Angkat Derajat Kopi Aranio Masuk Menu Sajian Utama Café

1

POTENSI biji kopi di lereng Pegunungan Meratus, Kalimantan Selatan sangat besar dan bernilai ekonomis. Sayangnya, peluang pasar ini belum tergarap maksimal di tengah tren pencinta kopi yang mendunia serta naik daun hingga menjadi bisnis menjanjikan.

AREAL perkebunan rakyat pun terbentang, hingga banyak varian kopi khususnya dari varietas kopi robusta dan arabika, terdapat di kawasan Pegunungan Meratus. Tak mengherankan, jika banyak kopi asal Tanah Banjar yang terkenal seperti kopi Martapura, kopi Pengaron, kopi Barabai dan lainnya.

“Dari hasil survei kami, sebenarnya banyak perkebunan kopi yang dikelola masyarakat Kalsel belum memenuhi standar pasar, terutama untuk menembus pasar internasional. Padahal, potensinya biji kopi kita tak kalah dengan daerah lain seperti kopi Aceh, kopi Jawa, kopi Toraja, sayang belum tergarap profesional,” kata dosen Uniska Muhammad Arsyad Al-Banjary, Rakhmat Nopliardy kepada jejakrekam.com, Minggu (10/2/2019).

BACA :  Ajarkan Mahasiwa Tentang Bisnis, Uniska Buka Kedai Kopi Robanio  

Dia mencontohkan biji kopi yang dijadikan produk andalan Kedai Kopi Uniska berasal dari wilayah Kecamatan Aranio, Kabupaten Banjar. Menurut Rakhmat, kopi jenis robusta ini kebanyakan hanya digunakan untuk konsumsi sehari-hari dengan ditambah rempah-rempah lainnya seperi jahe, kayu manis, beras sangrai dan lainnya.

“Percampuran ini justru menghilangkan aroma kopi yang sebenarnya berkhasiat untuk memulihkan stamina. Ini berdasar hasil kajian dari Ibnu Sina, pakar kedokteran Islam yang jadi rujukan pakar kesehatan Eropa sebagai zat stimulan bagi tubuh yang aman dan sehat,” tutur Rakhmat Nopliardy.

Selama ini, menurut dia, cara penyeduhan kopi juga masih sangat tradisional, sehingga tidak mendapat manfaat maksimal dari biji kopi, hingga akhirnya justru dilekatkan sebagai penyebab penyakit lambung, maag, dan lainnya.

BACA JUGA :  SKY BAR Meriahkan Tempat Pecinta Kopi Berkumpul

“Padahal, jika benar tata cara penyeduhan dan penyajian, kopi malah menjadi obat. Terbukti, jika diseduh dengan alat modern, kopi bisa membangkitkan semangat dan memberi tenaga,” kata mantan anggota DPRD Kalsel ini.

Bersama UPT Kewirausahan dan Inkubator Bisnis Uniska MAB, Rakhmat Nopliardy bersama beberapa dosen dan mahasiswa pun mengembangkan produk andalan kopi robusta dari Aranio, hingga dilabeli Robanio.

“Rasa kopi ini sangat dipengaruhi sistem penamanan pohon, cara memanen, hingga pengolahan. Sebab, kopi yang berkualitas adalah ketika orang yang meminum bisa merasakan aroma, dan khasiatnya. Tentu hal ini dibutuhkan keahlian dan keterampilan,” tutur Rakhmat.

Tak mengherankan, jika di kedai atau café, selalu ada para peracik kopi atau barista, sehingga kopi yang disajikan berbeda dengan kopi kemasan dijual di warung-warung.

“Harga pun bisa lebih mahal, karena cara pengolahan dan penyajian berbeda. Sebab, sari dari kopi yang diminum, bukan lemah jahat turut dikonsumsi,” bebernya.

BACA LAGI :  Mengangkat Kembali Kejayaan Kopi Pengaron, Ikon Kopi Banua Banjar

Dengan menggunakan alat penyeduh kopi vacuum coffe maker, sistem perendaman penuh dipicu sumber panas konstan, diyakini Rakhmat justru menghasilkan kopi yang beraroma tinggi dan malah menyehatkan badan.

“Memang, harga alat penyeduh kopi ini cukup mahal, berkisaran Rp 2,5 juta hingga Rp 3 juta per unit. Saat ini, di Kedai Kopi Uniska yang dikelola para mahasiswa, sudah disediakan alat penyeduh kopi semacam ini,” beber Rakhmat.

Membandrol harga Rp 3 ribu per cup, Rakhmat berharap Kedai Kopi Uniska dengan andalan kopi robusta asal Aranio, bisa bersaing dengan kedai atau café yang menyediakan varian kopi dari berbagai daerah.

“Kami sengaja mendatangkan biji kopi dari Aranio, karena kualitasnya tidak kalah dengan daerah lain. Makanya, di tempat itu, kami bina dan beli langsung, dalam sebulannya dibutuhkan 70 kilogram biji kopi yang dibuat serbuk dan diseduh di Kedai Kopi Uniska,” kata salah satu dosen pembimbing ini.

Rakhmat berharap apa yang dilakukan Uniska dapat ditiru kampus lain, sehingga potensi kopi lokal bisa terangkat di tengah naiknya daun penyeduhan kopi ala café di Banjarmasin dan sekitarnya.

“Kami juga mengajarkan cara pengolahan dan penyeduhan kopi sesuai standar internasional. Ini penting, karena kopi termasuk minuman berkelas internasional sehingga kita perlu memenuhi hal itu,” imbuhnya.(jejakrekam)

 

 

Penulis Ahmad Husaini
Editor Didi GS

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.