Merangkai Tawa Bersama Pengungsi Sulteng di Banjarmasin  

0

SUASANA sudah sangat kacau waktu itu. Logistik menipis, air bersih mulai sulit. Jadi saya bawa keluarga ke Makasar,” tutur Syaiful Hendra, seorang penyintas gempa yang mengungsi di Banjarmasin bersama anak, istri, dan 10 orang keluarga lainnya. Hendra berasal dari Desa Tinggidi, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah.

AWALNYA Hendra mendengar kabar ada Kapal PELNI gratis yang bersedia mengantar ke Makassar. Namun, ternyata kapal bersandar di Tarakan, Kalimantan Timur. “Alhamdulillah telepon seluler berfungsi dan saya bisa terhubung dengan paman yang ada di Banjarmasin. Kami dibantu untuk mengungsi ke Banjarmasin,” kisah Hendra.

April Tanjung, paman dari Hendra, mengatakan memang dialah yang berinisiatif mengajak keponakan dan adiknya mengungsi di Banjarmasin. “Alhamdulillah para warga di sini juga bersedia membantu keluarga saya,” ucap Tanjung.

Hendra tiba di Banjarmasin pada Jumat (5/10/2018) dan tinggal sementara di Jalan Cempaka XII, Kelurahan Mawar, Kecamatan Banjarmasin Tengah. Sebanyak 13 pengungsi dari Palu, Sigi, Donggala ditampung di bangunan bekas sekolah PAUD.

Mengetahui hal tersebut, Aksi Cepat Tanggap (ACT) Kalsel bersama Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) Kalsel dan IMABKIN (Ikatan Mahasiswa Bimbingan dan Konseling) Kalsel bergerak menyambangi para penyintas gempa pada Senin (22/10/2018). Selain membawa bantuan berupa sembako dan logistik, ACT Kalsel juga memberikan dukungan psikososial.

Di depan para relawan, Hendra bercerita bagaimana ia dan keluarganya bertahan hidup selama tiga hari pascabencana gempa. “Kami para orang tua terpaksa meminum air mentah untuk bertahan hidup. Alhamdulillah sekarang sudah merasa lebih tenang. Anak-anak pun sudah sekolah di sini (Banjarmasin),” ungkapnya.

Suasana berbeda terlihat di Gang Rajawali, Kelurahan Teluk Dalam, Banjarmasin Barat. Sebanyak delapan jiwa penyintas gempa asal Kota Palu masih merasa terguncang dengan apa yang telah mereka alami. “Masih ada rasa takut, terutama anak-anak kami. Bahkan, cucu saya yang berumur 2 tahun sampai sekarang suka ketakutan melihat celah pintu. Dia suka teriak gempa gempa gitu,” tutur Selfi Pandairot yang ke Banjarmasin menumpang pesawat Hercules pada Rabu (3/10/2018) lalu.

Namun, kedatangan para relawan rupanya mampu merekahkan tawa di wajah mereka. Junior, balita berusia 2 tahun yang ikut mengungsi, terlihat senang bermain dengan para relawan. Berkali-kali gelak tawanya terdengar riuh. “Wah baru ini Junior mau main bareng, biasanya diam dan suka menyendiri di luar,” ucap Selfi sembari tersenyum.

Kegembiraan juga dirasakan para relawan. Felin dan Tia dari IMABKIN Kalsel mengaku senang sekali bisa ikut dalam kegiatan tersebut. Sepanjang perjalanan pulang mereka tak henti membicarakan aksi yang baru saja usai. “Senang banget bisa terjun langsung membersamai mereka, lain kali kami diajak lagi yaa,” ucap mereka kompak.

Ketika kebaikan menemukan jalannya, yang terwujud hanyalah rasa bahagia. Meski sebentar, semoga aksi berbagi ACT Kalsel bersama MRI dan IMABKIN Kalsel mampu memberi arti kepada penyintas bencana Sulteng di Banjarmasin.(jejakrekam)

Penulis Retno Sulisetyan
Editor Fahriza

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.