Isi Kekosongan Musim Buah, Tiwadak Ponti Mulai Banjiri Pasar Buah Banjarmasin

0

SEIRING dengan berakhir musim hujan pada Juni 2018 lalu, pasokan buah cempedak atau tiwadak dalam bahasa Banjar pun jarang dijumpai lagi di pasaran. Ternyata, ada beberapa pedagang buah lokal yang masih menjajakan buah serbaguna bagi warga Banjar, karena tak hanya buah diolah jadi kue, kulitnya dijadikan mandai atau lauk yang diasinkan.

PARA penjual tiwadak ini terlihat di kawasan Pasar Sungai Tabuk dan dekat Terminal Km 6 Banjarmasin, Jalan Jafri Zamzam, Banua Anyar serta Handil Bakti, Barito Kuala. Ternyata, tiwadak yang membanjiri pasar Kalimantan Selatan itu berasal dari Pontianak, Kalimantan Barat. Tak mengherankan, warga Banua pun menyebutnya dengan tiwadak ponti.

“Tiwadak ponti ini didatangkan langsung dari Pontianak oleh para pedagang Banjar. Ya, semacam barter barang. Permintaan warga Pontianak dan sekitarnya adalah buah semangka Kalsel dikirim ke sana. Nah, pulangnya para sopir membawa tiwadak ponti,” ucap Siti, salah satu pedagang tiwadak ponti di Pasar Sungai Tabuk kepada jejakrekam.com, Minggu (15/7/2018).

Ia mengakui pasokan tiwadak sudah tak ada lagi dari Kalsel, terutama dari daerah penghasil seperti Pengaron, Mandiangin, Tanah Laut, Kabupaten Balangan dan Tabalong, termasuk dari Anjir Barito Kuala dan Kalteng.

“Sekarang, tiwadak ponti yang menggantikan. Harganya memang cukup mahal Rp 20 ribu per kilogram. Tapi, rasanya yang agak berbeda, ternyata banyak masyarakat kita yang suka,” kata Siti. Sedangkan, kondisi buah yang agak rendah mutunya dijual seharga 10 ribu per kilogram.

Tiwadak atau cempedak Pontianak pun memilih rasanya yang sangat manis dengan standar alat pedeteksi kemanisan buah (refractometer) mencapai 27,2 Brix. Ukuran buah asal Kalimantan Barat ini pun lebih besar dibanding buah lokal Kalsel. Ini karena, tiwadak ponti ini tergolong buah super./T.

Muhammad Ihsan, warga Banjarmasin yang beristri wanita Pontianak pun mengakui jika musim cempedak di ibukota Kalimantan Barat itu, volumenya melimpah. “ Di sana, tidak seperti di Kalsel yang mengolahnya jadi mandai. Kalau kulitnya ya dibuang begitu saja. Yang dipakai hanya buahnya untuk dibuat kue seperti orang Banjar,” ucap sarjana lulusan Uniska Banjarmasin ini.

Menurut Ihsan, dengan kondisi jalan darat yang terhubung dari Kalteng ke Pontianak, Kalbar, maka buah-buah unggulan asal provinsi tetangga bisa memasuki pasar kota-kota yang disinggahi seperti Sampit, Pontianak hingga Banjarmasin. “Biasanya, ada langsat dan rambutan Pontianak yang memasuki pasar Kalsel. Sekarang, cempedak atau tiwadak,” imbuhnya.(jejakrekam)

 

 

Pencarian populer:tiwadak Pontianak berasal dari desa
Penulis Syahminan
Editor Didi GS

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.