Agar Gawai Smart Tak bikin Remaja Skak Mat

0

HARI ini remaja tak punya gawai bisa dihitung jari. Rata-rata remaja pasti punya, apakah dari kalangan berada ataukah dari kalangan papa. Dari gawai yang ratusan ribu rupiah bahkan jutaan harganya. Dipikir mereka tak gaul, tak keren dan sederet label lain yang mestigma negatif jika tak bergawai.

TAK salah remaja memiliki gawai. Tapi harus dimaknai lebih dari sekedar agar gaul ataupun keren. Apalagi makna gaul dan keren ala sekuler, yang berarti kebebasan. Bebas tanpa batas aturan yang penting senang-senang. Tak pikir panjang bakalan merugikan dirinya bahkan kehidupannya. Akhirnya melanggar norma susila bahkan norma agama.

Lihat saja kelakuan remaja dengan kebebasan bergawainya. Mudah mengakses situs porno (Kompas.com), terjerumus dalam komunitas-komunitas semacam gay pelajar (Kompas.com), bahkan tergabung dalam grup-grup yang mengajak berbuat mesum dan tawuran seperti ‘All Stars’ (pikiran-rakyat.com). Dan ini menjadi keprihatinan kita bersama. Sebab itu hanya sebagian fakta saja yang terungkap, yang sebenarnya bisa jadi fakta tersebut lebih banyak, bahkan bisa saja ada di lingkungan sekitar yang dekat dengan kita.

Bagaimana agar gawai tak menjadi penyebab rusaknya remaja?

Penanaman aqidah yang kuat adalah kunci utama bagi remaja agar punya pertahanan diri dari pengaruh buruk gawai. Seseorang yang kuat keimanannya kepada Allah SWT, Sang Pencipta sekaligus Pengatur Kehidupan, akan senantiasa mawas diri dalam berbuat. Karena dia tahu meskipun orang tuanya, gurunya atau siapa pun tak melihat apa yang dia perbuat, tapi Allah SWT Maha Melihat dan mencatat segala perbuatannya. Apakah kategori pahala atau bahkan dosa.

Begitupun keimananya kepada malaikat, kitab Alquran, hari akhir serta qada dan qadar berdampak pada kuatnya remaja memegang prinsip. Memahami bahwa konsekuensi keimanannya adalah senantiasa memilih kegiatan positif dan mendatangkan pahala baginya.

Bukan sekadar suka-suka apalagi hura-hura. Remaja akan berpikir ulang ketika akan menyalahgunakan gawai smart mereka. Gawai akan digunakan sebagaimana mestinya, yaitu sebagai alat komunikasi, media memperoleh informasi, penyimpanan data dan juga tempat menyalurkan inovasi dan kreasi yang bermanfaat bagi kehidupannya.

Kedua, pihak-pihak yang bertanggungjawab terhadap kuatnya aqidah remaja harus memahami apa dan bagaimana seharusnya bersikap. Pihak utama yang bertanggungjawab adalah orang tua. Memang keimanan tak dapat diwariskan, tapi harus diajarkan dan diberikan keteladanan. Tentunya menuntut untuk orang tua beraqidah yang kuat terlebih dahulu. Juga peka terhadap keimanan masyarakat sekitarnya. Bersama orang tua lainnya menjaga fitrah keimanan para remaja.

Dalam bergawai orang tua punya andil cukup besar, pasalnya dari mana remaja mendapat gawai kalau bukan dari orang tua? Memang ada yang memperoleh dari hasil keringatnya sendiri, tapi kebanyakan dari orang tua, minimal uang untuk membeli gawainya. Maka orang tua harus memastikan isi gawai anaknya aman dari hal-hal yang bisa merusaknya, baik berupa permainan atau game, gambar dan juga video.

Perlu untuk melakukan pengecekkan berkala pada gawai anaknya dan tak bosan mengingatkan fungsi gawai untuk menjadikan hidup mereka bermakna bukan untuk melenakannya. Hingga mereka tak tergoda mencari atau mengakses situs berbau porno.

Yang tak kalah penting adalah peran negara. Segala kekuatan untuk melindungi keimanan para remaja dimiliki negara. Negara punya hak untuk memberlakukan peraturan yang menjamin kokohnya keimanan para remaja. Dan seluruh warga negara wajib menaatinya.

Negara juga sanggup memberlakukan sanksi yang tegas bagi siapa saja yang berbuat hingga dapat membahayakan keimanan para remaja. Misalnya Negara punya kekuatan untuk memblokir situs-situs berbau porno juga memberi hukuman yang berat bagi pembuat dan penyebarnya hingga memberi efek jera.

Sangat disayangkan, hari ini remaja, orang tua, masyarakat dan negara dalam kungkungan sekularisme. Masing-masing abai akan kuatnya aqidah. Paham sekularis meletakkan agama hanya sebatas ketika ibadah ritual semata, di luar itu kebebasanlah yang menjadi pegangannya. Agama dilarang keras campur tangan dalam pengaturan kehidupan bermasyarakat bahkan bernegara.

Saatnya semua pihak introspeksi dan memperbaiki kondisi. Bukankah kita semua tak ingin remaja yang notabene generasi penerus bangsa semakin terpuruk, skak mat. Padahal ditangan para remajalah kita menggantungkan harapan akan keberlangsungan bangsa ini menjadi lebih beradab dan makmur di masa depan.

Terpuruknya remaja tersebab jauhnya mereka dari Allah SWT dan abai terhadap aturan kehidupan yang sudah dicanangkanNya bagi manusia. Saatnya kembali kepada ketaatan kepadaNya dalam setiap lini kehidupan. Mengambil Islam secara kaffah. Sebab Islam datang dari yang Maha Pencipta alam bersama isinya, sudah tentu Islam dan seperangkat aturan dariNya mampu menjawab segala problem kehidupan.

Sebagaimana firmanNya dalam Alquran yang mulia “Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya, dan janganlah kamu berpaling dari pada-Nya, sedang kamu mendengar (perintah-perintah-Nya)” (QS. Al Anfaal : 20).

Dalam surah yang lain Allah SWT berjanji, “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. “ (QS. Al A’raaf : 96). Wallahua’lam.(jejakrekam)

Penulis adalah Pendidik di Banjarmasin

 

 

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.