Agama Sering Jadi Komoditas, Kapan Para Elit Punya Gagasan Politik yang Substansial?

0

BERAGAM cara ditawarkan oleh kontestan pesta demokrasi demi meraih suara sebanyak-banyaknya di pemilu 2019. Termasuk, menjadikan isu agama untuk meraup simpati calon pemilih pada bulan April mendatang.

PENGGIAT Jaringan Gusdurian Kota Banjarmasin, Supriansyah menilai fenomena politisasi agama ini bisa dilihat dari persaingan dalam Pilpres 2019. Contoh mudahnya, capres petahana dan penantang sama-sama menggunkan isu agama.

“Jokowi yang dulunya menggaungkan pluralisme, akhirnya juga menggunakan itu (isu agama). Buktinya banyak. Misalnya, dengan menggandeng sosok ulama yaitu KH Ma’ruf Amin sebagai wakilnya. Begitu juga di kubu Prabowo-Sandi yang mengklaim bahwa mereka merupakan calon hasil ijtima ulama ,” kata alumnus Akidah Filsafat UIN Antasari ini.

BACA : Tolak Perda Syariah dan Injil, PSI Kalsel Yakin…

Bagi Supri, menggunakan agama sebagai komoditas politik memang merupakan cara yang paling ampuh untuk menarik simpati masyarakat. “Yang menjadi pertanyaan adalah, apakah kita ingin terus menerus melihat elit politik bermain dengan isu-isu agama demi kepentingan kekuasaan?,” tanya Supri.

Alih-alih begitu, pendiri Kindai Institute ini menyarankan agar peserta Pemilu 2019 lebih baik menawarkan gagasan politik yang lebih substansial.

“Kita berdemokrasi kan karena ingin mewakilkan orang untuk mengurusi hajat hidup orang banyak. Tanpa memandang latar belakang etnis, suku, ras, dan agama,” ujar Supri kepada jejakrekam.com. (jejakrekam)

Penulis Ahmad Husaini
Editor Donny Muslim

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.