Pertanian di Lahan Rawa Cocok dengan Sistem Kanalisasi dan Perpompaan

0

KEMENTERIAN Pertanian telah mencanangkan optimalisasi lahan rawa lebak dan pasang surut menjadi lahan produktif di beberapa provinsi di Indonesia, diantaranya Sumatera Selatan dan Kalimantan Selatan.

DI Sumatera Selatan, pelaksanaan sudah berhasil dengan luasan mencapai 2.000 hektare, sementara di Kalsel yang berada di Desa Jejangkit, Kabupaten Barito Kuala, seluas 4.000 hektare, yang saat ini terus dalam penggarapan.

Untuk menyamakan persepsi Pemprov Kalsel mendatangkan seorang pengelola ke Kejangkit untuk bertukar pikiran. Salah satu pengelola yang datang ke jejangkit yang sudah berhasil mengelola di Palembang datang, yakni Suparta.

Suparta mengatakan, lahan di Kalsel hampir serupa dengan di Sumatera Selatan, yakni daerah rawa, dan lahan seperti ini kendalanya pasang surut, di mana saat musim hujan kebanjiran dan petani tidak bisa menanam, dan jika musim kemarau kekeringan dan  biasanya padi kekeringan. “Itulah kendalanya. petani dapatnya per hektar hanya 1-2 ton, sehingga petani malas,” ujarnya.

Tetapi, lanjutnya, kalau lahan ini sudah dikelola dengan secara teknologi dengan kanal yang rapi dan tanggulnya merupakan satu kesatuan, maka banjir bisa  dikendalikan dengan tanggul.

Kalau kelebihan air, lanjutnya lagi, harus diatasi dengan pompa. Sementara, jika kurang air, bisa dipompa agar air masuk ke lahan sawah. Dari kanal itulah yang namanya kanalisasi, tanggulisasi, pompanisasi.

“Dengan adanya ini, pasti lahan ini saya jamin 100 persen berhasil. Saya optimis panennya dua kali bahkan bisa 3 kali panen, sehingga petani disini saya yakin pasti sejahtera. Kalau sudah makmur, kita tidak usah arahkan ke masyarakat tetapi dia datang sendiri menanam,” bebernya.

Ia datang ke Kalsel juga mau mengadopsi pompa. “Sebab setelah menggunakan pompa ini, Sumsel sudah membuktikan 6 – 8 ton dengan 3 kali panen,” ujarnya.

Diungkapkannya, pompa ini hanya rakitan, tapi kekuatan pompa itu per jamnya bisa 250 meter per kubik, dan satu pompa bisa untuk 100 hektare.

Dalam realisasinya, bebernya, keuntungannya sangat nyata. Dimana dengan asumsi satu kali  musim biaya buat pompa itu dan biaya listriknya hanya Rp 200.000 hingga Rp 300.000.

“Kalau kita mengeluakan sebesar itu dan kita mendapatkan 6 ton, dikali harga padi sekitar Rp 4 ribu, maka kita akan mendapatka Rp 24 juta, sehingga keutungan atau laba yang sudah dipotong harga pompa dan listrik sangat besar sekali,” katanya.

Danrem 101/Antasari Kolonel Inf Yudianto Putrajaya mengungkapkan, segala sesuatu harus direncanakan dengan baik, karena kalau direncanakan dengan baik maka 50 persen keberhasilan sudah di tangan.

“Kita sengaja datangkan Suparta ke kalsel, yang sebelumnya dia menggarap hanya 2.000 hektare di Sumsel. Kita datangkan ke Kalsel langsung ke lahan HPS di Desa Jejangkit Muara, Kabupaten Barito Kuala, dengan tujuan dan maksud pembelajaran atau sharing apa yang kurang. Kita akan adopsi, pelajari dan dievaluasi untuk mendapatkan hasil yang sempurna,” tuturnya.

Ia berharap pompa dalam waktu seminggu sudah tiba di lahan Jejangkiy. “Supaya cepat dioperasionalkan dan apa yang kekurangannya bisa dievaluasi,” katanya.

Ia mengimbau masyarakat, khususnya warga Desa Jejangkit, dengan adanya program pemerintah ini, dan dengan H Sahbirin Noor selaku Gubernur kalsel yang turun langsung ke lapangan, bisa memompa semangat untuk dijadikan peluang bagi para petani dan keluarga di wilayah ini.

“Dengan semangat dan keuletan, kita terjun ke sawah, insya Allah kita bekerja mendapatkan ridho dari Allah SWT. Semoga program ini bisa kita laksanakan bersama dengan unsur terkait yang ada dan didukung oleh Gubernur Kalsel, akan tepat waktu dan tepat sasaran,” ucapnya.

Kepala Dinas Pertanian dan Holtikultural Kalsel Fathurahman menambahkan, dengan dicanangkannya Barito Kuala sebagai percontohan model pertanian terpadu, maka yang pertama dilakukan ialah menambah luas tanam, yang dulunya tidak digarap selama kurang lebih 20 tahun, saat ini bisa digarap. “Dan juga yang tadinya petani kita hanya produksi satu kali dalam setahun  dan dengan adanya ini bisa dua kali bahkan sampai tiga kali,” ujarnya.

Juga dengan perluasan lahan itu, lanjutnya, produksi meningkat dan kesejahteraan petani meningkat pula. Memang, ujarnya, tantangan di daerah rawa ini adalah penataan tata kelola air. Dimana, pada musim hujan sulit menanam dan musim kemarau kekurangan air. “Ini gunanya kanalisasi, sehingga perlu sistim perpompaan,” katanya.

Menurutnya, lahan di Jejangkit tidak terlalu sulit dibanding dengan dengan Sumsel. “Tahun ini ada 4.000 hektare dari Kementrian Pertanian, dan ini  terbesar di Kalsel, dan ini untuk pencanangan lahan rawa nasional. Insya Allah akan berhasil, sebab saat ini  sudah banyak kemajuan yang luar biasa,” pungkasnya.(jejakrekam)

Penulis Asyikin
Editor Andi Oktaviani

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.