Musim Panen Berlalu, Harga Beras Lokal di Tingkat Grosir Masih Stabil

0

MEMASUKI bulan Rabiul Awal 1440 Hijriyah yang identik dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, permintaan beras masih normal, belum ada peningkatan signifikan. Omzet penjualan beras di Pasar Induk Muara Kelayan Banjarmasin, relatif stabil, termasuk pasokan varietas lokal juga tersedia bagi memenuhi kebutuhan konsumen.

HARGA beras di tingkat grosir di 35 toko beras di Jalan Kelayan Ujung ini tak mengalami kenaikan. Ini karena, stok beras dari hasil panen di sejumlah daerah sentra penghasil juga cukup melimpah.

Pemilik toko beras, Fadli mengungkapkan beli ada aksi borong dari para pembeli, meskipun saat ini sudah memasuki bulan Maulid Nabi Muhammad SAW yang sangat kental dengan perayaan hari kelahiran sang pembawa agama Islam di masyarakat Banjar.

“Harga beras masih stabil, tak ada kenaikan harga. Bahkan, varietas beras yang kami juga di sini juga lengkap, tak ada kekurangan stok,” ucap Fadli kepada jejakrekam.com, Sabtu (17/11/2018).

Ia menyebut harga beras biasa seharga Rp 300 ribu per karung isi 50 liter, beras siam Rp 350 ribu per karung, dan siam unus Rp 400 ribu per karung.

“Alhamdulilah, sekarang stok beras masih banyak. Memang ada penurunan pengiriman beras dari para pengepul, karena masa panen raya sudah lewat,” ucap Fadli.

Menurut dia, beras-beras yang dijual di Pasar Induk Muara Kelayan kebanyakan dikirim lagi ke sejumlah kota di Kalimantan Selatan, seperti Batulicin (Kabupaten Tanah Bumbu), Kotabaru, hingga wilayah Banua Anam. “Utamanya, beras-beras yang ada di Pasar Muara Kelayan ini juga disebar untuk memenuhi permintaan pasar di Banjarmasin,” tuturnya.

Selaras itu, pemilik toko beras Doa Ibu, H Arifin juga menambahkan belum ada kenaikan harga yang signifikan untuk semua jenis beras yang dijual. “Memang, ada kenaikan ongkos angkut beras, tapi tidak seberapa dan tak mempengaruhi harga beras yang dijual secara partai,” kata Arifin.

Ia memprediksi ketika masa panen padi sudah lewat, kemungkinan harga beras akan mengalami kenaikan pada Februari hingga April 2019, ketika pasokannya makin menipis. “Ini kebiasaan yang terjadi. Saat bulan Februari hingga April, beras-beras yang ada makin berkurang. Sebab, para petani atau pengepul biasanya membeli beras saat musim panen seperti sekarang,” tuturnya.

Menurut Arifin, beras yang disimpan di Gudang Bulog merupakan beras-beras impor dari Vietnam dan Thailand untuk keperluan operasi pasar.  “Beda dengan beras lokal yang masih diminati warga Kalsel. Bahkan, harga dan kualitasnya jauh lebih baik dibanding beras impor,” katanya.

Ia mengungkapkan jika pun naik, harga beras varietas lokal di masa paceklik, hanya berkisar Rp 30 ribu per blek (ukuran isi 20 liter), hingga Rp 50 ribu per blek. “Ini sudah dihitung ongkos angkut dari daerah penghasil menuju ke pasar ini,” tandasnya.(jejakrekam)

 

 

Penulis Sirajuddin
Editor Didi GS

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.