Ada Pondok Enos Karli Suguhkan Suasana Kampung Khas Banjar

0

KONSEP kembali ke alam ingin ditonjolkan Enos Karli. Pencipta lagu sekaligus pemain musik Banjar ini mengubah suasana warung ala kafe dengan menambahkan furniture tradisional. Sentuhan kultur Dayak dan Banjar pun sangat kontras di Pondok Enos Karli.

MEMANFAATKAN ruang kosong di bagian kampus STIE Indonesia, Jalan Brigjen H Hasan Basry, Kayutangi Banjarmasin, Enos Karli mengatakan ingin mengubah tempat kongkow menjadi lebih berkualitas.

“Ya, setidaknya, tak hanya merotet (berbincang) dan menikmati menu, tapi ada topik-topik soal budaya dan seni khas Kalimantan Selatan bisa terangkat melalui Pondok Enos Karli ini,” ucap Enos Karli kepada wartawan, di sela launching Pondok Enos Karli, Selasa (14/8/2018).

Ia pun mengaku lebih suka menyebut para pekerja seni, ketimbang seniman yang harus menempuh pendidikan formal atau khusus. Mereka yang datang adalah para pekerja seni yang tumbuh otodidak dan belajar dari alam sekitar.

“Ya, istilahnya back to nature atau kembali ke alam. Saya berharap kehadiran Pondok Enos Karli ini bisa mengobati rasa kangen warga Banjarmasin terhadap suasana tempo dulu khas Banjar,” kata Enos.

Pria berkumis tebal ini mempermak wajah warungnya dengan sentuhan etnis Banjar. Terlihat, ada beberapa panting dan ukiran khas Banjar dan Dayak dipajang di pondoknya. Menu yang disajikan memang terbilang kekinian, seperti pisang keju, dan lainnya. “Tapi, kami tetap menyajikan ada singkong dan ubi rebus. Ya, istilahnya gumbili dari bahasa Banjar,” kata seniman yang bernama asli Akhmad Sofyan ini.

Guna menghibur para pengunjung, Enos Karli pun memasang audio dengan memutarkan lagu-lagu khas Banjar. Rencananya, ada pemain organ tunggal yang menghibur dengan tembang-tembang Banjar. “Mereka juga bisa menikmati hiburan lewat VCD dari televisi. Jadi, bisa mendengar lagu-lagu Banjar,” tuturnya.

Menurut Enos, kecintaannya terhadap seni tradisi Banjar ternyata gayung bersambut dengan pengelola STIE Indonesia, sehingga terwujudkan warung bernuansa kafe kekinian ini. “Untuk pernak-pernik di pondok, saya juga memanfaatkan barang bekas limbah yang masih bisa dipakai. Seperti bangku dan meja, serta perabot lainnya adalah barang bekas yang didaur ulang. Nanti juga ditampilkan para pemain musik panting dan sape Dayak,” tuturnya.

Untuk duduk lesehan, Enos Karli pun menghampar tikar purun khas Amuntai, sehingga suasana perkampung khas Banjar benar-benar terasa. “Siapa saja boleh datang ke sini. Kita bisa berbincang soal seni dan budaya Banjar sambil menikmati suguhan di pondok ini,” imbuhnya.(jejakrekam)

Penulis Didi GS
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.