TPS HKSN Ditutup Sementara, TPS 3R Alalak Utara Kebanjiran Sampah

0

PASCA penutupan tempat penampungan sementara (TPS) di Jalan HKSN Banjarmasin, Banjarmasin Utara, kini volume sampah yang ada di TPS 3R Alalak Utara, kebanjiran pasokan sampah keluarga. TPS yang menerapkan sistem reuce (menggunakan kembali), reduce (mengurangi) dan recycle (mendaur ulang) ini dikelola Karang Taruna Alalak Utara.

PENUTUPAN sementara TPS HKSN ini karena akan segera dibangun TPS 3R yang dibiaya Bank Dunia melalui Dirjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dalam program peningkatan kualitas permukiman kumuh skala kawasan (TPST) Kota Banjarmasin, terhitung sejak 10 September 2018. Sayangnya, dalam papan nama proyek yang digarap CV Anugrah Karya Mandiri selama 113 hari kalender ini tak mencantumkan besaran biayanya.

Tampak para pekerja tengah mengecor lantai TPS 3R, dan merapikan kawasan itu. Sedangkan, volume sampah di penampungan sementara di TPS 3R Alalak Utara makin menumpuk.

“Ya, ada peningkatan volume sampah yang ditampung TPS 3R Alalak Utara setelah penutupan TPS HKSN. Kalau biasanya, kami hanya melayani tiga petugas pemungut sampah, kini warga di sekitar komplek di Jalan HKSN dan Perdagangan, termasuk perkampungan menaruh ke sini,” ucap petugas TPS 3R Alalak Utara, Rafli kepada jejakrekam.com, Minggu (14/10/2018).

Biasanya, menurut dia, dalam sehari hanya satu truk pengangkut sampah yang mampu memuat 2-3 ton sampah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Basirih, Banjarmasin Selatan. “Sekarang, ada empat truk sehari yang mengangkut sampah di sini,” kata Rafli.

Hitungan kasarnya, berarti ada sekitar 8 hingga 12 ton sehari sampah rumah tangga, pertokoan dan perkantoran yang ada di kawasan Jalan HKSN dan Perdagangan, serta wilayah lainnya harus ditampung.

Rafli malah bersyukur dengan bertambahnya volume sampah, karena ada beberapa sampah yang bisa dimanfaatkan dan bernilai ekonomi. Dia menyebut gelas plastik satu kilogram seharga Rp 7 ribu, botol kaca per biji Rp 200, kaleng bekas Rp 1.000 per kilogram, dan sampah berharga lainnya.

“Ada pengumpul besar yang mengambil sampah berharga di sini. Tapi, sekarang sampah cukup banyak yang mulai ditampung sejak pukul 14.00 sore hingga 04.00 subuh. Gara-gara banyak, ada sebagian sampah akhirnya tak terangkut. Ya mungkin besoknya lagi baru diangkut,” kata bapak dua anak ini.

Rafli mengakui dirinya digaji pemerintah kota sebesar Rp 1,3 juta sebulan. Namun, Rafli tetap dapat ‘jatah’ pembagian sampah yang bernilai ekonomi dari hasil penjualan. “Ya, istilahnya uang rokok. Selebihnya, sampah yang bisa dijual itu untuk biaya pulsa listrik dan rekening air,” ucap warga Jalan Alalak Utara ini.

Meski hanya sementara, Rafli mengaku justru ketika sampah yang biasanya ditampung di TPS HKSN itu membawa berkah. “Sekarang, pemulung yang biasanya di TPS HKSN, memilah sampah ikutan di sini. Ya, sedikitnya ada empat hingga lima pemulung tiap harinya,” pungkasnya.(jejakrekam)

 

Penulis Ahmad Husaini
Editor Didi GS

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.