Pemkot Banjarmasin Akui Kewalahan Atasi Serangan ‘Ilung’ dan Bambu Kiriman Daerah Tetangga

0

TAK hanya serangan masif eceng gondok (ilung) yang mewarnai Sungai Martapura, serbuan serpihan bambu ditambah sampah rumah tangga juga membentuk blokade di bawah Jembatan Pasar Lama. Berlangsung sudah tiga hari, makin lama tumpukan itu membentuk ‘daratan’ hingga bisa dilewati warga dengan jalan kaki di atasnya.

PANTAUAN jejakrekam.com, Senin (10/12/2018) sore, tumpukan itu belum juga dibersihkan. Hingga, Masni, seorang pedagang di Pasar Lama mengaku sangat kesulitan untuk membawa dagangannya melalui jalur sungai, akibat tak bisa melintas di bawah Jembatan Pasar Lama.

“Kami minta agar secepatnya pemerintah kota segera membersihkan. Memang, pemerintah kota sudah menerjunkan kapal sapu-sapu ke sini. Ya, mulai pukul 10.00 pagi tadi,” kata Masni kepada jejakrekam.com, Senin (10/12/2018).

Menurut dia, berbeda dengan tumpukan ilung di bawah Jembatan Sudimampir (Antasari), justru di bawah Jembatan Pasar Lama, menumpukan serpihan batang bambu bercampur sampah.

“Sudah tiga hari tumpukan ini belum juga bersih. Akibatnya jelas, mengganggu roda perekonomian warga, terutama para pedagang yang masih menggunakan angkutan klotok,” kata Masni.

Saking vitalnya Sungai Martapura sebagai jalur transportasi sungai, Masni memohon agar pemerintah kota bisa segera mengantisipasi hal tersebut. Terutama, saat musim hujan yang deras, sehingga ilung, serpihan bambu dan sampah selalu menumpuk di kawasan Jembatan Antasari dan Jembatan Pasar Lama. Terkadang juga menyangkut di Jembatan Dewi.

“Gara-gara tumpukan bambu dan ilung, saya harus mengeliling sungai. Apalagi, saya mengambil kecambah ini dari seberang (Seberang Masjid). Makanya, saya menunggu sampai tumpukan bambu dan sampah ini dibersihkan,” tutur Masni.

BACA : Tumpukan ‘Ilung’ Blokade Akses Lalu Lintas Sungai Martapura

Dia juga menyebut gara-gara blokade sampah di Sungai Martapura, hampir tiga hari klotok pariwisata tidak bisa melewati kawasan itu.

Sementara itu, Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Banjarmasin, Joko Pitoyo mengaku kewalahan mengatasi tumpukan sampah ilung, bambu dan sampah rumah tangga yang ada di Sungai Martapura.

“Kalau hanya Pemkot Banjarmasin yang menangani sendirian, tentu kami tak sanggup,” kata Joko Pitoyo saat dikontak jejakrekam.com, Senin (10/12/2018).

Pertimbangan Joko beralasan. Pemkot kini cuma memiliki satu unit kapal sapu-sapu untuk membersihkan sampah sungai plus eceng gondok. Itu pun dengan sistem sewa dari pihak ketiga.

“Kemarin juga membersihkan dari siang sampai malam. Hari ini kami upayakan maksimal juga begitu,” kata Joko.

BACA JUGA : Ingin Turis Banyak, Bersihkan Sungai di Banjarmasin dari Sampah

Selain itu, Joko menyebut Sungai Martapura yang memiliki panjang sekitar 200 kilometer bukan hanya berlokasi di Kota Banjarmasin. Dia menuding justru daerah tetangga yang menjadi penyumbang kiriman eceng gondok dan sampah.

“Panjang Sungai Martapura di Banjarmasin cuma 25 kilometer. Nah, sementara lokasi kota kita berada di hilir daerah aliran sungai (DAS). Jadi begitulah hasilnya,” ujar Joko.

Solusi konkret, dia menyarankan daerah tetangga yang ikut kebagian jatah DAS Sungai Martapura juga ikut berperan. Artinya, jangan sampai pemkot hanya ketiban masalah dari problem yang tak terselesaikan daerah lain.

“Harusnya ya, mereka ikut berperan mereduksi eceng gondok sebelum sampai ke Kota Banjarmasin,” tandasnya.(jejakrekam)

Penulis Asyikin/Dony Muslim
Editor Didi G Snausi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.