Permintaan Ikan Kering Khas Banjar pun Sampai ke Arab Saudi

0

PEMINAT ikan kering atau iwak karing dalam bahasa Banjar masih tinggi. Permintaan pun cukup tinggi sebagai lauk utama dalam menu masakan rumahan khas Banjar, Kalimantan Selatan. Hingga, ikan kering khas Banjar bisa menembus ke Arab Saudi.

KEBANYAKAN ikan-ikan laut kering itu dipasok dari Tabaneo dan Takisung, Kabupaten Tanah Laut serta Kotabaru. Sedangkan, ikan tawar kering didatangkan dari Martapura, Kabupaten Banjar yang memasuki pasar Banjarmasin.

Penjual ikan kering di Kuin Selatan, Masriyah mengakui permintaan serta harga ikan kering sangat tergantung dengan musim.

“Kalau musim hujan, pasokannya sedikit berkurang sehingga harga ikan kering biasanya mahal. Sebaliknya, kalau pasokannya berlimpah, harganya sedikit murah,” kata Masriyah kepada jejakrekam.com, Rabu (31/10/2018).

Berada di jalan perkampungan yang padat penduduk, Masriyah pun melayani dua cara penimbangan penjualan baik ukuran ons maupun kiloan.

Untuk ikan kering primadona masih ditempati ikan telang, disusul peda, dan ikan sepat. Harga tiga produk olahan rumah tangga nelayan ini pun cukup tinggi, dan selalu fluktuatif.

“Kebanyakan ikan-ikan kering ini memang didatangkan pemasok dari Tabaneo, sebagian besar dari Kotabaru. Sisanya, untuk ikan kering air tawar didatangkan dari Martapura. Kalau lagi kosong, kami bisa mencari sendiri ke sentra pengeringan ikan,” kata Masriyah, yang telah menggeluti bisnis ikan kering ini selama enam tahun lebih ini.

Dia mengakui omzet penjualan ikan kering juga tergantung pasokan, semakin sedikit namun permintaan tinggi, harganya bisa melonjak naik. “Ya, kalau lagi sepi atau tiap harinya berkisar Rp 300 hingga Rp 400 ribu. Sedangkan, kalau lagi ramai ya bisa tembus Rp 1 juta sehari,” ucap Masriyah.

 

Wanita berkerudung ini juga merincikan harga ikan kering untuk ukuran ons lebih mahal seharga Rp 15 ribu, sedangkan untuk per kilogram seharga Rp 13 ribu. “Kalau pembeli ingin spesial isi harganya lebih mahal Rp 150 ribu. Kalau beli satu ekor harganya berkisar Rp 130 ribu,” ungkapnya.

Sementara untuk ikan kering lainnya seperti cumi dijual Rp 10 ribu satu ons, dan Rp 80 ribu per kilogram. Ikan jamblong Rp 20 ribu per ons dan Rp 150 ribu sekilonya. Lalu, ada udang rebon kering atau undang papai seharga Rp 8 ribu per ons, dan sekilonya Rp 65 ribu. Ikan teri ukuran kecil dibandrol Rp 14 ribu per ons dan Rp 10 ribu per ons untuk ukuran besar.

“Kalau ikan sepat kering seharga Rp 40 ribu sekilonya. Sedangkan, ikan papuyu wadi Rp 8 ribu per ons, dan kalau satu kilogram seharga Rp 70 ribu,” tuturnya.

Dari semua ikan kering yang dijual di kios depan rumahnya di Jalan Kuin Selatan itu, Masriyah mengakui banyak pembeli lebih senang menggunakan ons, dibandingkan satuan kilogram.

“Kebanyakan ikan kering ini dikirim ke Jakarta dan Pulau Jawa. Bahkan, ada langganan khusus yang minta dikirim ke Arab Saudi,” ucap Masriyah.

Menurut dia, para peminat ikan kering khas Banjar ini memang kebanyakan adalah warga Kalsel sendiri yang bermukim di Jakarta serta kota-kota lainnya di Pulau Jawa. Termasuk, di Arab Saudi seperti Makkah, Madinah dan Jeddah.

“Memang, paling banyak dicari adalah ikan telang, papuyu dan sepat. Sedangkan ikan kering lainnya, masih standar saja angka penjualannya,” tutur Masriyah.

Padahal, di kios milik Masriyah beraneka macam ikan kering dijual, seperti ikan bawal kering, tongkol, dan lainnya. Termasuk, terasi atau acan yang dijual per kilogram atau perbungkus.

“Memang, pasokan ikan kering tidak menentu. Terkadang ada, terkadang kosong. Apalagi, kalau musim gelombang tinggi, pasokan dari Kotabaru terkadang kosong. Ya, terpaksa kami mengisinya dengan ikan kering air tawar untuk memenuhi permintaan langganan,” pungkasnya.(jejakrekam)

 

Pencarian populer:https://jejakrekam com/2018/10/31/permintaan-ikan-kering-khas-banjar-pun-sampai-ke-arab-saudi/
Penulis Sirajuddin
Editor Didi GS

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.