Beban Pergerakan Jalan Nasional di Kayutangi Beralih ke Jalan Kota

0

SOPIR angkutan kayu yang biasanya menyuplai bahan bangun untuk perumahan di kawasan Handil Bakti, Barito Kuala, kini harus menyiapkan dana ekstra. Terutama, biaya bahan bakar (BBM) untuk mengantar pesanan jika nanti Jembatan Sungai Alalak dirobohkan dan diganti baru.

INI menyusul dengan rencana penutupan total akses Jalan Brigjen H Hasan Basry, Kayutangi Ujung ke Jalan Trans Kalimantan, Handil Bakti pada akhir Februari 2019 ini. Sedangkan, jalur alternatif satu-satunya hanya melintas di Jalan Tembus Perumnas atau Cemara Ujung ke Handil Bakti melewati Jembatan Sungai Alalak II.

“Memang, pasti tambah ongkos minyak. Karena truk pengangkut dipastikan dilarang melintas ke Kayutangi lagi, akhirnya kami harus berputar ke Jalan Lingkar Utara (Jalan Gubernur Syarkawi) Pal 17,” ucap Rudi, sopir angkutan kayu asal Alalak kepada jejakrekam.com, Senin (4/2/2019).

BACA :  Atasi Kemacetan di Kayutangi Ujung, 7 Armada Feri Bakal Disiapkan

Rudi pun mengaku sempat terjebak macet, hanya gara-gara Jembatan Sungai Alalak II ditutup sementara karena perbaikan oprit dan rangka jembatan.

“Ya, bisa dibayangkan kalau nanti ditutup jalan utamanya. Malah dua tahun lamanya, padahal pesanan kayu banyak terdapat di Handil Bakti dan kawasan Batola, terpaksa kami harus memutar jauh untuk mengantar pesanan kayu nanti,” kata Rudi.

Sementara itu, dosen Fakultas Teknik Uniska MAB Adhi Surya Said pun sangsi rekayasa lalu lintas dengan sistem satu arah yang diterapkan bisa mengurai beban jalan dan kemacetan di kawasan Kayutangi Ujung itu.

“Kemacetan pasti tak terelakan, terutama pada saat jam-jam sibuk seperti pukul 07.00-09.00 dan pukul 16.30-18.30 Wita. Apalagi, beban jalan nasional di Jalan Brigjen Hasan Basryi dan Jalan Trans Kalimantan dipindah ke jalan lingkungan, Jalan Tembus Perumnas, Jalan Cemara Ujung, Jalan Cemara Raya, hingga Jalan Adhyaksa,” tutur Adhi Surya Said.

Mengingat, menurut Adhi Surya Said, kondisi Jalan Cemara Ujung dan Jalan Tembus Perumnas merupakan jalan kota atau lingkungan, bukan berstatus jalan nasional.

“Ini belum lagi ditambah pergerakan masyarakat di kawasan pemukiman penduduk di tempat itu, akan tambah menambah beban jalan lingkungan. Kemacetan parah pasti akan terjadi,” ucap magister teknik ITB ini.

BACA JUGA :  Jalan Utama Ditutup, Kawasan Kayutangi Diberlakukan Satu Arah

Adhi Surya Said membandingkan saat penutupan akses dari Terminal Induk Handil Bakti ke Jalan Perumnas, pergerakan kelas jalan nasional saja mengalami kemacetan parah.

“Jelas, tidak akan mampu menampung pergerakan mobil dan sepeda motor dengan antrean mengular panjang, meskipun diberlakukan sistem satu arah,” ucap Adhi Surya.

Ia menyarankan agar kawasan Jalan Brigjen H Hasan Basry sebagai jalan utama tetap diberlakukan pergerakan dua arah dari Banjarmasin ke Handil Bakti dan sebaliknya.

“Caranya, ya bikin jembatan darurat di titik Jembatan Sungai Alalak atau Kayutangi Ujung yang akan dibongkar dan diganti baru. Ini bisa menjadi solusi untuk dua tahun konstruksi,” katanya.

BACA LAGI :  Selama Dua Tahun, Ini Rekayasa Lalu Lintas Berlaku di Kayutangi dan Handil Bakti

Ahli perencanaan wilayah dan urban ini mengatakan pemasangan jembatan darurat model jembatan bailey atau belly, bisa digunakan untuk mengurai kemacetan parah di kawasan Kayutangi Ujung dan Handil Bakti.

“Pemasangan jembatan belly di atas Sungai Alalak bisa menghubungkan kawasan Berangas Barat dengan Alalak Utara, Kayutangi Ujung. Atau titik yang bisa memecah arus lalu lintas di kawasan tersibuk itu,” beber Adhi Surya Said. (jejakrekam)

 

 

Penulis Arpawi
Editor Didi GS

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.