Atasi Serbuan ‘Ilung’, Pemkot Banjarmasin Harus Gandeng Pemkab Banjar

0

FENOMENA tahunan di Sungai Martapura, harus jadi atensi Pemkot Banjarmasin dengan menggandeng Pemkab Banjar. Serangan tumpukan eceng gondok ‘ilung’ atau rerumputan liar dalam istilah Banjar disebut ‘kumpai’, tertahan dan menumpuk di bawah Jembatan Pasar Lama dan Pasar Sudimampir (Antasari) menjadi peristiwa tahunan.

PENGAMAT perkotaan asal Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Akbar Rahman menyarankan agar Pemkot Banjarmasin segera duduk satu meja dengan Pemkab Banjar dengan difasilitasi Pemprov Kalsel.

“Fenomena serangan ilung atau tumbuhan liar, termasuk di dalamnya sampah rumah tangga jelas merugikan Banjarmasin. Terutama, terganggunya akses moda transportasi sungai, perdagangan hingga wisata susur sungai,” kata Akbar Rahman saat dikontak jejakrekam.com, Senin (10/12/2018).

Mahasiswa doktoral di Saga University-Japan dengan konsentrasi urban design ini mengungkapkan Banjarmasin yang berada di dataran rendah, tentu tak bisa menghindari serangan masif dari tumpukan ilung dari hulu Sungai Martapura, terutama berasal dari Kabupaten Banjar.

BACA : Tumpukan ‘Ilung’ Blokade Akses Lalu Lintas Sungai Martapura

“Ketika air hujan tinggi di daerah hulu, dan air Sungai Martapura meninggi atau pasang, maka kumpulan ilung dan rerumputan atau kumpai pasti dibawa arus sungai menuju daerah rendah. Ya, persinggahan air tentu berada di Banjarmasin,” kata Akbar Rahman.

Ia mengakui posisi Banjarmasin sangat dilematis, karena dikelilingi dua sungai besar, yakni Sungai Barito yang hulunya berada di beberapa kabupaten di Provinsi Kalimantan Tengah, serta Sungai Martapura yang berhulu di wilayah Kabupaten Banjar.

Akbar menyarankan agar penempatan kapal sapu-sapu atau pemotong sampah alami, bisa ditempatkan di daerah hulu perbatasan Banjarmasin-Kabupaten Banjar, bukan ditempatkan di daerah pusat kota. “Serbuan ilung ini bisa distop di daerah perbatasan. Dari wilayah hulu ini harus dibersihkan agar tak mau ke daerah hilir di pusat kota,” kata Akbar.

Menurut dia, fenomena tahunan ini sebenarnya bisa diatasi, jika Pemkot Banjarmasin bisa intensif menggandeng Pemkab Banjar, karena jika serbuan ilung, sampah rumah tangga dan bambu itu tak diantisipasi di daerah hulu, maka tumpukan besar pasti akan berada di sungai tengah kota.

“Makanya, tidak efektif kalau kapal sapu-sapu itu ditaruh di pusat kota. Seharusnya, dicari posisi sumber tumpukan sampah ilung atau bambu di daerah hulu. Posisi kapal sapu-sapu sebagai penangkap ilung itu ditempatkan di daerah perbatasan untuk mengadang serbuan ilung itu,” katanya.

Akbar menganalisis dengan posisi Sungai Martapura yang memiliki  cabang-cabang sungai, maka tumpukan ilung itu justru akan menyebar ke anak-anak sungai yang ada. “Harus bisa dipetakan. Apalagi, bukan hanya tumpukan ilung, tapi juga membawa sampah rumah tanggan dan lainnya. Ini jelas merepotkan bagi Banjarmasin,”  ucap Akbar lagi.

BACA JUGA : Pemkot Banjarmasin Akui Kewalahan Atasi Serangan ‘Ilung’ dan Bambu Kiriman Daerah Tetangga

Masih menurut Akbar,  dengan menggandeng Pemkab Banjar, maka pemerintah kota bisa menyiapkan prasarana dibantu personel dari daerah tetangga. “Jangan seperti sekarang, pemkot seperti layaknya pemadam kebakaran, ketika ada serangan ilung baru diturunkan. Harusnya, ini sudah masuk perencanaan tahunan, sehingga bisa mengatasi lebih cepat dan efektif,” tuturnya.

Untuk solusi jangka panjang, Akbar juga menyarankan pemerintah kota untuk mendorong terciptanya industri kreatif memanfaatkan sampah ilung dan lainnya lewat rumah-rumah kreatif. “Bisa saja pemerintah kota menggandeng perguruan tinggi untuk kajian atau penelitian pemanfaatan ilung dari dampak negatif menjadi positif,” ujar Akbar

BACA LAGI : Pelarangan Buang Sampah ke Sungai Harus Diperdakan

Ia yakin perguruan tinggi sangat respon terhadap fenomena alam tahunan yang melanda Banjarmasin. Terlebih lagi, menurut Akbar, kondisi pendangkalan Sungai Martapura juga imbas dari masalah yang terjadi di daerah hulu.

“Letak Sungai Martapura dan Sungai Barito yang berada di Banjarmasin sebagai daerah hilir, maka tak bisa dihindari adanya serbuan ilung dan pendangkalan. Inilah mengapa pentingnya Banjarmasin untuk menggandeng daerah tetangga dalam mengatasi masalah itu,” tuturnya.(jejakrekam)

 

Penulis Asyikin
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.