Sering Perbaikan Pipa Bocor, YLK Kalsel Pertanyakan Kinerja PDAM Bandarmasih

0

BERDALIH ada kebocoran pipa distribusi (PVC), akhirnya air leding yang diolah PDAM Bandarmasih untuk para pelanggan di Banjarmasin mengalami mati total. Jika pun mengalir, banyak pelanggan mengeluhkan kondisi air itu tak layak minum karena keruh bercampur lumpur.

USAI perbaikan pipa distribusi yang terdapat di ruas Jalan Achmad Yani Km 2, tepatnya di depan Duta Mall dan Hape Word, kini Humas PDAM Bandarmasih mengeluarkan pengumuman adanya kebocoran pipa distribusi diameter di Jalan Sutoyo S, seberang Depo Gemilang. Dampaknya, pengurangan distribusi air hingga mati total ke pelanggan yang terjadi pada Kamis (2/8/2018), mulai pukul 10.00 hingga 24.00 Wita.

Wilayah yang terdampak mencakup Banjarmasin Barat dan sebagian Banjarmasin Tengah. Untuk itu, PDAM Bandarmasih pun mengimbau agar para pelanggan segera menampung atau menyimpan air untuk persiapan semasa perbaikan pipa distribusi atau pasca pekerjaan itu selesai. Termasuk, pencucian pipa agar air leding yang didistribusikan normal dalam tiga hari ke depan.

Kondisi ini pun memantik reaksi dari Ketua Yayasan Lembaga Konsumen (YLK) Kalimantan Selatan Dr Murjani. Menurut dia, dalam beberapa hari lalu, Dewan Pengawas PDAM Bandarmasih telah meminta untuk mengevalusi tarif pemasangan baru bagi pelanggan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dari semula Rp 1,5 juta menjadi Rp 700 ribu.

“Itu sudah bagus. Namun, seyogyanya perbaikan pipa itu tidak boleh dijadikan salah satu komponen untuk menaikkan harga tarif air leding. Sebab, semua itu harus mengukur kemampuan ekonomi pelanggan PDAM Bandarmasih,” kata Murjani kepada jejakrekam.com, Rabu (1/8/2018).

Pola perbaikan pipa distribusi yang terus terjadi bahkan berulang kali juga dipertanyakan Murjani. Menurut dia, hampir tiap minggu atau beberapa bulan belakangan ini, ada pengumuman dari PDAM Bandarmasih mengenai perbaikan atau penggantian pipa distribusi. “Ini ada apa? Apa PDAM Bandarmasih tak punya masterplan masalah ini? Bagaimana pun, dampak dari semua ini adalah kerugian bagi konsumen atau pelanggan,” kata pria peraih titel doktor ini.

Ia menegaskan alasan tak ada dana dan sebagainya yang dikemukan PDAM Bandarmasih tak bisa jadi acuan. Sebab, menurut Murjani, pabrik air plat merah itu justru terus mendapat suntikan dana baik berpola dana hibah maupun penyertaan modal dari Pemkot Banjarmasin dan Pemprov Kalsel. “Jangan seperti sekarang, perbaikan pipa seperti tambal sulam yang berakibat macet hingga mati totalnya pendistribusian air bersih. Kalau pun lancar, air yang sampai ke rumah pelanggan juga dalam keadaan keruh. Ini jelas kerugian bagi pelanggan,” papar Murjani.

Dia mendesak agar PDAM Bandarmasih di era kepemimpinan Yudh Achmadi tidak mengulang persoalan klasik, dengan membuat terobosan dalam peningkatan pelayanan publik. “Apalagi, air bersih menjadi kebutuhan pokok pelanggan, khususnya warga Banjarmasin,” kata Murjani.

Menurut dia, jika perencanaan PDAM Bandarmasih sudah betul, tentu sumber-sumber dana yang ada, baik dari tagihan rekening air pelanggan, penyertaan modal dan lainnya bisa dimaksimalkan dalam peningkatan pelayanan kepada pelanggan.

Dari data yang ada, Murjani mengungkapkan total penyertaan modal Pemprov Kalsel ke PDAM Bandarmasih sejak 2009 hingga 2015 sudah mencapai Rp 64 miliar. Ini belum ditambah lagi, dari dividen yang harusnya disetorkan ke Pemkot Banjarmasin seperti tertuang dalam perda mencapai Rp 50 miliar lebih.

“Untuk tahun 2018, disetujui pengucuran modal dari dividen Rp 8 miliar lebih. Ini belum lagi dalam APBD Perubahan Banjarmasin 2018 sebesar Rp 7,4 miliar, dan seterusnya. Jadi, masalah dana, sebetulnya PDAM Bandarmasih tak terkendala, asalkan ada perencanaan yang baik,” pungkasnya.(jejakrekam)

 

Penulis Arpawi
Editor Didi GS

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.