Swasembada Pangan hingga Penguatan Militer, Strategi Prabowo-Sandi Menangkan Pilpres 2019

0

PASANGAN calon-cawapres Prabowo Subianto dan Sandiaga Salahuddin Uno menyampaikan pidato kebangsaan berjudul ‘Indonesia Menang’ kepada ribuan warga di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Senin (14/1/2019) lalu. Pidato ini sekaligus dibalut dengan penyampaian strategi paslon memenangkan Pilpres 2019 ini.

DI hadapan lautan massa pendukung yang membawa ramai dengan sorakan #2019GantiPresiden dan tokoh masyarakat seperti Susilo Bambang Yudhyono dan Amien Rais, ada lima yang hal yang ditekankan Prabowo dalam membangun negara Indonesia yang nantinya akan berdiri di atas kaki sendiri.

Pertama, seperti yang sudah digaungkan oleh Prabowo Subianto sejak lawas: Indonesia harus bisa benar-benar melakukan swasembada pangan. Dia mengaku heran, saat masyarakat panen, mengapa kebijakan impor harus dipertahankan.

“Saya baru datang dari Klaten. Di situ, para petani beras bersedih. Karena saat mereka panen dua bulan yang lalu, malah banjir beras dari luar negeri. Begitu pula, banyak petani tebu yang mengeluh. karena saat mereka panen, banjir gula dari luar negeri. Inilah kondisi yang saya sebut paradoks Indonesia” ujar Prabowo, disambut teriakan dukungan para warga.

BACA: Temui Jalan Buntu, Prabowo-Sandi Gelar Penyampaian Visi-Misi Tanpa KPU RI

Menurutnya, hal-hal seperti ini jika ditindaklanjuti secara lebih hati-hati, dia khawatir kondisi Indonesia akan berlanjut ke arah yang lebih buruk.

Selain swasembada pangan, ketersediaan stok energi juga harus diperhatikan. Maka dari itu, dalam misinya Prabowo memasukan juga fokus swasembada energi dalam strategi politik. Khususnya ketersediaan bahan bakar.

Ketiga, masih dalam fokus swasembada, Prabowo mengklaim dirinya bersama timnya juga siap menghadapi krisis air bersih yang mengancam tahun 2025 nanti. “Ini data dari PBB. Indonesia akan mengalami krisis air bersih,” ujarnya.

Keempat, lembaga pemerintahan yang kuat. “Khususnya sistem yudikatif. Bagaimana Indonesia bisa memiliki hakim-hakim yang unggul dan jujur, jaksa-jaksa yang unggul dan jujur, polisi-polisi yang unggul dan jujur, intelijen yang unggul dan setia kepada bangsa dan rakyat. Bukan intel-in rakyatnya. Intel-in ulamanya,” sindir Prabowo.

Terakhir, sebagai sosok yang pernah bergelut di bidang militer, Prabowo juga menyebut timnya akan membentuk angkatan perang yang unggul. “Tentara yang kuat, tentara rakyat yang setia kepada rakyat dan bangsa. Tentara yang tidak kalah dengan tentara-tentara terbaik di dunia,” ujarnya.

BACA: Jual Isu Perbaikan Ekonomi, Sahabat Prabowo-Sandi Bergerak di Kalsel

Dipaparkan Prabowo, dari Kementerian Pertahanan sekali pun mengatakan stok peluru sedang mengalami keterbatasan. “Kata Menteri Pertahanan yang sekarang, Indonesia hanya mampu bertahan 3 hari jika perang. Lantaran peluru kami hanya cukup untuk tiga hari juga. Ini bukan kami yang menyampaikan, tapi pemerintah yang sekarang,” kata dia.

Dia lantas meminjam rumus yang terkenal dari Thucydides, ahli sejarah yang hidup kurang lebih 50 tahun sebelum Masehi. “The strong will do what they can, the weak suffer what they must. Itulah yang dikatakan Thucydides. Ini pelajaran diajarkan di semua lembaga kajian strategis, di semua sekolah militer seluruh dunia,” ucap Prabowo.

Sering dibilang berlebihan, Prabowo menolak jika ada yang dia sampaikan ini disebut terlalu ambisius. Dalam pidatonya yang kurang lebih berlangsung selama 1,5 jam tersebut, dia cuma bisa menjawab, masyarakat Indonesia saat ini berada dalam perlombaan melawan waktu.

Kalau kita tidak melakukan hal-hal yang berarti, kalau kita tidak melakukan transformasi yang besar hari ini, kita bisa terjebak dalam keadaan yang mengkhawatirkan masa depan bangsa kita,” kata Prabowo. (jejakrekam)

Penulis Donny Muslim
Editor Fahriza

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.