Taufik Arbain: Aksi Pengrusakan Aset Negara Bisa Merusak Citra Perjuangan Mahasiswa
PENGAMAT politik Taufik Arbain menyayangkan terjadinya pengrusakan fasilitas negara yang ada di gedung DPRD Kalsel oleh sekelompok mahasiswa pengunjukrasa pada Jumat (14/9/2018).
“HAL ini bisa merusak citra perjuangan mahasiswa. Sangat kita sayangkan, apalagi cara-cara pengrusakan itu tak satupun diantara mereka untuk mengantisipasi bahwa perbuatan itu salah, dan hal itu bisa merusak etika sebagai agen perubahan,” katanya.
Ia sebenarnya sepakat aksi-aksi mahasiswa dalam melakukan demonstrasi untuk kepentingan rakyat bangsa dan negara. Sebab, lanjutnya, hakikat dan eksistensi mahasiswa tidak sekadar soal akademik, tetapi responsibilitasnya terhadap masalah-masalah rakyat.
“Tersebab, mahasiswa selama ini dalam melakukan aksi tidak ada memiliki beban elektoral dan partisan pada kelompok tertentu atau parpol tertentu. Mahasiswa itu hanya memiliki beban moral jika ia diam dan tidak berpihak pada kepentingan rakyat. Tetapi, jika melakukan anarki atau pengrusakan, mahasiswa itu justru meracuni moralitas dan kepercayaan publik, bahkan tanpa disadari telah membuka pintu pembungkaman pada aksi-aksi sejati berikutnya,” kata mantan Presiden Mahasiswa Fisip ULM tahun 1997-1998 (dulu Senat Mahasiswa).
Menurutnya, dalam kondisi sosial politik yang kian panas menjelang Pemilu dan Pilpres 2019, seyogyanya mahasiswa melakukan aksi itu mengedepankan substansi dan isu yang diusung, sehingga pesan-pesan ini menjadi konsumsi publik, para elit decision maker, dan menjadi suasana kebatinan bersama.
Karenanya,beberapa strategi aksi bisa dikembangkan, salah satunya pilihan saluran demonstrasi, dan strategi menjaga kemungkinan ada penunggangan dan membuat bias gerakan. “Cara-cara kurang etis demikian, malah meruntuhkan citra gerakan mahasiswa di mata publik, termasuk di mata mahasiswa lainnya yang memiliki kepedulian terhadap masalah-masalah sosial,” katanya.
Ia berharap aksi-aksi tidak etis seperti itu tidak terulang lagi, apalagi sampai menjadi instrumen politik pihak-pihak tertentu untuk melumpuhkan semangat pembelaan terhadap kepentingan rakyat.
Untuk itu, lanjutnya, jangan matikan semangat agen perubahan karena ulah sekelompok mahasiswa demikian. Saat ini gerakan mahasiswa rentan menjadi bulan-bulanan politik jika salah langkah.
“Jadi tunjukkan kecerdasan, gunakan saluran yang beradab. Demonstrasi bukan sekadar aksi gagah-gagahan. Demonstrasi mahasiwa representasi keprihatinan publik, sehingga ia mampu mengantisipasi kemungkinan hal-hal yang akan mematikan gerakan dan perjuangannya,” katanya.
Menurutnya, kalau demonstrasi mendobrak pintu, merusak properti yang dibeli dari uang rakyat, itu bukan mahasiswa. Aksi demikian, justru pesan yang ingin disampaikan ke publik bukan soal keprihatinan pembelaan rakyat, tetapi pesan yang sampai adalah seperti rusuh massa.
“Karena salah satu ciri rusuh massa adalah anarkis dan pengrusakan terhadap simbol-simbol yang melekat pada lawan, apakah aset negara, aset publik atau kelompok tertentu. Saya kira, alat negara perlu mengambil sikap tegas,” pungkas dosen Fisip ULM ini.(jejakrekam)