Songsong Pemilu 2019, Wakil Rakyat Kalsel Jangan Ulangi Kebisuan Politik

0

PENGAMAT komunikasi politik FISIP Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Fahrianoor mengajak publik untuk kembali memelototi daftar calon legislatif (caleg) dan senator asal Kalimantan Selatan baik yang berlaga di DPR RI, DPD, DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota pada Pemilu 2019.

DIA menilai selama ini para wakil rakyat asal Kalsel baik di DPR RI maupun DPD RI justru mengalami kebisuan politik, sehingga roda pembangunan di Banua belum begitu signifikan kemajuan.

“Lambannya pembangunan daerah, bukan hanya kesalahan pimpinan daerah, tapi juga para wakil rakyat, terutama di DPR RI dan DPD RI yang justru menerapkan politik pasif, bukan aktif,” kata Fahrianoor kepada jejakrekam.com di Banjarmasin, Rabu (5/9/2018).

Dosen ilmu komunikasi FISIP ULM ini memetakan apa yang terjadi, justru faktanya para tokoh seakan menerapkan konsep asal jangan diganggu. “Perlu juga kita evaluasi para caleg-caleg yang berlaga memperebutkan kursi di Senayan Jakarta. Apakah signifikan kontribusinya bagi daerah? Publik perlu mengeritisi mereka,” tegas Fahrianoor.

Sosiolog jebolan Univeritas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta ini mengatakan jika para tokoh-tokoh Kalsel terus menerapkan kebisuan politik, tak bersuara nyaring bagi kepentingan daerah di pusat, maka akan terus mengulang persoalan sama. “Ya, dari satu pemilu ke pemilu lainnya, kondisi Kalsel belum signifikan. Yang mencuat justru isu kepentingan kelompok lebih mengemuka, dibandingkan kepentingan daerah,” papar Fahri.

Melalui media sosial (medsos), Fahri mengatakan publik bisa mengeritisi para calon wakil rakyat. Apalagi, masih menurut dia, belum terdengar suara-suara kritis dari anggota DPR, DPD hingga DPRD provinsi serta kabupaten dan kota bagi kemajuan daerah.

“Justru lewat medsos bisa menjadi kontrol politik yang bagus dari publik terhadap para caleg yang akan bertarung di Pemilu 2019, khususnya dapil Kalsel,” kata Fahri.

Ia mengakui masih bisa dihitung dengan jari para wakil rakyat, terlebih para kandidat yang memiliki akun medsos sebagai media untuk menerima kritikan, masukan atau saran dari para netizen. “Kalau ada masalah para calon wakil rakyat, ya bisa saja diviralkan. Ini bukan kampanye hitam, tapi bentuk pembelajaran politik bagi publik dalam mengawasi kinerja mereka,” cetusnya.

Fahri pun yakin para caleg akan menggunakan medsos, begitu nanti telah ditetapkan sebagai calon tetap Pemilu 2019. Kesempatan ini diungkapkan Fahri, bisa dijadikan publik untuk mengeritisi apa saja yang telah diperbuat para wakil rakyat dari semua tingkatan.

“Sudah lama kita mengamati kebisuan politik. Sudah saatnya di Pemilu 2019 ini dijadikan wahana untuk mengeritisi para wakil rakyat yang mencalonkan diri,” tandasnya.

Sementara itu, Sukhrowardi, caleg unggulan Partai Golkar di dapil Banjarmasin Utara mengakui para kandidat saat ini belum intens menggunakan medsos sebagai sarana bersilaturahmi, karena masih menunggu keputusan KPU. “Begitu nanti ditetapkan, akan muncul akun-akun resmi para wakil rakyat. Nanti, bisa saja berkomunikasi melalui akun medsos,” kata Sukhrowardi.(jejakrekam)

Penulis Ahmad Husaini
Editor Didi GS

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.