Ahli Pengairan Australia Sarankan Sistem Drainase Banjarmasin Dikaji Lagi

0

KONEKSITAS tingginya curah hujan, sistem jaringan jalan, jaringan drainase, sungai, kontur tanah dan kultur masyarakat Banjarmasin perlu dilakukan pengujian dan riste mendalam untuk mengatasi banjir agar tak meluas di ibukota Provinsi Kalimantan Selatan.

AHLI pengairan dan sistem jaringan drainase modern asal Australia, Shane Elson mengakui masalah banjir yang tiap saat menghantui Banjarmasin serta kota lainnya seperti Martapura dan Banjarbaru, perlu sebuah solusi yang tepat.

“Masalah drainase yang terjadi di Banjarmasin memang sangat kompleks. Apalagi, dengan kontur tanah yang datar, curah hujan yang tinggi, sehingga masalah jaringan drainase yang bermuara ke sungai atau kanal yang ada, perlu riset mendalam,” ucap konsultan teknik dari PT Solusi Berinovasi Indonesia ini.

Menurut Shane Elson, sepatutnya jalan-jalan protokol di Banjarmasin, seperti Jalan Lambung Mangkurat, Jalan Brigjen H Hasan Basry, dan lainnya harusnya bebas dari banjir.

Ia membandingkan sistem drainase modern yang telah diterapkan di kota-kota besar di Australia, telah memiliki masterplan drainase. Menurut Shane Elson, jalan provinsi atau nasional di Australia tidak boleh banjir, terkecuali hanya satu kali dalam setiap 20-50 tahun. Sedangkan, jalan kecil boleh sekali banjir dalam dua atau lia tahun sekali, dengan ketinggian air hanya 30 centimeter.

BACA : Shane Elson : Air Hujan di Kalsel Jauh Lebih Sehat Dibanding Air Leding

“Tentu, apa yang ada di Australia berbeda dengan di sini. Sebab itu, maka kami perlu melakukan riset, sistem drainase apa yang paling cocok diterapkan di Banjarmasin, Banjarbaru dan Martapura sebagai tiga kota yang berdekatan,” tutur Shane Elson kepada jejakrekam.com, Kamis (6/12/2018).

Ia mengakui Banjarmasin dikelilingi sungai besar, sedang dan kecil, termasuk jaringan kanal yang dibangun era kolonial Belanda. Hanya saja, menurut dia, ketika berada dalam satu jaringan, air sungai meluap dan meninggi akibat curah hujan tinggi, maka juga mengisi air yang ada di kanal.

“Saat ini, kami tengah mengujicobakan konsep drainase modern di daerah Sekumpul Martapura. Namun, sekali lagi, konsep ini tidak bisa serta merta diterapkan di Banjarmasin,” tutur Shane Elson.

Ia mengakui sistem drainase yang baik adalah mampu menyalurkan air sebesar-besarnya ke daerah tangkapan air. Menurut Shane Elson, perlu sebuah penelitian interaksi antara jaringan jalan dengan sistem drainase yang diterapkan di Banjarmasin.

Ahli teknik jebolan University of  Southern Queensland (USQ) Australia ini mengakui kebanyakan sistem drainase makro atau major drainage diterapkan di kota-kota yang ada di Kalsel, termasuk Banjarmasin. Yakni , sistem menampung dan mengalirkan ari daru satu daerah tangkapan air hujan (catchment area), seperti saluran drainase primer, kanal-kanal atau sungai-sungai.

“Namun, jika belajar dari kasus di Cintapuri, di sana juga banyak kanal, ternyata ketika hujan datang lebat, air juga meluap. Ini berarti, harus ada kajian atau riset menyeluruh di Banjarmasin. Apalagi, kalau Banjarmasin tak punya masterplan drainase, tentu juga susah untuk mengatasi masalah banjir yang terjadi,” papar Shane Elson.

Ia mengungkapkan dalam sistem drainase modern, air memang tidak buang dengan cepat, karena justru membuat kawasan itu banjirnya justru makin parah. “Makanya, saya melihat konsep apa yang paling cocok di Banjarmasin, dengan lingkungan dan masyarakat. Apalagi, kebanyakan rumah di Banjarmasin berada di bantaran sungai. Tentu, perlu diteliti interaksi drainase, jaringan jalan dan apa yang dibutuhkan masyarakat di sana,” urai Shane Elson.

BACA JUGA : Libatkan Konsultan Australia, Sistem Drainase Modern akan Dibangun di Sekumpul

Dia juga melihat keberadaan kanal-kanal atau jaringan sungai yang terhubung ke Sungai Martapura, kondisinya tidak seperti dibangun era kolonial Belanda. “Ini juga jadi masalah, ketika air hujan besar, justru membuat debit air di kanal malah tinggi. Bikin banjir, dan jadi masalah. Lalu, kalau musim kemarau, malah mengering,” kata Elson.

Ia mengaku siap jika Pemkot Banjarmasin ingin melibatkan timnya untuk melakukan riset dan investigasi soal banjir yang datang ketika musim hujan. “Ya, perlu riset komprehensif. Soalnya, sistem drainase yang ada juga terbukti belum berhasil menghilangkan genangan air atau banjir. Setidaknya, sebagai ibukota Provinsi Kalsel, Banjarmasin memang butuh sistem drainase modern yang berstandar internasional,” tuturnya.(jejakrekam)

 

 

Penulis Didi GS
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.