Mengenal Syi’ah Ja’fariyah, Apa dan Bagaimana

Oleh : Drs Humaidy, M.Ag

1

BANYAK sahabat yang memintaku untuk menulis tentang Syi’ah Ja’fariyah yang termasuk dalam 8 madzhab yang diakui oleh dunia Islam sebagai kelompok tak menyimpang. Mereka merasa belum mengenal sama sekali Syi’ah Ja’fariyah karena minimnya informasi dan tak sampainya buku-buku Syi’ah pada umumnya dan Syi’ah Ja’fariyah pada khususnya.

SYAHRASTANI mengatakan dalam kitab Al-Milal wa An-Nihal bahwa Syi’ah terpecah menjadi hampir sekitar 40 sekte dan ada 20 sekte yang masih lurus dari ajaran Islam. Di antaranya Syi’ah Zaidiyah dan Syi’ah Ja’fariyah. Syi’ah Ja’fariyah yang disebut terakhir barusan dikenal pula sebagai Syi’ah Itsna ‘Asyariyah (Syi’ah Dua Belas Imam), karena mereka punya doktrin tentang Imam yang jumlahnya sebanyak dua belas orang.

Madzhab ini meyakini Nabi Muhammad Saw telah menetapkan dua belas orang Imam sebagai penerus risalah beliau. Mereka mempercayai bahwa Imam itu ma’shum (suci tak bernoda). Apa yang dikatakan dan dilakukan mereka tidak akan bertentangan dengan kebenaran karena mereka dijaga oleh Allah Swt dari perbuatan salah dan kelupaan. (Tim Penyusun: 2005:316).

Dengan demikian Imam-imam dipercayai sebagai manusia tanpa dosa. (Hadariansyah:2013: 46) Adapun nama-nama Imam yang berjumlah dua belas tersebut adalah Ali bin Abi Thalib (Amirul Mu’minin), Hasan bin Ali (Mujtaba), Husein bin Ali (Sayyidus Syahid), Ali bin Husein Zainal Abidin (Sajjad), Muhammad bin Ali  Al-Baqir (Abdus Syakur), Ja’far bin Muhammad as-Shadiq (Qaim), Musa bin Ja’far Al-Kazhim (Abdus Shaleh), Ali bin Musa Ar-Ridla (Nurul Hidayah), Muhammad bin Ali Al-Jawad (Taqiy), Ali bin Muhammad Al-Hadi (Naqiy), Hasan bin Ali Al-Askari (Syafiy), dan Muhammad bin Hasan Al-Muntazhar (Mahdi). (Muhammad Hasan Adib: 1973: 8-25).

Menurut Syi’ah Imamiyah Itsna ‘Asyariyah, jabatan imamah berakhir pada Imam Muhammad Al-Muntazhar. Imam terakhir ini disebut juga sebagai Imam Mahdi. Sesudah Imam tersebut, tidak ada lagi Imam sampai hari kiamat. Imam Muhammad Al-Muntazhar yang terkenal pula sebagai Imam Mahdi ini diyakini belum mati sampai sekarang. Ia masih hidup, tapi tidak dapat dijangkau oleh orang awam.

Diyakini bahwa sementara ini, ia gaib (sembunyi), dan di akhir zaman nanti akan muncul kembali memimpin umat Islam. Terhentinya rangkaian imam-imam pada Muhammad Al-Muntazhar ini disebabkan ia tak meninggalkan keturunan. Ia, sewaktu masih kecil, hilang di dalam goa yang terdapat di Masjid Samarra (Irak).

Menurut keyakinan Syi’ah Itsna ‘Asyariyah, Imam ini menghilang buat sementara dan akan kembali lagi sebagai Imam Mahdi untuk langsung memimpin umat Islam, oleh karena itu, ia disebut Imam Muntazhar (imam yang dinanti) atau Imam Mustatir (imam tersembunyi). Selama masih bersembunyi ia memimpin umat Islam melalui pemimpin negara dan ulama Mujtahid Syi’ah.(Harun Nasution: 1986: 99)

Muncul pertanyaan mengapa Syi’ah Imamiyah Itsna ‘Asyariyah dikenal juga sebagai Syi’ah Ja’fariyah ? Jawabnya karena dinisbatkan kepada Ja’far Shodiq bin Muhammad bin Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib, suami Fatimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad Saw. Ia adalah imam urutan ke-6 dalam keyakinan kaum Syi’ah Imamiyah Itsna ‘Asyariyah.

Imam Ja’far Shodiq dilahirkan pada tanggal 17 Rabi’ul Awwal 80H/699M di Madinah. Ibunya bernama Farwah binti Qasim bin Muhammad bin Abubakar As-Shiddiq ra. (Ali Muhammad Ad-Dakhil: 1982: 428) Imam Ja’far Shodiq adalah seorang ulama besar dalam banyak bidang ilmu seperti ilmu fiqih, filsafat, tasawuf, kimia dan kedokteran.

Para jumhur ulama berpendapat bahwa ia adalah seorang Mujtahid di dalam ilmu fiqih, guru dari Imam Hanafi dan Imam Maliki. Di dunia filsafat, ia terkenal sebagai filsuf besar Islam, menjadi guru dari Washil bin Atha’, pendiri aliran teologi Mu’tazilah yang rasional.

Di kalangan kaum sufi, ia adalah Syekh maha guru dan salah satu matarantai penting dari silsilah sanad hampir seluruh Tarekat yang mu’tabarah. Sementara di lingkungan pengetahuan kimia, ia dianggap sebagai pelopor dalam ilmu kimia dalam peradaban Islam, salah seorang muridnya adalah Jabir bin Hayyan, ahli kimia dan kedokteran Islam.

