diperpanjang.  Atau yang lebih bagus lagi, hentikan pertambangan dan kembalikan sebagai hutan.

“Serahkan kepada masyarakat untuk kembali menjadi hutan, sehingga yang diambil hanya ikutan dari hutan  saja. Fungsi hutan adalah memberikan keseimbangan alam, sehingga iklim tidak berubah secara ekstrim,” kata Kisworo.

Mendengar paparan Kisworo tentang bahaya serius pengunungan Meratus, Noorhalis Majid, sebagai tuan rumah Palidangan, melemparkan pertanyaan kepada Juliade tentang respon masyatakat adat di Pegunungan Meratus.

BACA : Catatan Dialog Palindangan Noorhalis : Demokrasi Tanpa Partisipasi, Hampa

Juliade selaku aktivis yang bekerja di wilayah masyarakat adat, tentu sangat memahami kondisi masyarakat pegunungan Meratus. Ia menyampaikan bahwa masyarakat di pegunungan, selalu menanyakan, mungkinkah kita menang melawan perusahaan yang memiliki modal dan kekuasaan.

Masyarakat adat adalah pihak yang lemah. Tanah yang digarap dan akui selama ini, tidak memiliki legalitas kuat secara administrasi pertanahan. Karenanya, setiap kali sengketa di peradilan, bila yang dimintakan adalah legalitas kepemilikan dalam bentuk sertifikat, maka tidak mungkin masyarakat adat memilikinya. Masyarakat hanya mengenal pengakuan adat.

“Sedangkan adatnya itu sendiri, dan bahkan keberadaan masyarakat adatnya, apalagi wilayah hukum adatnya, tidak pernah mendapat pengakuan dari negara,” kata Juliade.

“Tugas kami menguatkan masyarakat. Bukan saja menyangkut pemahaman bahwa mereka harus mempertahankan wilayah adat pegunungan Meratus. Namun juga menguatkan ekonomi, sehingga tidak mudah menjual tanah kepada orang lain, apalagi menjualnya kepada perusahaan untuk dieksploitasi. Tidak mudah menguatkan masyarakat untuk tetap mempertahankan Meratus. Yang mendekati masyarakat juga banyak, termasuk orang-orang yang punya kepentingan mengekploitasi Meratus,” tuturnya.

Karena itu, tegasnya, diperlukan dukungan banyak pihak agar perjuangan menggelorakan save Meratus tidak surut. Bersyukur sekarang ini dihidupkan kembali Aliansi Meratus. Semua yang peduli dengan Meratus, menjadi bagian dari Aliansi ini. Bukan hanya para aktivis lingkungan, namun juga budayawan, seniman, akademisi, media, dan lain sebagainya, sehingga cukup banyak menyuarakan save Meratus.

Sejumlah pendengar, juga ikut menyampaikan komentar dan pendapatnya. Sebagian besar menyampaikan dukungan kepada Walhi dan Aliansi Meratus. Mereka berharap, tidak pernah surut menyuarakannya save Meratus. Ini adalah perjuangan panjang. Memerlukan nafas panjang, ujar Opung, salah satu penelpon yang berpartispasi. Pun begitu dengan Hj Ratih di Banjarbaru, dia merasa bingung, kenapa izin bisa diterbitkan, padahal yang terkena dampaknya adalah pemerintah daerah.

“Semestinya, kalau pemerintah memahami resiko yang ditimbulkan, izin tidak akan pernah diterbitkan,” ujar Hj Ratih.

BACA JUGA : Terlarang di Era Belanda, Kini Pegunungan Meratus Terkepung Tambang

Suriani Haer di Banjarmasin,  juga menyampaikan komitmennya, ikut menggelorakan save Meratus. “Dimanapun posisi kita, harus menjadi bagian dari gerakan ini, agar anak cucu kita tidak merasakan akibat buruknya,” seru Suriani Haer.

“Sekarang ini, kita sedang berjuang menghadapi satu perusahaan yang akan mengeploitasi Meratus. Luasnya mencapai 5.800 hektare. Arealnya membentang di tiga Kabupaten, yaitu Hulu Sungai Tengah, Balangan, dan Tabalong,” ujar Kisworo, menambahkan informasi tentang perkembangan Meratus.

Tidak mudah memenangkan perkara di pengadilan. Karena yang dihadapi adalah korporasi yang sudah mengantongi izin dari pemerintah pusat. Beruntung Pemkab Hulu Sungai Tengah menolak keberadaan perusahaan tersebut. Namun karena sudah menjadi perkara di pengadilan, maka terpaksa harus melalui tahapan yang panjang

“ni hanya satu perusahaan. Padahal puluhan perusahaan lainnya, juga harus digugat, sehingga Meratus benar-benar terbebas dari ancaman. Sekarang ini akibat dari pertambangan, ratusan kilometer sungai kita tercemar pertambangan. Kita hidup dari sungai tersebut. Bisa dibayangkan bagaimana dampaknya bagi kesehatan masyarakat. Dan dampak ini, menjadi beban bagi pemerintah daerah, karena masyarakatnya rawan terhadap penyakit,” paparnya.

Mengakhiri paparannya, Kisworo dan Juliade meminta kepedulian semua pihak untuk ikut serta menggelorakan save Meratus. Tanpa kepedulian semua pihak, Meratus akan habis, dan yang tesisa hanyalah bencana.(jejakrekam)

Penulis Andi Oktaviani
Editor Andi Oktaviani

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.