Kalsel Diselubungi Kabut Asap, Masyarakat Menjadi Korban

0

DATA Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan, dalam 10 hari terakhir (update pada 16 September 2018), tercatat ada 12 titik panas (hotspot) di Kalsel.

TITIK panas itu tersebar di beberapa kabupaten di Kalsel, Kabupaten Banjar (3 hotspot), Hulu Sungai Selatan (7 hotspot) Tabalong (1 hotspot), dan Tanah Laut (1 hotspot).

Akibat munculnya titik panas, cuaca Kalsel, termasuk Banjarmasin, dikepung kabut asap. Dan, sudah tercatat 26 hektare lahan terbakar.

Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Kalsel Kisworo Dwi Cahyono menilai, pemerintah tebang pilih dalam menangani kasus kebakaran lahan. Menurutnya penegak hukum tajam ke masyarakat tumpul ke koorporat.

“Kabut asap memang terjadi saban tahun namun maraknya pembukaan lahan kelapa sawit kasus kabut asap tak terkendali,” ucapnya, beberapa waktu lalu.

Ia menegaskan, pembakaran lahan untuk ladang berpindah sudah menjadi tradisi masyarakat dalam bertani. “Masyarakat dengan kearifan lokalnya terbukti mampu menanggulangi api agar tidak menjalar dengan luas,” katanya.

Ia meyakini masyarakat lokal bukan penyebab utama kasus kabut asap yang puncaknya pada tahun 2015 lalu. Ia mengkhawatirkan dengan pelarangan pembakaran lahan untuk pertanian justru memutus mata rantai tradisi dan gotong royong bentuk solidaritas antar komunitas masyarakat.

Sementara itu, kabut asap menandakan tingkat polusi udara sudah tidak biasa. Efek buruk kabut asap berbeda-beda pada tiap individu. Bayi, anak-anak, dan manula adalah kelompok paling rentan terhadap efek kabut asap. Batasilah kegiatan di luar ruangan ketika musim kabut asap datang. Jika harus beraktivitas di ruang terbuka, usahakan kegiatan yang dilakukan tidak terlalu menguras tenaga, dan pakailah masker untuk menutup mulut dan hidung.

Efek jangka pendek akibat tinggal di lingkungan dengan kualitas udara yang buruk, seperti kabut asap, menimbulkan susah bernapas dan kerusakan paru-paru, batuk dan iritasi tenggorokan, memperburuk gejala penyakit paru-paru, berdampak kepada fungsi jantung, buruk pada mata. Tak hanya menimbukan gangguan pada organ dalam, seperti saluran pernapasan dan jantung, polusi udara dan kabut asap juga dapat merusak kulit. Kabut asap dapat merusak kulit dengan cara menimbulkan iritasi dan peradangan pada jaringan kulit.(jejakrekam)

Penulis Andi Oktaviani
Editor Andi Oktaviani

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.