Siswa Dilarang Pakai Motor Sendiri, Terpaksa Orangtua Harus Antar Jemput

0

HARI pertama masuk sekolah yang dimulai Senin (16/7/2018) menjadi hari yang menyibukkan. Para orangtua siswa atau wali murid pun mengantarkan anaknya ke sekolah. Namun, larangan untuk mengendarai sepeda motor, membuat para orangtua harus mengantar dan mengambil anaknya di sekolah.

LARANGAN bagi siswa yang tak mengantongi surat izin mengendara (SIM) ini diberlakukan di beberapa sekolah, seperti SMKN 4 dan SMKN 2 Banjarmasin. Di depan dua sekolah kejuruan yang terletak di Jalan Brigjen H Hasan Basry, Kayutangi ini tampak terlihata para orangtua serta para pengojek tengah menanti jemputan. Di hari pertama ini, banyak sekolah yang menerapkan masa orientasi pengenalan lingkungan sekolah, sehingga pulangnya agak cepat sekitar pukul 14.15 Wita.

Deretan sepeda motor pun tampak mengantre di depan pintu masuk dan keluar SMKN 4 dan SMKN 2 Banjarmasin. Rata-rata para orangtua mengaku khawatir di hari pertama ini, anaknya tak dijemput akan terlambat pulang ke rumah.

“Ya, karena pihak sekolah melarang mengendarai sendiri sepeda motor bagi anak yang tak memiliki SIM, ya terpaksa harus antar jemput. Ini ditambah, parkir sekolah tak memadai infonya,” ucap Rahmah, warga Rawa Sari Banjarmasin kepada jejakrekam.com, saat menanti putrinya yang baru duduk di kelas I SMKN 4 Banjarmasin, Senin (16/7/2018).

Ia pun melihat ketika ada arahan dari petugas Satlantas Polresta Banjarmasin saat berada di hari pertama sekolah, memberitahukan kepada para siswa dan orangtua siswa untuk antar jemput ke sekolah guna menghindari kecelakaan lalu lintas di jalan.

“Padahal, kalau minta jasa ojek online, bayar Rp 5 ribu sudah sampai ke sekolah. Tapi, anaknya yang tak mau,” kata Rahmah.

Begitupula, Sumiati, wanita muda asal Pekauman ini juga memilih sedikit repot dengan antar jemput anaknya di sekolah itu. Menurut Sumiati, untuk hari pertama dan seterusnya dalam pengenalan sekolah, pulangnya agak cepat. “Kalau sudah normal nanti, pulang sekolah bisa sampai jam 4 sore,” kata Sumiati.

Ia mengatakan lebih baik mengantar dan menjemput sendiri, meski harus meluangkan waktu bagi anaknya demi keselamatan dan keamanan selama di jalan menuju sekolah atau balik ke rumah. “Takutnya, kalau disuruh pakai sepeda motor sendiri, pas kena razia polisi, bikin repot. Apalagi, anak saya belum berumur 17 tahun dan tak memiliki SIM,” ucap Sumiati.

Dia pun berharap agar disediakan moda transportasi massal bagi anak-anak sekolah di Banjarmasin. Terlebih lagi, kondisi taksi atau angkutan kota tak lagi bisa menjangkau daerah-daerah pelosok kota. “Ini perlu juga dipikirkan pemerintah kota. Ini karena, banyak pula orangtua yang tak punya sepeda motor untuk antar jemput anak sekolah,” tuturnya.(jejakrekam)

 

Penulis Sirajuddin
Editor Didi GS

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.