Dingin Merajuk, Pengungsi Suriah Dapat Kiriman Ribuan Khobz

0

TERBANGUN pagi dengan suhu rata-rata sudah di bawah enam derajat Celsius, hal apa yang seketika terbayang untuk dilakukan? Mungkin segelas kopi panas dengan selembar roti atau panganan lain untuk menghangatkan perut yang kosong. Tapi, bagaimana jika di dapur tak ada yang bisa dimakan? Tak ada sekadar roti pun, padahal di tapal batas Suriah dan Turki ini, musim dingin sudah di depan mata. Kalau perut kosong, rasa dingin menggigil akan benar-benar menusuk.

BEGITU gambaran yang dilaporkan langsung oleh Said Mukaffy, Tim Global Humanity Response (GHR) Aksi Cepat Tanggap (ACT) yang kini bermukim di sebuah kota kecil di tapal batas Turki dan Suriah bernama Reyhanli. Menjelang musim dingin, suhu harian di Reyhanli sudah ada di rentang enam derajat sampai belasan derajat Celsius.

Rasa dingin yang sama, yang harus dirasakan pula oleh ratusan ribu keluarga pengungsi asal Suriah yang kini menetap di Kota Reyhanli. Menjadi penyintas perang sipil, tak punya pekerjaan, tak banyak yang bisa dimakan di dapur tenda-tenda pengungsian mereka atau di dalam flat-flat (rumah susun) mereka yang kecil dan berdesakan.

Kiriman Khobz dari Pabrik Roti ACT

Abaikan sejenak persiapan menghadapi musim dingin yang semarak, seru, penuh dengan permainan salju dan jaket-jaket tebal yang baru saja dibeli. Pasalnya, ini bukan persiapan musim dingin di Benua Biru yang megah, ini tentang persiapan musim dingin yang juga bakal dihadapi oleh ratusan ribu pengungsi Suriah di tapal batas Turki.

Menyiapkan musim dingin jelang akhir tahun, Tim GHR-ACT dari Reyhanli mengabarkan bahwa, pabrik roti yang digerakkan oleh masyarakat Indonesia dan ACT sudah siap berproduksi lebih banyak. Artinya, ribuan roti akan disiapkan per pekannya untuk didistribusikan langsung ke ribuan keluarga pengungsi Suriah.

“Musim dingin telah tiba di sini. Pengungsi Suriah sangat membutuhkan bantuan untuk melengkapi kebutuhan logistik mereka, terutama roti sebagai makanan pokok. Kalau perut kosong, sulit untuk bertahan di tengah cuaca yang ekstrem ini. Dingin akan membuat anak-anak Suriah mudah terkena segala bentuk penyakit,” jelas Said, melaporkan dari Kota Reyhanli, Jumat (16/11/2018).

Bendera merah putih pun menjadi identitas tegas yang tercetak di tiap bungkus roti yang diproduksi. Sudah sejak awal tahun 2018 lalu, Said mengatakan, ACT memang telah menyiapkan khusus pabrik roti untuk memproduksi ribuan roti khobz.

“Jumlah produksinya ratusan lembar roti per hari, bukan roti isi seperti yang mudah ditemukan di tiap sudut warung kelontong di Indonesia, tapi roti khobz, roti yang berbentuk lembaran tipis. Makanan pokok warga Suriah,” jelas Said.

Jumat (16/11/2018) petang waktu Reyhanli, Said melaporkan tengah mendistribusikan ratusan paket roti di salah satu perkampungan padat pengungsi Suriah, di pinggiran Kota Reyhanli.

“Hari ini, Jumat kami bawa 400 paket roti berbendera Indonesia untuk pengungsi Suriah yang menetap di flat-flat kumuh di pinggiran Reyhanli ini,” cerita Said.

Bahkan, tidak hanya bergerak di wilayah perbatasan Turki dan Suriah, Said menjelaskan, di waktu yang sama, Tim ACT lainnya juga tengah bergerak di dalam Suriah.

“Dari pabrik roti ACT, roti khobz yang sama berbendera Indonesia itu pun kami bawa masuk ke dalam Suriah. Dalam satu pekan terakhir sudah lebih dari 2.000 bungkus paket roti khobz didistribusikan Tim ACT di kota Idlib, juga di Killi dan Hanzano di dalam Suriah,” ujar Said.

Rasa syukur pun dititipkan oleh pengungsi Suriah untuk kebaikan hati masyarakat Indonesia. Harapan mereka, Indonesia terus hadir di tapal batas Turki dan Suriah ini. “Agar bantuan sesederhana roti khobz ini terus berjalan. Jangan sampai Indonesia meninggalkan mereka,” ucap Said menirukan ucapan pengungsi Suriah di pinggiran Reyhanli, Jumat (16/11).(jejakrekam)

Penulis Shulhan Syamsur Rijal
Editor Fahriza

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.