Kayuh Jukung sebagai Upaya Mempertahankan Eksistensi Jukung di Kota Seribu Sungai

0

BERJULUK Kota Seribu Sungai, jukung menjadi salah satu alat transportasi sungai warga Banjarmasin sejak dulu. Tapi, seiring perkembangan zaman  jukung perlahan mulai meredup pamornya.

PADAHAL jukung tidak bisa dilepaskan dari kehidupan masyarakat sungai, dan jika dilihat dari sisi budaya jukung memiliki nilai yang sangat eksotis bagi teritorial Banjarmasin.

Ketua Lembaga Kajian Sejarah Sosial Budaya (LKS2B) Kalsel Mansyur menuturkan, jukung merupakan satu hasil karya urang Banjar untuk digunakan sebagai moda transportasi, juga sebagai sarana media berdagang.

“Jukung dengan berbagai jenisnya mengalami perubahan terus menerus berdasarkan fungsi dan kegunaannya, sehingga bisa kita lihat jukung pada peradabannya. Sekarang, hanya digunakan untuk berdagang saja, itu pun dalam konteks kecil di pasar terapung,” bebernya.

Mansyur menjelaskan, banyak yang hilang dari fungsi jukung karena pengaruh dari kemajuan zaman “Utamanya dengan fungsi sebagai angkutan umum warga Banjarmasin. Dulu untuk melakukan aktifitas harian, sekarang diadopsi oleh kendaraan darat karena alasan kemudahan dari sisi penggunaannya,” kata alumni Undip Semarang ini.

Upaya Pemkot Banjarmasin dalam mempertahankan dan memelihara tradisi dan kebudayaan jukung tersebut, salah satunya dengan menggelar lomba kayuh jukung tradisional di sungai yang ada di Jalan Zapri Zamzam.

Wakil Walikota Banjarmasin Hermansyah mengatakan, lomba kayuh jukung sebagai media penyampaian kepada masyarakat agar lebih mengetahui tentang jukung sekaligus sebagai sarana pelestarian jukung di Banjarmasin.

“Jukung berkaitan erat dengan kehidupan sungai, terkait dengan Banjarmasin Kota Seribu Sungai. Ini adalah satu kesatuan yang tak bisa dipisahkan antara jukung dan sungai. Dalam momen ini, kita juga promosikan kepada masyarakat bahwa jukung adalah salah satu hasil kebudayaan dari urang Banjar,” ucap Hermansyah, Jumat (14/9/2018).

Hermansyah menambahkan, kebudayaan jukung harus dilestarikan. Jika tidak dilestarikan, akan mengalami eliminasi budaya, yang berakibat pada hilangnya budaya jukung sebagai sisi keindahan dari river city.(jejakrekam)

Penulis Husaini
Editor Andi Oktaviani

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.