Beralih ke Sistem Modern, Bupati Banjar Sebut Luas Sawah Terus Berkurang

0

SISTEM pertanian modern yang dijanjikan Kementerian Pertanian untuk menggarap lahan rawa menjadi sawah produktif, disambut hangat Bupati Banjar H Khalirurrahman. Apalagi, sistem pertanian modern ditopang tata kelola air dan lahan dengan peralatan pertanian.

PROGRAM Selamatkan Rawa Sejahterakan Petani (Serasi) yang diluncurkan Kementerian Pertanian (Kementan) juga menyapa Kabupaten Banjar, salah satu daerah penyangga pangan Kalimantan Selatan.

Untuk proyek percontohan (pilot project) akan diterapkan di Desa Tajau Landung, Kecamatan Sungai Tabuk. Lahan rawa seluas 200 ribu hektare akan disulap menjadi sawah produktif, layaknya lahan HPS yang ada di Desa Jejangkit Muara, Kecamatan Jejangkit, Kabupaten Barito Kuala (Batola).

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menjanjikan akan segera mengirim puluhan alat mesin pertanian (alsintan) berupa excavator besar, excavator kecil, traktor roda empat, RMU (mesin penggiling padi), pompa air untuk irigasi, benih, pupuk, dan lain-lain untuk menggarap lahan yang ada di desa itu.

BACA : Mentan Amran Target Kalsel Lumbung Padi Nasional Luar Jawa

Termasuk, tata kelola air dan lahan akan difokuskan Kementan segara dioptimalisasi. Dimulai dari kegiatan rehabilitasi dan atau penyempurnaan infrastruktur pintu air irigasi, penguatan pematang, tanggul, drainase, tabat, surjan dan lainnya.

Dijadikannya Desa Tajau Landung di Sungai Tabuk jadi proyek percontohan pun membuat Bupati Banjar H Khalirurrahman pun gembira.

BACA JUGA : Cetak Sawah Baru 500 Hektare, Bupati Banjar Ingin Kembalikan Sebutan Kindai Limpuar

Menurut dia, lahan sawah yang ada di Kabupaten Banjar seluas 500 ribu hektare, memang terus berkurang akibat alih fungsi lahan pertanian. “Potensi lahan rawa di sini masih sangat luas. Karena itu kami sangat menyambut positif proyek Serasi di kabupaten kami,” kata Guru Khalil-sapaan akrab bupati.

Saat ini, menurut dia, mayoritas lahan sawah yang ada di Kabupaten Banjar masih ditanami setahun sekali, terutama untuk varietas padi lokal. Untuk itu, Guru Khalil berharap dengan digiatkannya program Serasi, pertanaman bisa dilakukan dua hingga tiga tahun sekali.(jejakrekam)

Penulis Syahminan
Editor Didi GS

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.