Peminat Rakit Bambu Berkurang, Jarkasi Tak Pernah Patah Arang

0

MENJALANI usia senja, bukan berarti tak produktif lagi.  Justru, kakek Jarkasi yang kini telah berumur 86 tahun masih cetakan membuat rakit bambu. Demi menafkahi keluarganya, Jarkasi sudah menggeluti usaha ini selama 36 tahun.

DIA memilih profesi sebagai pembuat lanting atau rakit bambu, karena pekerjaan ini bisa menghasilkan rupiah dari jalan yang halal. “Alhamdulillah, dari membuat lanting ini membawa berkah bagi saya dan keluarga saya. Sewaktu muda, memang saya menjadi tukang getek di Sungai Martapura,” ucap Jarkasi bercerita kepada jejakrekam.com, Sabtu (1/9/2018).

Dengan mendayung sampan atau jukung dalam bahasa Banjar, Jarkasi mengantarkan para penumpang dari Martapura hingga ke Banjarmasin.

Waktu muda, Jarkasi ingat betul bekerja serabutan di Banjarmasin. Pernah juga berdagang sayur di Banjarbaru. Setiap hari, dengan mengendarai sepeda ontel, ia berdagang sayur di Pasar Banjarbaru. Jarkasi muda berangkat sejak pukul 03.00 Wita dari Desa Tangkas menuju Banjarbaru.

Ketika Jarkasi merasa sudah tua, diputuskan untuk berhenti. Kini, dia menggeluti usaha orangtuanya membuat rakit bamboo di tepian Sungai Martapura.

Lokasi tempat beraktivitas tak jauh dari rumahnya yang berada di seberang Sungai Martapura. Ahli dalam membuat rakit, tangan Jarkasi sudah telaten menyusun bilah-bilah bambu, terhimpun dalam satu ikatan yang kuat. Mengapung di atas Sungai Martapura. “Ukuran bambu harus sama rata. Agar terlihat rapi, saya gergaji kalau terlalu panjang,” ucapnya.

Bahan baku bambu untuk pembuatan rakit ini, kakek yang sudah punya buyut ini mengatakan dibeli dari Pengaron. Agar sampai ke Desa Tangkas, Martapura, bambu-,bambu ini dihanyutkan melalui aliran sungai.”Dari Pengaron ke Martapura perlu waktu dua hari hingga sampai tujuan di Desa Tangkas,”ujarnya.

Menurut Jarkasi, bahan baku bambu masih banyak tersedia di Pengaron  dari dulu hingga sekarang, seakan tak pernah habis. Ia pun mengaku tidak perlu khawatir tentang bahan baku. Hanya saja yang dikhawatirkan Jarkasi justru peminat rakit bambu, dari waktu ke waktu semakin menurun.

“Sebagian besar masyarakat tidak lagi mandi di sungai dan membuat jamban. Dulu di Banjarmasin, seperti kawasan di Sungai Jingah,  Pasar Lama dan lainnya banyak terlihat rakit bambu, tapi sekarang sangat jarang,” ujar Jarkasi.

Meski di usia senja, kondisi tubuh Jarkasi tampak masih segar bugar. Apa rahasianya? Jarkasi mengatakan selalu bersyukur terhadap rezeki yang diberikan Allah SWT. “Bekerjalah dengan tulus dan ikhlas, jangan terlalu banyak berpikir, tetapi lebih banyak bekerja dan lebih banyak bersyukur,” paparnya.

Walau bekerja sebagai pembuat rakit bambu tak membuatnya kaya, Jarkasi mengatakan terpenting mendapat penghasilan dari jalan yang halal. Selain sebagai pembuat rakit bambu, Jarkasi juga sehari-hari tetap bekerja sebagai petani di sawah.

Untuk harga rakit bambu, Jarkasi mematok seharga Rp 500 ribu. Sedangkan, ukuran yang lebih besar dan banyak bahan bambunya mencapai Rp 1 juta lebih. “Walau sekarang pemesan rakit bambu berkurang, tapi masih ada yang membeli. Itu yang saya syukuri,” pungkas Jarkasi.(jejakrekam)

 

Penulis Syahminan
Editor Didi GS

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.