Atraksi Barongsai Mengusir Roh Jahat di Toko Milik Warga Tionghoa

0

TABUHAN genderang dan perkusi barongsai memecah keramaian Pasar Simpang Sudimampir Raya, Senin (4/2/2019) siang. Mengawali perayaan Imlek 2570/2019 shio babi tanah, rombongan Barongsai Ideal mengelilingi areal pasar konveksi di Jalan Pangeran Samudera. Kehadiran barongsai biru dan jingga dipercaya warga keturunan Tionghoa membawa hoki.

PEMILIK toko sepatu Famous di Pasar Simpang Sudimampir Raya, Awang mengaku senang dengan kehadiran dua barongsai yang menari di atas tumpukan barang dagangan dan tokonya.

“Bagi kami, barongsai itu merupakan simbol dari makhluk astral yang bisa mengusir roh-roh jahat. Makanya, tiap tahun jelang Imlek, pasti rombongan barongsai datang ke sini,” kata Awang kepada jejakrekam.com, Senin (4/2/2019).

Terlebih lagi, menurut Awang, Imlek 2570 dalam kalender Tiongkok bertepatan pada Selasa (5/2/2019) besok merupakan shio babi tanah yang melambangkan kemakmuran.

BACA :  Simbol Tolak Bala, Atraksi Barongsai Disuguhkan di Pangeran Samudera

“Kami berharap di tahun baru ini, semoga kemakmuran dan keselamatan itu datang. Kami sekeluarga pun merayakan Imlek dengan berkumpul di rumah. Ya, seperti yang dilakukan umat muslim saat merayakan Hari Raya Idul Fitri,” ucap Awang.

Pembina Barongsai Ideal, Wijaya Kusuma mengatakan dirinya bersama kru barongsai sengaja berkeliling dari satu toko ke toko lainnya, terutama milik warga Tionghoa di Banjarmasin. Bahkan, mereka juga menyasar rumah atau komplek perumahan yang dihuni warga keturunan.

“Ini tradisi tahunan dari leluhur yang harus kami lestarikan. Sebab, kehadiran barongsai ini berdasar kepercayaan kami, bisa mengusir dan membersihkan roh-roh jahat yang berada di satu tempat,” kata Wijaya Kusuma.

Dari markas Barongsai Ideal di Jalan AES Nasution, Kampung Gadang, rombongan barongsai bergerak menuju titik-titik kumpul yang disepakati. Saat melakukan atraksi, para pemilih rumah dan toko pun memberi angpao merah sebagai tanda terima kasih.

BACA JUGA :  Leluhur dari Yunan, Etnis Tionghoa Membaur di Pacinan

“Angpao ini kami kumpulkan untuk dibagi-bagi kepada para kru. Saya juga membagikan angpao kepada anak-anak. Yang dilarang memberi angpao adalah yang belum menikah, walaupun sudah mapan. Terkecuali, dia sudah menikah, baru boleh bagi-bagi angpao,” kata Wijaya Kusuma.

Berbeda dengan Rudy, warga Tionghoa ini mengaku sudah memeluk agama Islam, tidak ikut lagi merayakan Imlek. “Tapi, keluarga saya masih ada yang merayakannya. Namun, kami tetap menjaga tali kekerabatan saat Imlek semacam ini,” pungkasnya.(jejakrekam)

 

Penulis Sirajuddin
Editor Didi GS

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.