KAMMI Kritik KPU Kurang Aktif Sosialisasi Pemilu di Kawula Muda

0

KESATUAN Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Kalimantan Selatan menghelat dialog milenial sadar politik di Gardu Garda Banjarmasin, Sabtu (19/1/2019). Ada empat narasumber yang dihadirkan untuk mengupas dari berbagai sisi soal politik dan kepemiluan.

NARASUMBER yang beradu argumen adalah pengamat muda hukum tata negara asal Fakultas Hukum Uniska Muhammad Arsyad Al-Banjary, anggota DPRD Kalsel yang juga caleg Gerindra, HM Lutfi Saifuddin dan dua caleg muda, Dani Mubarak dari PKS dan Fazlur Rahman dari PDI Perjuangan.

Diskusi yang bertema resolusi caleg muda untuk kejayaan Kalsel dikatakan Ketua PW KAMMI Kalsel Ahmad Saini bertujuan untuk merangkul caleg tingkat provinsi di Pemilu 2019, dan menemukan formulasi pembangunan apa yang salah di Kalsel.

“Banyak pembangunan di Kalsel seperti stagnan, bahkan kalah dengan provinsi lain. Contohnya, Kaltim jauh melesat dibandingkan Kalsel,” ucap Ahmad Saini.

BACA :  Kurang Pendidikan Politik Picu Rendahnya Partisipasi Pemilih Milineal

Dia menilai saat ini pesta demokrasi tahun ini kurang meriah di tengah masyarakat, terlebih lagi KPU hanya membuat aturan-aturan baku yang ditujukan kepada caleg.

“Seharusnya KPU bisa memberikan wadah berupa agenda-agenda diskusi bagi kawula muda yang saat ini tidak tercover,” ucap Saini.

Dengan dialog terbuka, lembaga penyelenggara seperti KPU bisa mengajak kalangan milineal terutama dari masyarakat kampus bisa terlibat aktif dalam menyukseskan Pemilu 2019.

Menurut Saini, ruang publik ini mesti dibuka seluas-luasnya. Mengingat, di era milenial sekarang publik haus akan keterbukaan.  “Istilahnya di era digital ini, tidak ada lagi istilah yang ditutupi,” katanya.

Saini menambahkan, seperti halnya saat menjalani pesta demokrasi ini, tentu kawula muda tidak boleh salah pilih, apalagi apatis. Maka dari itu,  beber dia, seluruh ide dan gagasan caleg seharusnya dibuka selebar-lebarnya, bahkan bisa dibenturkan dengan diskusi-diskusi terbuka.

“Tujuannya, agar kawula muda ini tahu apakah caleg ini layak untuk duduk di parlemen,” ucapnya.

BACA JUGA :  Singgung Krisis Listrik Kalsel, Sandi Janji Jatah Menteri dari Kalangan Milineal

Apakah sikap anti politik masih kuat di kalangan milenial? Saini menjawab, hingga kini masih sangat kuat untuk di tataran daerah. Meski, menurut dia, saat ini mereka menyatakan sikap terhadap isu nasional.

Ia mencontohkan soal legislatif di daerah, banyak yang belum memahami apa fungsi dan tugas legislatif. “Anak milenial saat ini tahu isunya bahwa saat ini kita harus terlibat aktif dalam memilih presiden. Tetapi mereka belum begitu mengetahui pentingnya pemilu di daerah yakni pemilihan legislatif.  Padahal, anggota dewan turut menentukan pembangunan daerah, khususnya yang ada di Banua,” ucapnya.

BACA LAGI :  Berebut Suara Generasi Milineal, PDIP Siapkan Caleg Muda

Saini menyarankan agar pemilih milenial di ruang mahasiswa sudah dirangkul. Namun, tak boleh mengabaikan keberadaan siswa SMA sederajat yang sudah berumur 17 tahun atau memiliki hak suara.

“Makanya, kami minta agar fasilitas publik seperti halnya kampus maupun sekolah dibuka. Kalau misalkan, politik tidak boleh masuk kampus dan sekolah, maka bagaimana mungkin mereka bisa mendapat informasi caleg mana yang semestinya mereka pilih,” katanya.

Saini pun mengeritik KPU malah tidak berperan aktif menyosialisasikan Pemilu 2019 di tengah kawula muda. “Jangan berharap banyak dengan parpol atau caleg, tapi KPU sebagai penyelenggara yang harusnya memberi tempat itu, terutama di kampus dan sekolah,” tandasnya.(jejakrekam)

Penulis Arpawi
Editor Didi GS

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.