Mengubah Kulit Hewan Liar Menjadi Produk Bernilai Ekonomis

0

DULU di tahun 1980-an hingga 1990-an, pemakaian aksesoris dari kulit reptil liar asal Kalimantan cukup boming di Banjarmasin. Namun, kini bisa dihitung jari, para pengrajin kulit binatang melata karena permintaan akan produk kerajinan tangan ini juga menurun.

SELAMA ini di Banjarmasin, sentra pengrajin kulit reptil berada di kawasan Jalan DI Panjaitan (Veteran), berada di pertigaan Jalan Achmad Yani Km 1. Dulu berjejer bangunan toko yang menjual aneka kerajinan kulit reptil, hingga akhirnya digusur dengan pembangunan Taman Maskot Patung Bekantan.

Namun, kini mulai ada beberapa warga yang menggeluti usaha ini. Apalagi, bahan baku masih tersedia di tengah masih ada rimba atau kawasan yang menjadi habibat hewan liar seperti biawak, ular sawa dan lainnya.

Adalah Haji Jamuni dan Witrian Noor. Pelaku usaha kecil ini pun mengubah kulit binatang yang biasanya ditakuti warga menjadi produk bernilai ekonomis dan indah.

Di bawah usaha kerajinan kulit reptil yang diberi nama Noor Aida di Jalan Jama’ah Kuin Kecil RT 15 RW 01, Kelurahan Mantuil, Kecamatan Banjarmasin, sejumlah produk aksesoris seperti tas, dompet dan ikat pinggang dihasilkan dari kulit ular dan biawak.

Untuk harga yang ditawarkan kepada para konsumen, H Jamuni tak mematok mahal. Untuk produk olahan tangan itu dibandrol mulai Rp 50 ribu hingga Rp 150 ribu per buah.

“Kebanyakan produk yang kami hasilkan berupa tas, ikat pinggang dan dompet. Memang, tidak ada kesulitan untuk membuat macam produk aksesoris dari kulit reptile ini,” ucap H Jamuni kepada wartawan, Senin (19/11/2018).

BACA : Mendekati Lebaran, Pengrajin Keranjang Parsel pun Kebanjiran Orderan

Agar produknya juga kekinian, H Jamuni pun juga mengikuti tren busana atau pakaian yang ada. Menurut dia, untuk ikat pinggang yang menggunakan kulit biawak dan ular, di bagian depan yang bercorak alami dibalut dengan kulit sentetis di bagian dalam agar terlihat lebih rapi jahitan dan kekuatannya.

“Kalau produk semacam ini harganya hanya Rp 50 ribu. Sedangkan, kalau bahannya 100 persen dari kulit ular atau biawak seharga Rp 100 ribu,” ucap H Jamuni.

Sedangkan produk-produk untuk mengincar kaum hawa, terutama yang suka dengan produk eksotis, H Jamuni juga merancang dan menjahit dompet dan tas wanita yang bahannya 100 persen dari kulit reptile.

“Biasanya untuk tas dan dompet perempuan juga 100 persen bahannya dari kulit, tidak dicampur dengan kulit sentetis,” katanya.

BACA JUGA : Istri Wakil Presiden RI Puji Kualitas Kerajinan Tangan Pengrajin HSU

Apakah Anda juga menerima pesanan? H Jamuni mengatakan bisa melayani orderan dari para calon pembeli, asalkan ada contoh yang diiinginkan, sehingga pembuatan produk seperti tas atau bentuk lainnya berbahan baku kulit reptil, bisa lebih mudah.

“Memang biasanya pembeli yang datang ke sini. Jujur saja, untuk pemasaran produk ini ke luar daerah atau menembus pasar nasional, kami masih terkendala modal,” tuturnya.

Apakah tidak memasarkan lewat online? H Jamuni mengaku masih memikirkan hal itu, sembari mengembangkan usahanya. Termasuk, menjaga agar bahan baku kulit yang dipasok dari pengepul bisa tetap ada.(jejakrekam)

Penulis Sirajuddin
Editor Andi Oktaviani

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.