Dalam tradisi fiqih Syi’ah, ia bisa disebut sebagai Bapak fiqih Syi’ah, karena sebagian besar masalah fiqih yang dibahas dalam fiqih Syi’ah bersumber atau mencerminkan pandangan-pandangannya. Hal ini, lantaran Imam Ja’far Shodiq saja yang paling mendapat kesempatan untuk membimbing umat Islam terutama kaum Syi’ah, sedangkan para Imam yang lain, jika tidak kena tahanan rumah, dipenjara, mereka dibatasi ruang geraknya untuk berhubungan dengan kaum muslimin.

Sementara, pada masa Imam Ja’far Shodiq, para penguasa Bani Umayyah sibuk menghadapi berbagai pemberontakan dan Bani Abbasiyah yang muncul sesudahnya, lebih banyak memusatkan perhatian untuk memperkuat kekuasaan mereka yang masih baru, maka kesimpulan catatan tentang kata dan perilaku imam itu, didominasi oleh pernyataan-pernyataan dan pandangan-pandangan Imam Ja’far Shodiq.

Bagi Syi’ah, pintu ijtihad tidak tertutup, ulama-ulama Mujtahid Syi’ah sejak sesudah Imam ke-12 sampai kini, bebas mempraktekkan ijtihad. Sebut saja salah satu misal yakni akhir-akhir ini dunia dikejutkan oleh teori politik Wilayatul Faqih yang dikembangkan oleh Ayatullah Ruhullah Khumaini sebagai tawaran politik alternatif di tengah teori-teori politik yang mulai membusuk.

Terlepas dari setuju atau tidak setuju, munculnya teori brilian ini sendiri dari orang yang dipandang oleh kaum intelektual sebagai kaum tradisional menunjukkan adanya dinamika perkembangan yang pesat dalam dunia Syi’ah (Busyairi Ali: 2012: 38), terutama Syi’ah Ja’fariyah.

Namun dalam Syi’ah, tak boleh juga sembarang orang melakukan ijtihad. Ijtihad boleh dilakukan oleh siapa saja asal memenuhi syarat Mujtahid.  Ulama Ja’fari mewajibkan bagi orang awam bertaqlid atau merujuk kepada ahlinya. Dalam urusan agama kaum awam harus merujuk kepada para Faqih atau seorang Mujtahid yang memenuhi syarat, yang antara lain; seseorang yang masih hidup, diakui kemampuan dan kredibilitas ijtihadnya, adil, ‘abid, taqwa, wara’, istiqamah, tidak cinta dunia dan tak melakukan dosa baik kecil maupun besar.

Syarat taqlid kepada Mujtahid yang masih hidup ini menuntut adanya orang-orang atau institusi yang terus-menerus memproduksi hasil ijtihad mengenai kebutuhan taqlid ini. Dari sini, lahirlah apa yang kemudian populer sebagai marja’iyyah.

Ulama-ulama yang dipilih oleh masyarakat sebagai tempat bertaqlid atau berittiba’ ini disebut marja’ (Imam Khumaini: 1982: 1316). Contoh zaman sekarang yang bisa menjadi marja’ adalah Ayatullah Uzhma Ali Khamenei (Iran), Ayatullah Uzhma Ali As-Sistani (Irak) dan Ayatullah Uzhma Husein Fadhlullah (Lebanon).

Secara tradisional, para marja’ ini langsung atau tidak langsung memiliki seperangkat tuntunan kehidupan beragama bagi para pengikut dan penganutnya, yang merupakan hasil ijtihadnya pada berbagai sisi kehidupan, dari persoalan ibadah mahdlah, mu’amalah sampai persoalan siyasah (politik). Seperangkat tuntunan beragama ini disebut sebagai Risalah Amaliyah.

Para muqallid atau penganut pandangan sang marja’, biasanya selain bertanya langsung kepada sang marja’ atau wakilnya dalam urusan agama yang mereka hadapi, akan merujuk ke Risalah Amaliyah yang dihimpun oleh sang marja’.

Contoh praktik ibadah dan mu’amalah khas Syi’ah Ja’fariyah yang berbeda dengan kaum Sunni adalah dalam salat ketika berdiri betul tidak bersedekap sebagaimana kaum Sunni, ditempat sujud diletakkan bungkusan pasir (terutama tanah Karbala); dalam puasa Ramadhan ketika musafir wajib berbuka sedangkan bagi Sunni boleh berbuka boleh terus puasa; dalam perkara hewan hidup di air terutama ikan, mereka mengharamkan jenis ikan tak bersisik (lele, baung, patin dan lain-lain), sedangkan Sunni menghalalkannya bahkan hingga bangkainya sekalipun.

Demikian, sekilas pandang perkenalan Syi’ah Ja’fariyah yang bisa kutampilkan, tegur sapa pembaca sangat kuharapkan.(jejakrekam)

Penulis adalah Staf Pengajar Fakultas Tarbiyah UIN Antasari Banjarmasin

Peneliti dan Staf Senior LK3 Banjarmasin

Pencarian populer:https://jejakrekam com/2018/09/30/mengenal-syiah-jafariyah-apa-dan-bagaimana/,mazhab jafari,https://jejakrekam com/2018/09/30/mengenal-syiah-jafariyah-apa-dan-bagaimana/#:~:text=Syiah Jafariyah yang disebut terakhir barusan dikenal pula Imam sebagai penerus risalah beliau,syiah jafariyah,mazhab jafariyah,syiahja fari,Syiah jafariyah fikih,Syiah jafarih,fiqih imam jafar shodiq,madzab jakfari,Madzab imam ja\far,kitab fiqh jafariah,tuntunan solat jafariyah
1 Komentar
  1. Andhika Rahman berkata

    Syi’ah 12 itu rukun iman aja beda kok dibilang ga nyimpang.

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.