Waspada, Tren Penderita Demam Berdarah Mulai Naik di Banjarmasin

0

MEMASUKI musim penghujan, warga Kota Banjarmasin diminta mewaspadai penyebaran deman berdarah dengue (DBD). Tercatat, hingga Februari 2019, sudah ada 7 kasus demam berdarah dan 95 kasus demam dengue, hingga ada satu korban dinyatakan meninggal dunia.

DATA ini diungkap Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin, dr Dwi Atmi Susilastuti saat rapat kerja dengan Komisi IV DPRD Kota Banjarmasin, Rabu (6/2/2019).

Ia menjelaskan ada perbedaan mendasar antara demam berdarah dan demam dengue yaitu demam berdarah berisiko menyebabkan kematian sebab, virus demam berdarah menyebabkan kebocoran plasma membuat pasien mengalami shock.

BACA :  Belum Dinyatakan KLB, Lima Warga Kalsel Meninggal Dunia Akibat DBD

“Pada tahun 2018, ada 28 penderita demam berdarah. Nah hingga Februari ini, baru ada 7 penderita demam berdarah maka belum bisa disimpulkan penderitanya naik dibandingkan tahun lalu,” ujar Dwi Atmi Susilastuti kepada awak media, usai rapat dengar pendapat dengan Komisi IV DPRD Banjarmasin.

Dia mengakui memang ada kenaikan kasus pada periode yang sama, yaitu pada tahun lalu, ada 4 penderita demam berdarah. “Mudah-mudahan tidak ada peningkatan pasien yang terpapar demam berdarah, terlebih menurut BMKG curah hujan menurun di bulan Februari ini. Harapannya, penderita deman berdarah dan demam dengue juga ikut turun,” kata Dwi.

Ia beranggapan kenaikan jumlah penderita penyakit mematikan ini belum layak disebut masuk kategori kasus luar biasa (KLB). Sebab, menurut dia, baru bisa dikategorikan KLB jika penderita naik dua kali lipat rata-rata periode sebelumnya.

“Walaupun, belum masuk kategori KLB tapi kami akan memperlakukan seperti kategori KLB, begitu ada laporan warga terkena demam berdarah dan demam dengue,” tegas Dwi.

BACA JUGA :  Daya Tahan Tubuh Menurun, Waspada Demam Berdarah di Musim Pancaroba

Ia juga membantah kenaikan penderita demam berdarah disebabkan kurangnya sosialisasi. Menurutnya, justru pasien yang terkena demam berdarah dan demam dengue yang tidak pernah berhubungan dengan fasilitas kesehatan (faskes), padahal 26 puskesmas di Kota Banjarmasin telah tanggap, jika ada tanda-tanda pasien terpapar demam berdarah.

“Semua pasien yang terkena demam berdarah dan demam dengue di rumahnya ditemukan jentik nyamuk. Itu berarti ada sumber penularan,” imbuhnya.

BACA LAGI :  Hingga 4 Februari, 63 Kasus DBD Terjadi di HSU

Dwi menyebut fogging bukan satu-satunya jurus paten mencegah penularan demam berdarah dan demam dengue karena hanya membunuh nyamuk dewasa. Menurut dia, cara yang tepat adalah mencegah tumbuh suburnya sarang nyamuk.

“Demam berdarah bukan penyakit baru, penyakit yang sudah lama ada tercatat sejak 1968. Kasus pertama kali terjadi di Jakarta dan Surabaya.  Saya yakin masyarakat sudah sangat mengenal penyebab terjadinya dan cara pencegahannya,” pungkasnya.(jejakrekam)

Penulis Ahmad Husaini
Editor Didi GS

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.