Penutupan Jembatan Sungai Alalak Bakal Pengaruhi Distribusi Barang

0

DISTRIBUSI barang yang berasal dari Pelabuhan Trisakti Banjarmasin menuju Kabupaten Barito Kuala serta kota-kota lainnya di Provinsi Kalimantan Tengah, bakal sedikit terganggu dengan rencana penutupan akses Jalan Brigjen H Hasan Basry terkait pembangunan Jembatan Sungai Alalak.

ATENSI khusus ini disuarakan Wakil Walikota Hermansyah saat memimpin rapat rutin Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Banjarmasin di Ruang Rapat Kantor Baretlitbangda Kota Banjarmasin, Rabu (30/1/2019).

Kekhawatiran Hermansyah karena penutupan akses Jalan Brigjen H Hasan Basry, Kayutangi Ujung-Jalan Trans Kalimantan, Handil Bakti akan berlangsung selama dua tahun, terhitung akhir Februari 2019 hingga 2021 nanti. Meski di kawasan itu dibuka jalur alternatif dari Jalan Tembus Perumnas terhubung ke Pasar Handil Bakti, lewat Jembatan Sungai Alalak II.

BACA :  Selama 10 Hari, Terhitung 1 Februari Jembatan Sungai Alalak II Ditutup

“Kami ingin seluruh barang dan bahan makanan yang masuk ke Banjarmasin tak terganggu. Ini menyangkut distribusi barang yang selama ini melalui Jembatan Sungai Alalak,” tegas Wakil Walikota Hermansyah.

Ia menekankan agar prioritas angkutan barang untuk pemenuhan kebutuhan warga Banjarmasin lebih diutamakan. Menurut dia, distribusi barang sangat berpengaruh terhadap tingkat inflasi yang terjadi di Banjarmasin.

“Inilah pentingnya langkah antisipasi agar inflasi di Banjarmasin tetap terkendali pada 2019 nanti. Bagaimana pun inflasi ini yang merasakan dampaknya adalah masyarakat langsung,” papar politisi PDI Perjuangan ini.

Posisi strategis PT Pelindo III Banjarmasin yang mengelola Pelabuhan Trisakti diingatkan Hermansyah juga lebih diintensifkan lagi. Selama ini diakui Hermansyah, pendistribusian barang dari pelabuhan ke berbagai kota, termasuk ke Kalimantan Tengah melalui transportasi darat.

“Dengan penutupan akses di Jembatan Sungai Alalak, maka jalur transportasi sungai bisa dimanfaatkan dalam pendistribusian barang di Banjarmasin, termasuk ke Kalteng,” tutur Hermansyah.

BACA JUGA :  Picu Stress Tinggi, Fenomena Leher Botol Bakal Terjadi di Kayutangi Ujung

Sebagai kota perdagangan dan jasa, Hermansyah mengakui distribusi masuk dan keluarnya barang di Banjarmasin sangat mempengaruhi tingkat inflasi dan perekonomian ibukota Provinsi Kalsel.

Berdasar data Humpro Banjarmasin, angka inflasi Kota Banjarmasin pada Desember 2018 lalu, mencapai 0,70 persen. Angka ini memang lebih rendah dibandingkan Desember 2017 mencapai 2,63 persen. Jika dihitung year on year (yoy) atau perbandingan tahun per tahun berkisar 2,63 persen.(jejakrekam)

Penulis Arpawi
Editor Didi GS

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.