God Bless Semakin Tua Semakin Jadi

0

JIKA grup musik umumnya mengandalkan usia muda, daya tarik fisik, lagu-lagu anak muda, lain cerita dengan God Bless. Grup dengan para pemain gaek ini: Ahmad Albar, Ian Antono, Dony Fatah mematahkan mitos ini. Mereka bukan tampil untuk come back, tapi God Bless tak ada matinya.

SAYA menikmati nyanyian Semut Merah, Syair Kehidupan, Saksi Gitar Tua, Anak Adam dan lain sebagainya di era 90 an melalui pita kaset, tapi melihat personel God Bless, saat cek sound di atas panggung lapangan 5 Desember Marabahan, Minggu (6/7/2019) sore merasa memasuki lorong waktu.

Saya merasa memegang batang pulpen atau pensil dan memasukkan ke dalam lobang kaset, lalu memutar mundur atau maju mencari lagu yang dikehendaki.

Ahmad Albar dan kawan-kawan jelas tak muda lagi. Mereka ringkih, tubuh kurus, rambut beruban tapi daya tariknya tak pernah pudar. Konon, bisik-bisik penggemar muda di masanya, mereka akan datang dari berbagai kota kabupaten di luar Batola. Marabahan akan menjadi daya tarik yang dipancarkan God Bless.

BACA :  Tiba di Marabahan, God Bless Cek Sound, Bawakan Lagu Syair Kehidupan

Salah satu dari tiga orang pengunjung warung makan do seberang kami berkata, “Kami dari Rantau ka sini mandatangi God Bless. Parak haja dari Margasari.” Penjaga parkir tempat saya menitipkan motor berujar “Barusan lewat ratusan grup Vespa menuju arah lapangan”.

Inilah daya tarik God Bless yang jika dicermati ada tiga hal. Pertama God Bless itu sendiri terutama pada tiga personel utamanya yakni Ahmad Albar, Dony Fatah, Ian Antono, Abadi Susman.

Jika grup lain sering berganti personil, maka God Bless adalah pengecualian karena mereka saling setia. Tidak ada perubahan personil secara ekstrem. Sehingga ingatan penggemarnya pun menempel kuat sepanjang masa.

Kedua lirik lagu yang tak lekang oleh waktu. Setiap orang mendengar lagu God Bless atau Gong 2000 memiliki pengalaman masing-masing. Mereka akan ingat masa sekolah baik tingkat menengah atau tingkat atas hingga di bangku kuliah. Mereka akan ingat kembali masa sulit di waktu.

Secara personal, penggemar God Bless akan ingat lagu-lagu tertentu sesuai dengan pengalaman hidup masing-masing. Entah tentang cinta, semangat hidup, kisah tentang urbanisasi dalam Huma di Atas Bukit, kisah tentang semangat juang dalam Semut Hitam, atau kisah tentang hubungan sesama manusia dalam lagu Anak Adam.

BACA JUGA :  Amankan Konser God Bless, Polres Batola Terjunkan 150 Personel

Ketiga pada fisik pemainnya sendiri. Di usia kepala tujuh mereka tetap berdiri tegak di atas panggung. Jiwa rocker bersemayam dalam usia tua mereka, tak mau keluar dan tak ada kata pensiun. Mereka menantang zaman, menjaga fatner tanding grup band era milineal ini.

Itulah sebabnya God Bless grup yang selalu ditunggu kehadirannya. Ia setia bermusik, setia pula kepada penggemarnya. Maka kesetiaanlah mempertemukan pemain dan penonton karena itulah God Bless semakin tua semakin jadi.(jejakrekam)

Penulis adalah Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Sosiologi dan Antropologi
FKIP Universitas Lambung Mangkurat
Email: [email protected]

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.