Menilik Kaleidoskop Pemulihan Lombok Dua Bulan Pascagempa

0

SIANG dan malam kini berlalu seperti biasanya lagi bagi Septiara Anugrah (15). Namun, sesekali pikirannya menerawang ke hari dua bulan silam, ketika gempa M 7,0 mengguncang Lombok Utara selepas isya, Ahad (5/8/2018). Gelap, gemuruh bangunan rubuh, dan teriakan kepanikan mengiringi langkahnya sampai ke pengungsian. Sejak kala itu, malam bagi Septiara–dan mungkin juga ribuan warga Lombok lain–selalu menyimpan kengerian.

SATU per satu hari-hari berat dilalui. Kini, malam sudah kembali seperti sediakala, menjadi penghantar lelah menjadi rebah. Septiara yakin akan hari esok yang lebih baik. Seperti pagi, Rabu (17/10/2018), ia sudah bersiap diri sejak pagi untuk berangkat sekolah di MTs Nurul Jihad. Walau masih harus belajar di tenda, semangatnya tetap menggebu untuk menuntut ilmu. “Ya, Kak, harus semangat karena sebentar lagi mid semester,” akunya saat kami hubungi, Selasa (16/10/2018).

Septiara dan keluarganya adalah penyintas gempa di Desa Sambik Jengkel, Kayangan, Lombok Utara. Ia menjadi salah satu penerima manfaatFamily ShelterAksi Cepat Tanggap (ACT). Sejak akhir September lalu, ia telah tinggal di rumah barunya itu.

Tempat tinggal memang menjadi kebutuhan yang sangat diharapkan bagi masyarakat terdampak gempa. Rumah menjadi salah satu sumber semangat bagi mereka untuk bangkit kembali setelah tidak punya apa-apa. Hal itu mengingatkan kepada pernyataan Masrur, salah satu penyintas gempa yang kini tinggal di kompleks hunian terintegrasi (Integrated Community Shelter/ICS) Gondang, Kecamatan Gangga, Lombok Utara.

“Tidak bisa tidak. Kita, (para pemuka agama dan pimpinan desa-red) sudah menyerukan sejak awal. Masyarakat harus bangkit, tidak boleh apatis dengan keadaan ini, kita harus mulai dari nol lagi. Anak-anak sudah harus sekolah, suami-suami harus berkegiatan sebagaimana kepala rumah tangga. Nah, untuk memulai itu semua harus nyaman, dan kalau mau nyaman ya di hunian sementara itu,” jelasnya, Jumat (7/9/2018) silam.

Pendampingan pemulihan Lombok berkelanjutan

Di masa pemulihan yang telah berlangsung selama lebih dari sebulan, ikhtiar untuk membangun kembali Lombok masih berlanjut. ACT telah menyediakan ribuan hunian dan fasilitas umum bagi masyarakat terdampak gempa di Lombok. Hunian pertama diwujudkan dalam kompleks ICS yang diresmikan 18 September silam. Menyusul itu, ACT juga tanggap menyediakan family shelter dan knockdown shelter di Lombok Utara dan Lombok Timur.

Aghny Fitriany selaku Koordinator Program Pemulihan ACT untuk Lombok melaporkan, pengerjaan lanjutan hunian terintegrasi di ICS Gondang sudah mencapai 90 persen. Pekerjaan kini pada tahap penyelesaian 80 unit terbaru. Begitu pun penyelesaian family shelter di Dusun Sambik Jengkel Barat, Desa Slengen, Kayangan, dari 149 unit yang direncanakan, 130 di antaranya dalam pengerjaan. Sementara itu, pembangunan family shelter di dusun tetangganya, Dompo Indah, telah mencapai 70 persen dari total 152 unit.

“Yang sudah selesai penuh adalah pendirian knockdown shelter (hunian bongkar pasang-red) di sembilan titik daerah yang tersebar di Kabupaten Lombok Utara dan Lombok Timur,” terang Aghny.

Namun, Ahgny menjelaskan, masih banyak masyarakat terdampak gempa di daerah tertentu yang membutuhkan shelter. “Salah satunya Dusun Ketapang, Desa Madayin, Sambelia, Lombok Timur yang terdampak gempa sejak 29 Juli lalu,” ujarnya.

Selain hunian, pada tahap pemulihan, ACT juga melakukan pembangunan sejumlah masjid, sekolah, dan MCK. Masjid Nur Solihin di kompleks ICS menjadi masjid yang pertama kali diselesaikan. Pada Jumat (8/9/2018) silam, masjid Nur Solihin digunakan untuk melaksanakan salat Jumat pertama kali. Tidak lama, menyusul masjid Al Amin di Dusun Sambik Jengkel Barat, Desa Slengen, Kayangan.

Per Rabu (17/10/2018), ACT tengah membangun 12 masjid dan musala di Lombok Utara, sepuluh di antaranya sempurna dirampungkan. Dua lainnya masih sampai tahap 50 persen, yakni di Kecamatan Gangga, Masjid Haqqul Yaqin di Dusun Pandanan dan Masjid Islahul Ummah di Dusun Sebaro. Serupa, Masjid Darussalam di Dusun Medana, Desa Madayin, Sambelia juga masih di tahap 50 persen.

Fasilitas sanitasi pun turut dibangun dalam mendukung fase pemulihan. Sembilan dari sebelas titik pembangunan sudah diselesaikan, dua lainnya sedang disiapkan untuk mendukung MCK Masjid Al Ikhlas di Dusun Karang Jurang, Gangga, dan Masjid Baroq di Desa Samaguna, Tanjung.

Menilik lagi dua bulan silam, masyarakat penyintas gempa Lombok melalui fase tanggap darurat dengan keterbatasan, di tengah duka yang masih menggelayut. Kini Lombok bangkit perlahan, dengan kepedulian yang tiada henti mendampingi.

Upaya-upaya dalam memulihkan Lombok bukanlah kinerja satu pihak semata, melainkan kerja sama dan uluran bantuan seluruh masyarakat Indonesia. Begitu pula doa semua: Lombok bisa pulih seperti sedia kala.(jejakrekam)

Penulis Gina Mardani Cahyaningtyas
Editor Fahriza

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.