Bawa Ribuan Ton Bantuan, Kapal Kemanusiaan Berlabuh di Palu

0

LIMA hari selang keberangkatannya dari Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Kapal Kemanusiaan berlabuh di Palu. Kapal menambatkan jangkarnya di Pelabuhan Pantoloan, Sabtu (13/10). KM Melinda 01 yang didapuk sebagai Kapal Kemanusiaan ini membawa 1.000 ton bantuan pangan dan logistik untuk masyarakat Sulawesi Tengah.

KAPAL Kemanusiaan ini membawa 500 ton beras yang dikumpulkan dari Lumbung Pangan Wakaf (LPW) Global Wakaf – ACT di Blora, Jawa Tengah. Sedangkan sisanya memuat bahan logistik lain seperti air mineral, sembako, pakaian baru, makanan bayi, selimut, tenda, obat-obatan, dan lain-lain. Selain pangan dan logistik, kapal turut mengangkut satu mobil ambulans ACT, yang sebelumnya melayani pengungsi di Lombok.

Senior Vice President ACT Syuhelmaidi Syukur mengatakan, kedatangan Kapal Kemanusiaan merupakan bagian dari rangkaian pengiriman logistik dari berbagai wilayah di Indonesia untuk pengungsi di Sulawesi Tengah. Kapal Kemanusiaan pertama untuk Sulawesi Tengah ini mengangkut ribuan ton bantuan dari Jawa, di antaranya dari Blora, Ngawi, Bojonegoro, Yogyakarta, Semarang, Solo, Malang, dan Surabaya.

“Jadi tidak hanya dari Sulawesi Selatan dan Kalimantan, bantuan juga datang dari berbagai daerah di Jawa melalui Kapal Kemanusiaan. Logistik ini akan memenuhi keperluan pengungsi di Palu dan sekitarnya,” jelas Syuhelmaidi, Sabtu (13/10/2018).

Pengiriman pangan dan logistik melalui Kapal Kemanusiaan untuk Palu, Sigi, dan Donggala terlaksana atas kerja sama ACT dengan PT ASDP Indonesia Ferry (Persero). Nantinya, bantuan dari kapal akan masuk gudang yang berada di kompleks Pelabuhan Pantoloan. Bantuan ini akan dibagikan ke pengungsi melalui posko wilayah yang ACT miliki. Sampai saat ini sudah ada delapan posko wilayah di empat kabupaten di Sulteng.

Syuhelmaidi menambahkan, Kapal Kemanusiaan kedua akan berangkat dari Jakarta. Kapal akan bakal lepas sauh dari Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, menuju Pelabuhan Pantoloan pada Senin (15/10/2018). “Bantuan untuk masyarakat Sulteng tidak berhenti di sini. Insya Allah Kapal Kemanusiaan selanjutnya akan berangkat dari Jakarta untuk membawa bantuan pangan dan logistik lagi,” jelasnya.

Pascabencana gempa bumi, tsunami, serta fenomena likuefaksi yang terjadi di Palu, Donggala, dan Sigi, puluhan ribu pengungsi masih membutuhkan bantuan pangan hingga saat ini. Mereka kehilangan mata pencaharian sekaligus harta benda. Mengungsi jadi pilihan, karena rasa takut yang mendalam juga akibat hancurnya tempat tinggal.

Pengungsi hingga hari ini tercatat hingga menyentuh angka lebih dari 61 ribu jiwa yang tersebar di 109 titik. Pengungsi yang tinggal di bawah atap tenda terpal segitiga tanpa tembok penghalang membuat kondisi mereka kian rentan. Hal ini mengingat musim hujan telah datang, gerimis hingga hujan hadir saat malam sampai dini hari. Sedangkan siang, panas yang terik membuat tak nyaman di kulit. Kebutuhan makan dan kesehatan menjadi penting bagi mereka.(jejakrekam) 

Penulis Eko Ramdani
Editor Fahriza

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.