Kemacetan Kian jadi Momok, Transportasi Pribadi Terus Melonjak

0

SEMAKIN hari, keberadaan transportasi pribadi terus menjadi momok bagi Kota Banjarmasin.  Bertaburannya kendaraan pribadi tak bisa dibantah lagi jadi biang masalah kemacetan. Apalagi, tingginya angka kendaraan pribadi tak selaras dengan kapasitas jalan.

DARI data Dishub Kota Banjarmasin, kendaraan roda dua merupakan transportasi pribadi yang paling mengalami peningkatan. Dari tahun 2016 hingga 2017 saja, jumlah motor pribadi tercatat 176,641 unit. Belum lagi jika mengacu tahun-tahun sebelumnya, angkanya bisa mencapai satu juta unit.

Persoalan terus melambungnya jumlah kendaraan pribadi, khususnya roda dua memang tidak ditampik oleh Kepala Dinas Perhubungan, Ichwan Noor Chalik. “Memang yang sulit itu adalah mengubah kebiasaan masyarakat,” ucapnya ketika ditemui jejakrekam.com, Rabu (28/11/2018).

Selain telah menjadi kebiasaan, Ichwan tidak memungkiri pengajuan kredit kendaraan bermotor semakin mudah. Bahkan, sebagian tanpa melalui mekanisme seleksi ketat. Namun, karena moratorium kredit kendaraan bermotor merupakan wewenang pusat, ia tak bisa berbuat apa-apa. “Moratorium kendaraan bermotor mutlak dilakukan. Sebab, kapasitas jalan tidak lagi memungkinkan menampung tambahan kendaraan pribadi,” tambah Ichwan.

Lantas, apa solusi jangka pendeknya untuk membendung meroketnya transportasi pribadi? Paling masuk akal, Ichwan menyebut masyarakat harus membiasakan diri untuk menggunakan transportasi umum. Dirinya jelas menyadari kalau angkot atau taksi kuning memang tak representatif lagi. Makanya, tahun 2019 mendatang Dishub Kota Banjarmasin sudah menyiapkan moda transportasi terbaru berupa minibus sebanyak 10 unit.

BACA: Menanti Senja Kala Taksi Kuning di Terminal Sentra Antasari

Dia memastikan ‘senjata baru’ milik pemkot ini bakal membuat nyaman penumpang. Digadang-gadang, minibus dilengkapi dengan fasilitas pendingin, hiburan hingga wifi gratis. Total ada 10 unit yang disediakan untuk mengitari Kota Banjarmasin.

Sementara itu, alih-alih pusing memikirkan moda transportasi baru, Antropolog ULM Nasrullah meyakini angkot atau taksi kuning masih bisa dipertahankan. Sebab, jika ditilik sejarahnya, taksi kuning sejarah panjang dari masa ke masa.

“Kalau tidak ada angkot hanya ada kendaraan tertentu yang berseliweran di jalanan, maka jalan raya ‘hanya’ digunakan oleh kelompok tertentu,” ucap Alumnus UGM ini. Nasrullah menyebut fenomena ini sebagai privatisasi jalan raya.

Solusi yang ditawarkan, Nasrullah menyarankan agar pemkot bisa mengolah segmentasi taksi kuning. “Saya kira solusi peremajaan angkot tidak hanya dalam bentuk fisik saja, tapi juga berorientasi kepada kelompok atau klasifikasi penumpang,” ujarnya.

BACA: Sediakan Angkot Khusus Pelajar, Tahun Depan Giliran Ibu-Ibu ke Pasar

Selain itu, angkot juga harus terkoneksi dengan pusat keramaian kota. Salah satunya, menjadikan taksi kuning menjadi moda pariwisata yang mengantar para pelancong ke destinasi unggulan Kota Banjarmasin. “Persepsi angkot harus diubah sedemikian rupa, dan taksi kuning harus disulap untuk mengakomodir kebutuhan para penumpang,” tutup Nasrullah. (jejakrekam)

Penulis Ahmad Husaini
Editor Donny Muslim

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.