Gerhana dan Kaum Muslim

Oleh : Mulyaningsih, S.Pt

0

PADA dinihari Sabtu tanggal 28 Juli 2018, kita telah menyaksikan fenomena alam yang sungnguh luar biasa. Fenomena tersebut adalah gerhana bulan total (GBT). Banjarmasin dan sekitarnya juga dapat melihat kejadian langka ini. Pasalanya, GBT sekarang terjadi dengan durasi terlama dibanding yang sebelumnya.

KETUA Lembaga Falakiyah PWNU Kalsel (Akhmad Syaikhu) menjelaskan bahwa gerhana bulan terjadi manakala permukaan bulan tertutupi oleh bayangan bumi. “Itu terjadi bila bumi berada diantara matahari dan bulan pada satu garis lurus yang sama, atau ketiga benda langit itu berada pada bujur ekliptika yang sama. Akibatnya sinar matahari tidak dapat encapai bulan karena terhalang oleh bumi,” paparnya.

“Fenomena ini dimulai dengan gerhana penumbra yang menutup permukaan dengan bayangan tipis pada pukul 01.15 Wita. Sedangkan gerhana sebagian dimulai pukul 02.24 Wita. Kemudian pukul 03.30 Wita, gerhana memauki fase total. Yaitu menutup seluruh permukaan bulan yang puncaknya terjadi pada pukul 4.21 Wita,” ungkap Akhmad Syaikhu (jejakrekam, 25/7).

GBT kali ini lebih panjang dikarenakan lintasan bulan dekat dengan garis tengah lingkaran bayangan bumi. Kemudian yang kedua adalah bulan berada dalam jarak terjauh dari bumi.

Fenomena gerhana, baik gerhana matahari maupun bulan adalah kejadian luar iasa dan langka. Tidak sedikit masyarakat yang mengkaitkannya dengan mitos dan mistis. Kemudian disangkutpautkan dengan adanya kejadian luar biasa di bumi ini. Sebagai contoh adalah terjadinya wabah penyakit setelah kejadian gerhana, bencana alam, keributan atau bentrok dan lain sebagainya. Yang berkaitan dengan mitos misalnya ketika terjadi gerhana bulan maka ada raksasa yang sedang memakan bulan, sehingga manusia disuruh membuat kegaduhan atau keributan.

Hal itu dilakukan agar raksasa tersebut takut dan tidak jadi memakan bulan atau matahari. Larangan keluar bagi ibu hamil dan lain sebagainya. Dengan adanya pandangan-pandangan tersebut, maka pada umumnya seringkali dilakukan ritual-ritual khusus agar semua selamat. Hal ini tentunya akan kental pada kesyirikan.

Pandangan Islam

Bintang, matahari, bulan dan yang lainnya adalah makhluk yang Allah ciptakan. Peredaran matahari, bulan dan bintang serta silih bergantinya secara teratur, itu semua adalah ketetapan Allah. Segala hal yang menakjubkan tersebut adalah bukti atau tanda kebesaran dan keagungan Penciptanya. Termasuk juga dengan fenomena gerhana. Oleh karenanya Allah membantah penyembahan terhadap kedua ciptaanNya tersebut (matahari dan bulan). Hal ini tertuang dalam Al Qur’an Surah Fushilat ayat ke 37.

“Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah kalian sujud (menyembah) matahari maupun bulan, tapi bersujudlah kepada Allah yang menciptakannya, jika memang kalian beribadahanya kepadaNya.”

Islam adalah agama yang paripurna, mengatur segala hal termasuk pada kejadian gerhana ini. Dengan asas utama adalah aqidah, maka Islam mampu untuk menjelaskan hakikat dari kejadian gerhana ini. Hal ini tidak terlepas dari penjelasan Sang Pencipta (Allah SWT) yang serba tahu semua hal di bumi ini. Jauh dari aktivitas-aktivitas kesyirikan, takhayul, mitos dan kaum rasionalis.

 “Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua ayat (tanda) diantara ayat-ayat Allah. Tidaklah terjadi gerhana matahari dan bulan karena kematian seseorang atau karena hidup (lahirnya) seseorang. Apabila kalian melihat (gerhana) matahari dan bulan, maka berdoalah kepada Allah dan sholatlah hingga tersingkap kembali.” (HR Al Bukhori)

Dari hadits di atas menunjukkan bahwa gerhana matahari dan bulan tidak hanya sekedar dari fenomena alam belaka. Hikmah yang bisa diambil dari kejadian alam gerhana bulan adalah bahwa fenomena alam yang memang Allah SWT kehendaki sebagai suatu tanda atau ayat kebesaranNya sehingga ini sebagai peringatan agar manusia takut padaNya. Bukan malah mencari tempat-tempat strategis kemudian menyiapkan peralatan untuk berselfi ria menyaksikan keindahannya. Sungguh, hal tersebut jauh dari kata mengingat Allah SWT, apalagi ditambah dengan mengganggap hal tersebut hanyalah fenomena alam semata.

Baginda Rasulullah SAW mengajarkan kepada kita bahwa ketika terjadi gerhana baik matahari ataupun bulan maka hal yang seharusnya dilakukan oleh umat Islam adalah melakukan shalat gerhana, berdoa, beristigfar, bertakbir, berdzikir dan bershadaqah. Semua itu bisa terlaksana jika keimanan dan ketaqwaan kita ada dalam diri kita. Menyadari dengan sepenuh hati bahwa kita (manusia) itu adalah makhluk ciptaanNya yang serba kurang, lemah dan terbatas, maka tak sepantasnya kita berbangga serta sombong dengan segala hal yang kita bisa lakukan.

Dengan adanya peristiwa yang cukup langka ini, manusia akan berpikir tentang kebesaran Allah SWT dan dengan itu akan menumbuhkan rasa takut padaNya. Mau melaksanaan apa-apa yang diperintahkannya serta menjauhi segala yang dilarangNya. Itulah hakikat dari ketakwaan. Wallahu a’lam.(jejakrekam)

Penulis adalah Pemerhati Masalah Anak, Remaja dan Keluarga

Anggota Akademi Menulis Kreatif (AMK) Kalsel

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.