Pengungsi Sulteng Mulai Tempati Hunian Nyaman Terpadu

0

SORE itu di Hunian Nyaman Terpadu (Integrated Community Shelter/ICS) Kelurahan Duyu, Tatanga, Palu, tampak sejumlah aktivitas. Sejak Sabtu (24/11/2018), sejumlah warga prioritas terdampak bencana gempa bumi dan likuefaksi mulai menempati satu-satunya hunian terintegrasi di Kelurahan Duyu tersebut.

NURMIN (58) menunjukkan kami beragam tanaman hias yang sedang ia tanam di pekarangan kecil hunian barunya. Ada Bambu Air (Equisetum Hyemale), Kenikir (Cosmos Caudatus), dan Daun Dewa (Coleus Benth). Nurmin dan suaminya, Wagiman, adalah salah satu penghuni baru shelter di ICS Duyu. Rumah mereka yang terletak di Jalan Sungai Manonda, Balaroa, hancur dan tidak lagi bisa ditinggali.

BACA : Pascabanjir, Dapur ACT Layani Empat Dusun Terisolir di Kelumbayan

Di sela-sela kegiatan berkebunnya Rabu sore (28/11/2018) itu, Nurmin membagi sedikit cerita tentang perjuangannya sebagai penyintas gempa hingga hari ini. “Saya merinding kalau ingat malam itu,” ujar Nurmin sambil menunjukkan lengan kanannya, memperjelas bahwa bulu kuduknya berdiri. Tanpa jeda ia lanjut bercerita.


Magrib 28 September, tanah tiba-tiba berguncang ketika Nurmin hendak berwudu. Ia dan dua anaknya segera lari meninggalkan bangunan. Nurmin bahkan harus merangkak di lantai rumah agar tubuhnya tidak jatuh. Tidak lama suara dentuman terdengar dari sekitar Balaroa, ia tidak tahu apa yang terjadi di sana. Nurmin hanya ingat, langit di atasnya sempat memerah.

Hampir dua bulan berlalu setelah peristiwa nahas itu, selama itu pula Nurmin yang tidak lagi memiliki tempat tinggal harus tinggal di tenda. “Alhamdulillah, saya dikasih rumah (unit di ICS Duyu) ini. Kalau tidak, saya tinggal terus di tanah kosong itu,” ujarnya yang telah empat malam tinggal di ICS Duyu. Sejak Ahad (25/11/2018) lalu, Nurmin dan keluarganya secara bertahap mulai memindahkan barang-barang yang tersisa dari tenda ke ICS Duyu.

BACA JUGA : Bengkel Gizi Terpadu Pulihkan Penderita Malnutrisi di Lombok

Tetangga baru Nurmin, Supriyono (40), juga salah satu warga yang baru akan tinggal di Jalan Sungai Manonda. Sebelumnya, Nurmin dan Supriyono belum saling kenal walau tinggal di satu daerah yang berdekatan. Sehari-hari Supriyono berdagang sayur keliling, dari Kota Palu ia menjajakan sayurnya hingga ke daerah Pantai Barat Donggala. Sayur-sayur yang ia ambil dari pasar Inpres di kota ternyata sudah memiliki pelanggan tersendiri di sana. “Alhamdulillah, bagi saya ini (ICS) membantu dan (kami) senang. Alhamdulillah, terima kasih ACT,” ujarnya ramah.


Rabu (28/11/2018) sore itu, Supri dan keluarganya baru saja datang melihat kondisi rumah barunya, persis di samping rumah Nurmin. “Ini masih dilihat-lihat dulu, besok rencana mau pindah,” jawabnya.

Bagi Supri, jangka waktu sekitar dua tahun adalah kesempatan yang bisa ia pergunakan dengan baik untuk memulai kehidupan yang baru. Menurut Supri, walaupun kehidupan ia dan keluarganya belum menemukan titik terang, adanya hunian nyaman terpadu yang diberikan sebagai bantuan bagi masyarakat terdampak gempa amatlah membantu. “Sekarang yang penting tempat tinggal dulu. Layak dan tidak kehujanan,” ungkap Supri.

Setiap hari, bapak tiga orang anak itu berangkat berjualan pukul setengah enam sore dan baru kembali ke rumah sekitar pukul tujuh malam. Ia bisa menempuh jarak 93 km untuk berjualan.

Suasana yang sama juga tampak di ICS Sibalaya Utara. Sejak Sabtu (24/11), sejumlah warga terdampak likuefaksi yang mengungsi di kios pasar Sibalaya Utara mulai menghuni ICS mereka. Heriani (40) baru saja usai melipat sejumlah pakaian, Senin (26/11) adalah hari kedua ia tinggal di ICS Sibalaya Utara. Rumah Heriani hancur parah terdampak likuefaksi.


Saat tim ACT berkunjung ke ICS Sibalaya Utara Senin sore, sejumlah anak tampak bermain di fasilitas taman bermain yang disediakan di hunian tersebut. Canda (11) sedang berkumpul bersama sejumlah anak lainnya. Ia bersama orang tuanya mengungsi di pasar Sibalaya Utara. “Kalau di sini bisa bermain, ada papan luncur dan toya-toya (ayunan),” ungkapnya khas anak-anak.

Koordinator ICS Dede Abdul Rahman mengungkapkan, semua warga yang mendapatkan fasilitas ICS di Sibalaya Utara maupun Duyu telah menempati hunian mereka. “Sudah pindah semua, kalau listrik di ICS Duyu masih dalam pemasangan akan disambungkan per blok-nya,” ujar Dede saat ditemui di ICS Lolu, Rabu (28/11/2018).


ICS di Kelurahan Duyu terdiri dari 96 unit shelter dan sejumlah fasilitas penunjang seperti masjid, MCK, dapur umum dan taman bermain. Sedangkan 60 unit untuk 60 KK diperuntukkan bagi warga terdampak bencana Sibalaya Utara. ACT juga masih menargetkan empat kompleks ICS yang tersebar di Palu, Sigi, dan Donggala rampung segera, yakni ICS di Desa Wani satu Kecamatan Tanantovea, Desa Soulowe Kecamatan Dolo, Kelurahan Buluri Kecamatan Ulujadi, dan yang nantinya menjadi salah satu ICS terbesar di Desa Lolu Kecamatan Sigi Biromaru.

Tidak Ketinggalan, ICS terbesar yang terletak di Desa Lolu Kecamatan Sigi Biromaru pun mulai tampak digunakan. Sejak Selasa (27/11) masjid di hunian tersebut digunakan pertama kali untuk salat Asar berjamaah.(jejakrekam)

Penulis Gina Mardani Cahyaningtyas
Editor Fahriza

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.