Walau Kolong Jembatan Antasari Dipagar, Syamsiah Pilih Tetap Bertahan

0

PEMAGARAN kolong Jembatan Antasari yang dilaksanakan Satpol PP Kota Banjarmasin pada Rabu (12/12/2018), tak membuat beberapa penghuni enyah dari kawasan tepian Sungai Martapura itu. Tujuan pemagaran itu agar tak ada gubuk-gubuk yang menganggu keindahan serta mempengaruhi konstruksi jembatan lawas itu.

KEPALA Seksi Operasi Satpol PP Kota Banjarmasin, Hendra mengungkapkan pemasangan pagar besi di tiang Jembatan Antasari untuk mengosongkan kawasan itu agar tak berdiri lagi gubuk-gubuk para penghuni kolong jembatan.

“Kami hanya mengamankan pemasangan pagar. Sedangkan, pemasangan pagar besi itu dilakukan Bidang Jembatan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Banjarmasin,” ucap Hendra kepada jejakrekam.com, Jumat (14/12/2018).

Menurut Hendra, keberadaan gubuk para pengupas bawang dan kelapa yang berdekatan dengan Hotel Swissbell Borneo, serta mengganggu keindahan susur sungai di Sungai Martapura. “Ya, keberadaan gubuk-gubuk itu sangat mengganggu estetika kota. Jadi, saat pemasangan pagar, kami hanya melakukan pengawalan,” tegas Hendra.

BACA : Tergusur dari Teluk Kelayan, Terpaksa Jadi Penghuni Kolong Jembatan Antasari

Rupanya pagar besi yang dicat hitam tak menghalangi para penghuni kolong Jembatan Antasari untuk pergi dari tempat itu. Mereka memilih bertahan, karena selama ini gubuk yang dibangun untuk bertahan dari terik mentari dan hujan.

Pagar sepanjang 5 meter, lebar 1 meter dan tinggi 3 meter tampak kokoh tertancap di tiang jembatan. Bahkan, tiangnya pun dicor semen, sehingga terlihat sengaja dibangun permanen.

“Saya ini sudah 10 tahun tnggal di sini. Kenapa kami diusir dengan cara dipagar kolong jembatan ini. Saya ini warga Banjarmasin juga,” ucap Syamsiah (50 tahun) kepada jejakrekam.com, Jumat (14/12/2018).

Ia bercerita sebelumnya tinggal di Gambut, Jalan Achmad Yani Km 13, Kabupaten Banjar di rumah bedakan. Namun, ketika suaminya meninggal, Syamsiah pun tak sanggup lagi membayar biaya sewanya. “Ya, terpaksa tinggal di bawah Jembatan Antasari ini. Tempatnya juga dekat dengan Pasar Harum Manis,” katanya.

BACA JUGA : Kategori Miskin Jika Penghasilan Hanya Rp 401.220 per Bulan

Menurut Syamsiah, sehari-hari dirinya bersama penghuni kolong Jembatan Antasari bekerja sebagai pengupas kulit bawang di Pasar Harum Manis. Upahnya Rp 600 per kilogram.

Syamsiah mengaku kecewa dengan tindakan Pemkot Banjarmasin yang sengaja ‘mengusir’ dirinya bersama rekannya agar tak lagi bermukim di kolong Jembatan Antasari.

“Lebih baik kami tinggal di bawah kolong jembatan. Ada delapan orang di sini. Seharusnya, pemerintah kota membuatkan rumah atau menyewakan rumah, kami tak sanggup bayar. Makanya, tinggal di sini,” katanya lagi.

Meski kolong Jembatan Antasari telah dipagari, Syamsiah memastikan tetap tinggal di kawasan itu. Ia pun nekat bersama rekan-rekannya, tinggal di samping pagar mendirikan tenda dan gubuk untuk bertahan. “Kalau malam hari, ya kami pasang terpal agar bisa melindungi dari dinginnya malam, atau hujan. Kalau siang, ya kami lepas terpalnya,” kata Syamsiah.

Selain sebagai pengupas kulit bawang di Pasar Harum Manis, Syamsiah bersama temannya juga memilih pekerjaan sebagai pemulung. Mereka cukup rajin mengumpulkan gelas plastik air kemasan, yang bisa dijual seharga Rp 2 ribu per kilogram.

“Alhamdulillah, untuk makan sehari-hari, kami dapat dari mana-mana. Nah, kalau disuruh pindah, apalagi menyewa tempat tinggal, jelas kami tak mampu bayar. Apalagi, kebanyakan penghuni kolong jembatan ini adalah para janda,” imbuhnya.(jejakrekam)

 

Penulis Asyikin
Editor Fahriza

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.