Fauzan, Juara Karate Dunia di Praha asal Banjarmasin, Nasibnya Tak Seberuntung Zohri

0

LALU Muhammad Zohri, kini jadi buah bibir dunia atas kemenangannya dalam nomor sprint 100 meter Kejuaraan Dunia Atletik U-20 di Finlandia. Begitu namanya mengharumkan negeri, Zohri pun dapat atensi begitu tinggi dari pemerintah dan berbagai pihak ramai-ramai memberi bantuan.

APAKAH hanya Zohri yang terlupakan, ketika prestasinya membawa nama Indonesia mendunia? Ternyata, di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, ada nama sosok atlet yang terlebih dulu mengharumkan nama negeri ini.

Dia adalah Fauzan. Ibarat sebuah kemenangan tanpa perayaan dan embel-embel penghargaan. Padahal, anak muda kelahiran Banjarmasin berusia 21 tahun ini, sudah enam bulan lalu mengukir prestasi level internasional.

Berbekal semangat untuk terus tumbuh menjadi atlet karateka internasional. Fauzan pun akhirnya meraih titel jawara Kejuaraan Dunia Karate Tradisional yang dihelat di Praha, Republik Ceko, pada Januari 2018 lalu.

“Saya tak menyangka dengan kemenangan ini. Saya hanya ingin terus diberi kesempatan melatih diri,” ucap Fauzan didampingi sang pelatih, Mustafa ditemui relawan ACT Kalsel dan jejakrekam.com, di kediamannya di Komplek Lambung Mangkurat 3 Banjarmasin, Senin (16/7/2018).

Di balik kesuksesan Fauzan, ternyata ada kisuh pilu yang mengiringnya. Betapa tidak, untuk bertolak ke Praha, nun jauh di Eropa Barat itu, Fauzan bersama sang pelatih Mustafa harus bersusah payah mencari pinjaman uang karena ketiadaan biaya. Padahal, Fauzan telah menjadi pemenang dalam kejuaraan serupa tingkat nasional pada 2017 lalu. Sepatutnya, Fauzan berhak menjadi perwakilan resmi Indonesia di Praha.

Namun, rencana keberangkatan tak terlihat tanda-tandanya. Mustafa yang mantan wartawan ini sebelumnya juga telah menjuarai kejuaraan tersebut, kemudian bertekad untuk memberangkatkan Fauzan. Apapun dan bagaimanapun caranya. Ia lalu mencari sponsor dan pinjaman ke mana-mana.

Akhirnya tiket keberangkatan didapat. Ini ditambah sedikit uang saku. Demi menghemat uang saku, Mustafa dan Fauzan membawa bekal ikan asin, telur, dan mie instan. “Alhamdulillah, kami dapat bantuan dari salah satu sensei di Praha. Beliau yang membantu kami dari pengurusan visa hingga menyambut kami bersama kedutaan RI di Republik Ceko,” tutur Mustafa.

“Saya yakin ada campur tangan Allah dalam keberhasilan yang kami raih, karena jika dipikir logika rasanya mustahil kami bisa sampai ke Praha dan memenangi kejuaraan,” kata Mustafa lagi.

Fauzan adalah anak ketga dari pasangan Adnan Firdaus (60 tahun) dan Jamariyah (56 tahun). Adnan Firdaus hanyalah seorang buruh bangunan dengan penghasilan tak menentu. Sedangkan, Jamariyah adalah ibu rumah tangga yang sekali-kali menjadi tukang pijat dan lulur.

Fauzan telah menjadi atlet karate sejak kelas 3 SD dan telah memenangi berbagai kejuaraan dari tingkat provinsi hingga nasional. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya piala dan medali yang telah Ia kumpulkan. Namun, semua itu tak selaras dengan kesejahteraan hidupnya. Kini, Fauzan hanya menjadi pekerja di sebuah toko retail di Kota Banjarmasin.

“Sebenarnya sudah pernah nyoba ikut tes polisi dan Satpol PP karena ada tawaran, namun ternyata tidak ada tindak lanjut hingga sekarang,” ucap Fauzan.

Prestasi-prestasi yang Ia ukir atas nama Provinsi Kalimantan Selatan hingga bangsa Indonesia ternyata tak mampu mengangkat derajat hidupnya. Fauzan dan kedua orangtuanya harus berpuas diri hidup dalam kesederhanaan. Rumah yang ditinggali puluhan tahun tampak tak pernah tersentuh renovasi. Di beberapa sudut terlihat kayunya mulai melapuk.

Namun, Fauzan adalah pemuda yang pantang menyerah. “Selagi hidup maka maksimalkan. Waktu tidur lama nanti juga akan tiba saat kita mati,” ucapnya. Ia menirukan nasihat sang pelatih yang terus menerus diberikan kepadanya.(jejakrekam)

Penulis Didi GS/ACT Kalsel
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.