Menko Kemaritiman : 80 Persen Sampah Plastik di Laut Berasal dari Darat

0

TANPA sadar, manusia berkontribusi pada kehancuran biota laut. Manusia menyumbang sampah plastik yang memenuhi dan pecah menjadi mikroplastik. Saking kecilnya, mikroplastik mampu menembus peredaran darah para hewan yang tinggal di laut.

BERANGKAT dari itu, Pemkot Banjarmasin bersama Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman menggelar rapat koordinasi penanganan sampah padat di kawasan regional, perkotaan dan destinasi pariwisata, Rabu (31/10/2018).

Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan Pemkot Banjarmasin turut mendukung dalam mensosialisasikan kepada warganya guna mengurangi sampah plastik menjadi musuh bersama.

“Makanya perlunya sosialisasi pemerintah ke masyarakat demi menjaga generasi selanjutnya agar tidak terkontaminasi. Kita harus lakukan bersama-sama, supaya masyarakat kita sadar,” kata Luhut.

Politisi Golkar ini menilai, sebanyak 80 persen sampah plastik yang berasal dari darat ini bisa mengenai siapa saja. Mengingat, kandungan mikroplastik di perairan dapat dengan mudah dimakan oleh hewan air. Tentu saja, hal ini mengganggu dan mencemari rantai makanan dan beresiko bagi kesehatan manusia dan lingkungan.

“Jadi, plastik tak terurai yang dimakan oleh ikan akan terkontaminasi biota perairan karena mikroplastik dapat menyerap dan melepaskan bahan kimia yang beracun dan berbahaya, di mana konsumen akhirnya adalah manusia,” ujar Luhut.

Menteri yang akrab disapa LHP ini menerangkan, kebocoran sampah di laut sebanyak 80 persen berasal dari darat. Jadi kalau tidak ditangkap dengan jaring dan diproses di darat, tentu larinya ke laut.

Luhut mengaku meminta kepala daerah di Indonesia berupaya menangani sampah yang baik dan tepat. Misalnya, dengan mengumpulkan, memilah hingga mendaur ulang. Menurut Luhut, limbah sampah bisa dimanfaatkan untuk campuran aspal dan menjadi energi listrik yang dialirkan ke rumah-rumah atau pabrik. “Banyak yang bisa dilakukan, di samping mengurangi sampah,” ucapnya.

Guna menangani permasalahan tersebut, Luhut ingin mengganti kantong plastik dengan bahan baku alami seperti menggunakan bahan singkong, rumput laut, dan minyak kelapa. Dengan begitu, diharapkan plastik dengan mudah bisa terurai.

“Tentunya masyarakat tidak bisa lepas, kalau ada plastik, tetap penggunaanya melalui daur ulang,” imbuhnya.(jejakrekam)

Penulis Arpawi
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.