Relawan ACT Bagikan Baju Hangat untuk Anak-anak Gaza

0

MOBIL putih berhenti di tanah lapang dekat salah satu pemukiman padat penduduk di Jalur Gaza. Begitu kontras dengan lingkungan di sekitarnya. Sejumlah orang keluar dari dalam mobil, mereka adalah relawan Aksi Cepat Tanggap (ACT). Kedatangan mereka seketika mengalihkan cekikikan anak-anak yang tengah bermain siang itu.

PARA relawan itu berjalan dengan yakin ke sejumlah rumah sembari membopong sebuah kotak besar. Anak-anak yang penasaran pun tidak mau ketinggalan membuntuti langkah kaki mereka. Di sepanjang jalan, bekas reruntuhan bahkan tumpukan sampah menjadi pemandangan yang mengantar mereka ke rumah para penerima manfaat.

“Assalamualaikum,” ucap seorang relawan sampai di salah satu rumah berdinding batako. Di balik tirai penutup ruangan, senyum tuan rumah menerima kedatangan mereka. Salah satu gadis kecil di keluarga itu memberikan sambutan paling hangat. Tanpa ragu ia menjabat tangan para relawan sambil memberikan senyum terbaiknya.

Kotak besar itu ternyata berisi beberapa paket pakaian hangat. Si gadis kecil, menjajal jaket barunya yang berwarna merah muda. Ia kemudian menutup kedua telapak tangannya dengan sepasang sarung tangan hitam yang juga baru. Sejumlah paket pakaian hangat itu amanah masyarakat Indonesia.

Pada Januari ini, ACT melalui memberikan sejumlah bantuan musim dingin kepada masyarakat Palestina. Kali ini, bantuan yang diberikan berupa paket pakaian hangat untuk anak-anak dari keluarga yang tinggal di permukiman prasejahtera di Jalur Gaza. Akhir Januari, bantuan itu disalurkan kepada warga Gaza.

“Satu paket terdiri dari 15 item yang bisa dibagikan ke tiga anak dalam satu keluarga. Pada implementasi kali ini, ada 306 anak penerima manfaat. Bantuan ini pun masih terus berlangsung,” jelas Andi Noor Faradiba dari Global Humanity Response (GHR) – ACT.

BACA : Suplai 100.000 Liter Bahan Bakar, Selamatkan Ribuan Pasien Gaza

Paket pakaian bantuan musim dingin itu terdiri dari jaket, celana, baju hangat, beberapa pasang kaos kaki, dan juga sarung tangan. Bingkisan pakaian hangat itu diharapkan bisa menghalau suhu dingin dan terus memberikan kehangatan bagi anak-anak Palestina.

Pakaian hangat menjadi salah satu sandang utama di negara bermusim dingin, termasuk Palestina. Sayangnya, tidak semua masyarakat, khususnya anak-anak, Palestina mampu memiliki pakaian hangat. “Ekonomi sedang sangat sulit di Gaza. Tidak ada pekerjaan berarti tidak ada uang,” kata Faradiba.

Pada kenyataannya, suhu dingin sangat memungkinkan mengganggu kesehatan. Musim dingin Januari ini, seiring dengan implementasi bantuan kesehatan dan distribusi obat-obatan, mitra ACT di Palestina juga menemukan sejumlah pasien yang mengalami flu, radang tenggorokan, hingga peradangan saluran pernapasan. Penunjuk suhu memperlihatkan suhu terendah Palestina selama Januari bisa mencapai delapan derajat celsius.(jejakrekam)

Penulis Retno Sulisetiyani/ACT Kalsel
Editor Andi Oktaviani

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.